Hanya Kamu Hidupku - Bab 535 Apakah Kamu Ingin Kembali Bersamanya Lagi?

“Ellen, aku ada sedikit urusan, nanti agak malam aku baru meneleponmu lagi.”

Pani berkata dengan tenang, dia tidak menunggu Ellen untuk meresponnya, dan dia langsung mengakhiri panggilan itu, lalu dia pun berjalan menuju ke arah mobil itu melaju.

Ponselnya pun berdering lagi, kemudian Pani dengan terburu-buru menundukkan kepalanya dan meliriknya.

Setelah itu, mata Pani pun terlihat serius, dia pun menolak panggilan itu dengan jarinya yang panik.

Pang——

Suara keras menutup pintu mobil terdengar di belakangnya.

Pani merasa sudah tidak berharapan lagi, kedua kakinya membeku, bahkan dia pun merasa kedua kakinya mulai bergemetaran.

Lengannya pun tiba-tiba ditarik dari belakang.

Pani menarik nafas, bulu-bulu di lehernya pun merinding, dan dia pun membalikkan kepalanya dengan wajah yang terlihat panik.

Tetapi setelah melihat wajah orang itu, membuat kedua mata Pani yang terbuka lebar dan membeku, “Riki……”

“Apa yang terjadi denganmu?”

Setelah menariknya, Riki mengernyit, dan menatap Pani dari atas sampai bawah, “Aku memanggilmu dari tadi, tetapi kamu tidak meresponku, dan terus berjalan ke depan.”

Pani menarik nafas, dia pun mengalihkan tatapannya dari Riki, ketika melihat mobil hitam yang berada di tengah dua baris mobil itu lagi, Pani pun menarik nafas yang dalam.

Pani tidak salah melihat……

“Pani……”

Riki merasakan lengan Pani sedang bergemetaran, dia pun mengernyit, dan mengangkat tangannya untuk memegang dahinya.

Riki merasakan suhunya normal, Pani pun mengedipkan bulu matanya dengan cepat, dan dia pun mengangkat kepalanya untuk melihat Riki.

“Kenapa?”

Suhu tubuh Pani normal, Riki pun meletakkan tangannya lembali, dan bertanya dengan menatapnya.

Mata Pani dengan tidak terkendali melirik ke arah mobil itu, dengan terengah-engah dan menggelengkan kepalanya.

Riki pun menatap Pani beberapa detik, kemudian dia juga menoleh ke arah yang Pani lihat.

Ketika Riki sedang menoleh ke sana, mobil itu pun sudah melaju dengan pelan.

Riki menyipitkan matanya, dia pun mengerutkan bibirnya dan membalikkan kepalanya untuk menatap Pani, dengan tatapan yang dalam.

……

Setelah duduk di dalam mobil.

Saat ini adalah musim panas, tetapi sekujur tubuh Pani terasa dingin.

Riki menatap Pani, lalu dia berkata, “Nanti kita makan di luar saja, kamu mau makan apa?”

“Hah?” Pani menatap Riki dengan linglung.

Riki mengedipkan matanya dengan pelan, “Nanti kita makan di luar, setelah itu kita baru pulang ke rumah, apakah ada sesuatu yang kamu ingin makan?”

“Makan di luar?” Suara Pani terdengar bergetar.

Riki memegang setir mobil dengan erat, “Um.”

Pani mengerakkan bibirnya beberapa kali, kemudian dia pun mengatakan, “Ok, ok.”

Mata pani dari tadi melihat ke bawah.

……

Restoran Western yang sedikit romantis.

Pani dan Riki duduk di meja outdoor.

Riki memberikan steak daging yang sudah dipotong oleh dirinya kepada Pani, dan berkata kepada Pani yang sedang meminum jus, “Makan dulu, nanti kamu akan merasa kenyang, jika minum terus dan tidak makan.”

Pani pun menjadi agak tenang, dia mendengarkan perkataannya, dan menatap Riki, “Saat ini aku mempunyai dua perut, mana mungkin akan kenyang jika hanya meminum jus?”

Riki menatapnya, “Siapa yang tidak pandai berkata? Jika kamu mampu, maka setelah menghabiskan steak kamu, kamu menghabiskan steak aku lagi.”

Pani pun terlihat cemebrut, dia pun mengambil garpu dan mulai memakan pasta.

Riki memotong steak itu menjadi potongan segi empat yang kecil, dan juga ukuran setiap potongannya itu sama besar.

Setelah Pani melihatnya, dia pun berkata dan tersenyum, “Master Wijaya, apakah penggemarmu mengetahui kamu berpenyakit?”

Riki tidak melayaninya.

“Aiya, gangguan obsesif kompulsif dapat membunuh orang!” Pani pun memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya.

Riki melihat ke bawah, dia pun memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya, dia mengunyah dengan lambat, yang tampak sangat menawan.

Pani menatapnya beberapa detik, kemudian dia berkata, “Riki, apa kamu tahu? Sebelumnya asisten yang sering aku ceritakan kepadamu, sampai hari ini aku baru mengetahui bahwa hubungannya dengan atasanku yang “Tidak biasa”. Sungguh tidak disangka!”

“Atasanmu itu berpikiran jahat, apa yang tidak dapat dilakukan olehnya?” Riki berkata dengan datar.

Pani mendengus, “Sayang sekali asisten Jino! Coba kamu katakan, apakah semua pria seperti Jamet buas? Sudah memiliki seorang istri di dalam rumah masih tidak cukup, dan masih menggunakan berbagai cara di luar, untuk menipu perasaan wanita lain, jika tidak juga akan seperti Jamet buas yang menggunakan kekuasaannya untuk memaksa kehendak seorang wanita. Apakah kalian sebagai pria akan merasa sukses berdasarkan berapa banyak wanita yang sudah ditiduri?”

Pani sangat mempercayai Riki, dan juga sangat dekat dengannya.

Jadi masalah sehari-hari yang terjadi, Pani bukan sengaja ingin menceritakan kepadanya, melainkan ketika mereka sedang berbicara, Pani akan menceritakan kepadanya dengan tidak sadar.

Ini adalah keseharian Pani dengan Riki!

Setelah Riki mendengar perkataan Pani, dia hampir memuntahkan darahnya, dan berusaha bersabar, “Pani Wilman, kamu jangan menilai semua pria hanya dengan kelakukan seorang pria? Pria yang duduk di hadapanmu ini adalah pria yang terbaik di dunia ini, apakah kamu buta? Tidak dapat melihatnya?”

Pani mengerutkan bibirnya, “Riki, percaya diri bukan hal yang buruk. Tetapi tidak bagus juga jika terlalu percaya diri.”

Riki memelototinya, “Tidak peduli bagaimana kelakuan atasanmu, jika bukan kamu, aku tidak berhak untuk mengurusnya. Tetapi jika pria itu berani memikirkan kamu, aku akan menghancurkannya!”

“Menghancurkannya”, Riki berkata dengan nada yang terdengar serius, dan dapat dipastikan dia tidak sedang bercanda!

Pani sedikit panik, tetapi dia takut Riki mengetahuinya, dan dia pun berpura-pura meminum jus.

Pani takut Riki akan melarang dirinya untuk bekerja di Sukajaya, jadi Pani tidak memberitahu kepada Riki, mengenai hal-hal yang pernah Jamet lakukan kepada dirinya.

Riki meliriknya, “Kenapa tampak tidak tenang?”

“……” Pani membuka kedua matanya dengan lebar, dan mengangkat kepalanya untuk menatap Riki, “Apakah ada?”

Riki menatapnya, beberapa detik kemudian, dia berkata, “Saat ini tidak, tadi ada!”

Pani menjulurkan lidahnya dengan diam-diam.

Mereka berdua sambil makan dan sambil bercerita.

Hubungan seperti ini, membuat Pani merasa sangat nyaman, dan santai! Seperti sedang bersamaan dengan Ellen, yang membuatnya merasa sangat nyaman!

……

Setelah selesai makan, mereka berdua pun keluar dari dalam restoran.

Riki takut ada orang yang akan tidak sengaja menabrak Pani, jadi dia pun mengulurkan tangannya dan meletakkannya di lengan Pani, Riki tampak seperti seorang pria yang sedang melindungi istri dan anaknya.

Pani mengerutkan bibirnya, dia merasa sangat hangat, tetapi juga sedikit berat.

Setelah berjalan sampai di samping mobil, Riki membuka pintu, dan tangannya diletakkan di atas, agar kepala Pani tidak tertabrak.

Pani pun sudah duduk di dalam mobil.

Riki membungkuk dan membantunya mengenakan sabuk pengaman, lalu dia pun menutup pintu, dan berjalan menuju kursi pengemudi.

Pani mengangkat kepalanya dan menatap Riki, lalu dia pun menghela nafas.

Riki pun masuk ke dalam mobil, Pani pun mengalihkan tatapannya, tetapi dengan tidak sengaja dia melihat ke kaca spion tengah.

Setelah itu, punggung Pani yang bersandar di kursi, tiba-tiba bergemetaran, kemudian dia pun menegakkan tubuhnya, dan melihat kaca spion tengah itu dengan kedua matanya yang terbuka lebar.

Sebelumnya mobil hitam yang dirinya lihat ketika berada di luar gedung PT. Sukajaya, saat ini berada di belakang mobil Riki……

Pani mengepalkan tangannya dengan panik.

Pria itu……ingin melakukan apa?

Reaksi Pani yang begitu jelas, jika Riki tidak ingin melihatnya pun sangat susah.

Tetapi kali ini Riki tidak bertanya kepada Pani, dia pun mengalihkan tatapan matanya dari kaca spion tengah, dan mulai menghidupkan mobilnya.

……

Setelah meninggalkan restoran, mobil itu juga mengikuti mereka di belakang, tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.

Wajah Pani terlihat serius, dia melihat mobil itu dari kaca spion tengah dengan sedikit tidak tenang.

Riki mengendarai mobil dengan tenang, seolah-olah dia tidak menyadari terdapat seunit mobil yang mengikuti mereka dari belakang.

……

Dua mobil itu pun masuk ke gedung parkir bawah tanah apartemen.

Mungkin karena masalah cahaya, atau pun karena lokasi yang tertutup dan lembab.

Detak jantung Pani pun berdebar, dan menjadi semakin tidak tenang.

Pani sangat khawatir, dia takut ketika keluar dari mobil, akan terjadi sesuatu yang tidak dapat diduga.

Perasaan ini.

Sama seperti ketika sedang berada di dalam bioskop dengan penuh kegugupan dan ketakutan karena terdapat seorang pembunuh yang bersembunyi di dalam bioskop!

Riki duduk di dalam mobil selama beberapa saat, kemudian dia baru melepaskan sabuk pengamannya.

Kemudian.

Pani mendengar suara membuka pintu.

Pani menggeliat, dan menatap Riki yang berjalan mendekatinya.

Wajah tampan Riki terlihat serius dan dingin yang jarang ditunjukkan oleh dia.

Setelah itu, Riki pun membuka pintu mobil, dia menundukkan kepalanya dan melepaskan sabuk pengaman yang dikenakan oleh Pani, kemudian dia pun langsung memeluk Pani keluar dari mobil.

Pani sedikit terkejut, dengan tubuhnya yang kaku.

Riki adalah orang yang menyayangi mobilnya, kali ini dia bahkan tidak merasa sakit hati, dan mengangkat kakinya untuk menutup pintu mobilnya, kemudian dia pun berjalan dengan cepat menuju ke lift dengan memeluk Pani.

Pani menatap Riki, seketika dia menjadi linglung, dan tidak mengetahui harus memberikan respon apa.

Di dalam mobil hitam itu.

Pria itu memegang setir mobil dengan erat, dan dia mengepalkan satu tangannya lagi di atas kursi.

Pria itu menatap ke arah Pani dan Riki, dengan matanya yang penuh dengan garis-garis merah, dan tampaknya seperti akan meledak.

“Pani Wilman, kamu pasti akan menerima akibat dari perbuatanmu, aku berjanji!”

Pria itu berkata dengan penuh penderitaan, tetapi seolah-olah terdapat tekad yang tidak dapat dihilangkan, atau pun……perasaan yang mendalam.

……

Setelah sampai di apartemen, Riki baru melepaskan Pani dari pelukannya.

Pani menatapnya dengan perasaan campur aduk.

Riki juga menatapnya, dengan raut wajah yang tidak enak dilihat.

Pani menarik nafas, dan perlahan mulai membuka mulutnya, “Riki……”

Baru saja memanggilnya, Riki segera mengulurkan tangannya dan meraih pergelangan tangan Pani.

Kedua mata Pani membeku, dan menatap Riki dengan tertegun.

“Aku bertanya kepada kamu, apakah kamu ingin kembali bersamanya lagi?” Riki mengenggam pergelangan tangan Pani dengan erat.

Pani melihat mata Riki, dipenuhi dengan garis-garis merah.

Pani pun berkata, “Aku sudah pernah mengatakan, aku sudah tidak mungkin bersamanya lagi.”

“Apakah kamu sudah pasti?” Riki menyipitkan matanya.

“Pasti!” Pani berkata.

Riki menatap mata Pani, sejenak kemudian, dia pun menatap perut Pani, dan berkata, “Jika suatu saat nanti pria itu mengetahui……”

“Jika mengetahuinya kenapa emang?”

Tidak menunggu Riki selesai berkata, Pani segera memotong perkataannya dengan tegas, “Tidak mungkin!”

Riki menutup kedua bibirnya dengan rapat, dia menatap Pani, dan perlahan melepaskan pergelangan tangannya.

Pani mengedipkan matanya.

Ketika Pani mengira Riki akan melepaskan pergelangan tangannya, Riki tiba-tiba mempererat genggamannya, dan juga membuat dirinya memundurkan langkah kakinya sampai bersandar di dinding.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu