Hanya Kamu Hidupku - Bab 196 Takut? Kenapa Takut?

"Ya!"

"..." Punggung Venus tiba-tiba bergetar, hatinya seperti dicabik-cabik sangat kejam oleh dua tangan, rasa sakit itu membuat badannya bergetar.

Ternyata dia mengatakan........

Dia mengatakan.....

Hubungan mereka dari kecil sampai besar, lebih baik tidak memiliki wanita seperti ini di matanya.

Mata Venus bergetar, air matanya mengalir, suara keluar yang sangat keras, "Aku selalu menganggapmu sebagai orang yang paling penting. Tapi tidak bisa terpikirkan olehku, bahwa didalam hatimu aku sangat tidak penting, sepertinya aku sudah salah hari ini.”

Venus pergi sambil menangis.

Ketika Venus pergi, Mars sedang duduk disofa, dan meminta pembantu memijat bahunya, sedangkan ia mengelus kepalanya, sejak tadi malam ia asik memikirkan Bintang.

Bintang tidak pernah seperti ini sejak kecil, ia selalu taat, mengerti, perhatian dan rendah hati. Hampir tidak memiliki waktu untuk mengkhawatirkannya.

Karena itu, anak yang selalu bijaksana dan taat tiba-tiba berubah, dan menjadi tidak menuruti kata-kata siapa pun, dan tidak ada peduli. Kesenjangan yang begitu besar siapapun tidak dapat menerimanya.

Mars marah dan tertekan, tetapi juga tertekan akan diderita yang dialami oleh Bintang.

Venus menangis dan keluar dari kamar Bintang, ekspersi yang belum pernah terlihat, ia pergi tanpa menyapa Mars.

Mars mendengar langkah kaki, dan ketika dia membuka matanya, dia hanya melihat sudut pakaian Venus yang berjalan keluar dari pintu apartemen.

Mars membeku. Setelah beberapa detik, dia mendorong tangan bibi dengan keras, berdiri dari sofa, dan buru-buru berjalan menuju kamar Bintang.

Sampai pintu kamar Bintang, Mars melihat Bintang yang sudah duduk di tempat tidur, wajahnya yang pucat dan suram, alis yang terpelintir, kedua bibir itu juga lurus, dan mata yang terbiasa dengan matahari sekarang menjadi hampa.

Mars mengerut kening dan masuk kedalam.

Dan tepat saat dia berjalan kepintu.

Tiba-tiba Bintang turun dari tempat tidur, langsung ke kamar mandi.

Mars, "......" Berdiri ditempat, matanya yang besar menatap punggung Bintang.

Apakah ia sudah sembuh atau makin parah?!

......

Di villa Rinoa, Ellen makan sambil berjalan keatas untuk beristirahat.

Vima memberi tahu bibi Li lantai bawah sesuatu yang harus diperhatikan, seperti makanan yang tidak boleh dimakan oleh wanita hamil, persyaratan lingkungan rumah dan sebagainya.

Ketika Vima telah selesai menjelaskan, dia hendak naik ke atas untuk melihat Ellen, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil datang dari pintu.

Vima membeku, karena dia tidak tahu bahwa Venus telah keluar rumah, dan mengira Pluto yang telah kembali dari klub drama, jadi dia berdiri diam dan melihat ke pintu.

Namun, yang telah ia tunggu ternyata bukan Pluto , ternyata Venus.

Vima terkejut, dan berjalan kearahnya, "Venus, kamu keluar rumah?"

"En."

Venus tidak melihatnya, wajahnya sangat pucat, lingkaran dimatanya juga memerah, mungkin itu karena menangis ketika keluar dari rumah Bintang.

Vima mengikutnya, "Kamu tidak apa-apa?"

Venus tidak menjawabnya.

"Venus."

Vima merasa tidak tenang, mengulur tangannya dan meraih tangannya.

Tidak disangka ketika ia menyentuh tangannya, Venus langsung menghempaskannya, "Bisakah sekarang ini tidak memperdulikanku?"

Venus menoleh untuk menatap Vima, menangis dengan dingin dan cemberut.

Vima, "......"

“Apa kamu tidak tahu kamu palsu?” Venus mengertakkan gigi dan menjatuhkan kalimat, memutar kepalanya, berlari ke atas dengan cepat, membuka kamarnya sendiri untuk masuk, dan mendobrak pintu dengan keras.

Blam----

Seolah-olah petir menyambar pikiran Vima.

Wajah Vima pucat, ia mengepal kedua tangannya, dan perlahan-lahan menatap pintu kamar Venus.

.......

Vima hanya bisa sabar dan pergi ke kamar Ellen.

Ellen sudah tidur, tapi dia tidur tidak menyenyak, keningnya selalu mengerut.

Vima duduk di samping tempat tidur Ellen, mengulur tangannya dan mengelus kening Ellen, tentu saja, setiap kali dia mengelus, setelah beberapa saat, keningnya kembali mengerut lagi.

Vima menghela nafas, menundukkan kepalanya dan memegang satu tangan Ellen, berbisik, "Papamu sangat menyayangimu. Jika dia tahu bahwa kamu hamil pada usia delapan belas tahun, tidak tahu seberapa besar papamu menyayangimu. Kamu sendiri masih seorang anak. "

Disebelah tempat tidur Ellen Vima menghela nafas yang tak terhitung jumlahnya, ia memakai selimut untuk Ellen dan bangkit dan meninggalkan kamarnya.

Ketika Vima keluar dari kamar Ellen, dan baru menutup pintu kamar, pintu kamar Venus yang disebelah terbuka.

Vima memperbaiki bentuk tubuhnya, dan dengan lembut mengangkat alisnya untuk melihat di sebelah.

Venus sudah mengganti pakaian, dan melihat Vima berdiri di pintu Ellen, matanya memancarkan cahaya dingin, mengerutkan kening, dan tidak berkata apa-apa, menutup pintu dan berjalan di depan Vima. Dan turun ke bawah.

Mata Vima berkedip cepat, dan dengan cepat mengikutinya, menurunkan suaranya, dengan hati-hati mengatakan,"Venus, Apa kamu ingin keluar lagi?"

Venus tidak menjawab dengan cepat ia turun kebawah.

Vima mengerutkan bibirnya dan mengikuti, "Bibi Li sedang menyiapkan makan malam, dan papamu juga akan segera pulang, apakah kamu tidak makan malam dirumah?"

Alis Venus makin erat, ketidak sabaran diwajahnya semakin jelas, berjalan ke teras, berganti sepatu, dan berjalan cepat menuju pintu.

"Venus."

Vima keluar mengejarnya, sebelum Venus menuruni tangga, dia memegang lengan Venus.

Mau tidak mau Venus berhenti, memutar kepala, dan menatapany dengan sinis.

Hati Vima gemetaran, berkata, "Venus, apakah mama melakukan hal yang salah."

"Apa kamu merasa melakukan hal yang salah?" Venus tertawa sinis.

"...Aku, apakah gara-gara aku membawa Ellen pulang untuk tinggal disini, kamu, kamu tidak bersedia?" Vima menatap Venus.

"Bagaimana bisa? Ellen adalah adikku, rumahku juga rumah dia, dia pulang kerumahnya sendiri bagaimana aku tidak bersedia. apa ada masalah." Venus berkedip dan berkata.

Vima mengerut alis, "Kalau, kalau begitu kamu kenapa?"

"kamu pikirkan saja sendiri."

Venus menghempaskan tangan Vima, dengan sikap yang dingin ia berbalik, jalan menuruni anak tangga dan menuju kemobil.

Vima mengepalkan kedua tangannya, mengerut kening, melihat Venus dengan matanya yang binggung.

Venus duduk didalam mobil, sebelum menyalakan mobil, ia melihat Vima dengan tatapan yang dingin.

Vima menarik nafas pelan, tanpa sadar ia jalan menuruni anak tangga.

Tapi, tidak menunggu dia menuruni tangga, Venus sudah pergi keluar.

Vima menghela napas lega, menatap ke arah Venus di mana ia pergi, merasa gelisah dan spontan.

....

Hampir jam enam, sebuah restoran Sichuan di daerah yang relatif terpencil di Kota Tong.

Ketika Venus tiba, dia dibawa oleh pelayan ke kamar pribadi yang dipesan oleh Rosa.

Begitu Venus masuk ke kamar pribadi, Rosa berdiri di sofa ruang pribadi yang antusias dan menyapa Venus dengan hangat. "Akhirnya kamu sudah sampai,aku khawatir kamu tidak dapat menemukannya."

"Ingin aku katakan kepadamu kak Rosa tempat ini sangat mudah dicari. Apakah rasa di restoran ini enak?"

Rosa dan Venus duduk di meja, Venus melirik noda minyak di atas meja, alisnya berkerut tak terlihat, dan dia berkata kepada Rosa.

"...Mungkin lumayan, temanku pernah membawaku kemari." mata Rosa berkedip dan berkata.

"Teman? kak Rosa masih punya teman yang seperti ini?" kata Venus sambil tersenyum.

Rosa tertawa, "Sebenarnya bukan temanku, ia sahabat Vania, kondise keluarganya..."

Rosa tidak melanjutkan kata-katanya, tapi ekspresinya sudah menjelaskan semua itu.

Benar juga.

Jika kondisinya baik, bagaimanapun tidak mungkin akan makan ditempat seperti ini.

Rasanya enak atau tidak adalah hal yang kedua, Tapi tempatnya membuat orang...tidak bisa mengatakan apa-apa.

"Nona Dilsen punya teman yang seperti ini membuatku merasa terkejut. " kata Venus sambil menunduk.

Rosa mengedipkan matanya, "Ayo kita pesan makanan, disini rasanya lumayan enak."

"En.“ Venus mengangguk.

Rosa dan Venus sebenarnya tidak begitu membalikkan menunya, sebenarnya ingin membalikkan, Namun tanda hitam dan berminyak pada menu, membuat keduanya tidak bisa menjangkamu.

Hanya Rosa yang bersikeras membalikkan menu kedua halaman, sambil mengatakan kepada para pelayan bahwa mereka harus memiliki beberapa hidangan khas.

Kemudian, Rosa meraih tangan Venus dan mengobrol kepadanya.

Setelah menunggu semua makanan sudah dihidangkan, pelayan pun pergi, Rosa mengambil Tisu dari tasnya dan membersihkan sumpit dan mangkuk.

Membersihkan satu sumpit Rosa memberinya kepada Venus.

Venus tidak segan dan mengambilnya.

Kemudian Rosa membersihkan sumpit kedua, tiba-tiba mengatakan," Sebelumnya aku tidak tahu siapa yang berbicara omong kosong dan bahkan mengatakan kepadaku bahwa kamu juga diadopsi. Sebelum berusia tiga tahun, masih berada di panti asuhan Ning An ... "

Mata Venus tertunduk, tetapi lima jari yang memegang mangkuk kosong itu mengepal sedikit dan tidak berbicara.

Setelah selesai membersihkan Rosa mengambil sesendok nasi untu dirinya, "Sini aku bantu kamu mengambilnya."

Venus tertawa, dan memberikan mangkuknya ke Rosa, "Terima kasih kak Rosa."

"Sama-sama." Rosa menepuk tangannya dan mengambil mangkuk, "tapi dalam kota Tong tidak ada panti asuhan Ning An, jadi aku tahu bahwa mereka mengada-ngada."

Rosa memberikan semangkuk nasi ke Venus, tertawa sambil mengataka, "Tenang, kakak Rosa sudah membantumu memberi pelajaran kepada orang itu."

Venus masih tertawa, dan menerima nasih itu, "Sebenarnya tidak perlu, itu adalah mulut orang lain, mereka ingin mengatakan apa terserah mereka."

"Ini baru putri kandung dari artis lama, murah hati, kakak Rosa mengagumimu," Kata Rosa sambil tertawa.

Mulut Venus kaku, dan kemudian dia tertawa lagi. Dia memutar sepotong sayuran hijau ke dalam mulutnya, dan setelah mengunyah, dia berkata kepada Rosa, "Kak Rosa, jangan katakan lagi rasa restoran ini benar-benar enak."

"Ya kan."

Rosa mengambil sumpit, dan mengambil selembar sayuran dan menaruhnya di mangkuk, dan tiba-tiba berkata, "Aku mendengar bahwa ada panti asuhan bernama Ning An di kota Tong."

Tangan Venus memegang sumpit tiba-tiba mengencang.

Rosa melirik tangannya, memalingkan kepalanya, mengambil sebutir beras dan meletakkannya di mulutnya, dan tersenyum, "Kalau tidak salah nama kepala panti Chen, Chen, Chen apa yah, haiya kamu liat ingatanku. di berita waktu itu sangat besar karena kepala bagian ini, beberapa tahun ini aku merasa takut dengan pria yang bernama Chen。“

”... Takut? kenapa takut?"

Venus melihat Rosa, matanya yang cerah, Namun ada ketakutan yang tidak bisa disembunyikan.

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu