Hanya Kamu Hidupku - Bab 372 Lebih Baik Mabuk Seumur Hidup

Dorvo dan Samsu keesokan paginya akan pergi ke kota Rong .

Begitu Samsu pergi, hati Louis menjadi lebih tenang.

Dalam sekejap, Nurima sudah tingal di kota Tong selama seminggu, Louis juga ikut tinggal di Coral Pavillion selama seminggu.

Dan kabar kebangkrutan Perusahaan Manda mulai mereda seiring dengan berjalannya waktu.

Awalnya mengira berita itu akan mereda dalam waktu dekat, tidak disangka berita lain malah terekspos, membuat berita Keluarga Manda berada di urutan pertama.

Judul utama berita ini adalah: Wanita yang paling baik dan bermartabat berubah menjadi pelacur..

Dari judul yang diberikan saja sudah sangat cukup menarik.

Tidak perlu dipikirkan kontennya pasti lebih heboh, bahkan sanggup membuat orang tidak habis pikir.

Dalam semalam tidur dengan 20-30 pria, demi meningkatkan kegembiraan dan stimulasi menggunakan obat doping ilegal dan sebagainya.

Artikel ini disertai dengan gambar yang di sensor, membuat orang-orang bisa melihat atau membayangkan betapa cabul dan menjengkelkan di lokasi kejadian.

Ellen akhir-akhir ini sudah tidak memiliki perasaan apa pun terkait berita kebangkrutan Keluarga Manda, dia akan langsung melewatkan semua berita yang berhubungan dengan kebangkrutan Keluarga Manda.

Pani yang jauh di kota Yu mengirim berita ini kepadanya dengan penuh minat.

Ellen melirik sekeliling, memandang Pani yang bahagia, dia hanya tersenyum santai, dan tidak mengatakan apa-apa.

Sikap Ellen yang dingin, membuat Pani merasa“Terpukul”dan kecewa, awalnya dia sudah membuat persiapan untuk bersenang-senang “Diatas penderitaan” dan merayakannya.

Semenjak terjadi masalah pada Keluarga Manda, Louis diam-diam mengikuti perkembangan berita ini.

Semenjak skandal Rosa terekspos, Louis juga melihat berita ini.

Louis sangat kecewa kepada Rosa.

Tapi untuk Marlin, Louis sama sekali belum bisa merelakannya sepenuh hati.

Bagaimana mungkin perasaan puluhan tahun bisa direlakan begitu saja!

Tapi Louis mengerti.

Hari ini bagaimana dengan Keluarga Manda, tidak ada hubungannya dengan dirinya dan Keluarga Dilsen.

Tidak peduli apa yang terjadi pada Keluarga Dilsen, tidak akan mempengaruhi hubungan mereka.

Jadi ketika Louis melihat berita ini, dia melihatnya dengan sikap yang tenang.

Jadi secara umum.

Skandal Rosa yang terekspos, bagi seluruh Keluarga Dilsen tidak lain hanya sebuah berita sensasional, dan tidak akan membawa dampak apa pun.

……

Hari ini adalah hari kedatangan Hansen orang tua Bintang bertemu dengan orang tua Vania untuk membahas masalah pernikahan mereka.

Bagaimanapun pernikahan adalah masalah besar.

Lokasi kedua keluarga bertemu ditetapkan di sebuah restoran yang lebih formal, Resto Avenue.

Orang yang paling bahagia menikah dengan Bintang adalah Vania.

Di dalam ruangan.

Kedua keluarga memesan makanan sederhana dan mulai membahas tanggal pernikahan dan hal-hal terkait.

“Bulan Agustus ini adalah bulan baik untuk menikah, maksudku adalah, biarkan Bintang dan Vania sah secara hukum terlebih dulu. Bagaimana pendapat kalian?”

Hansen memulai pembicaraan terlebih dulu.

Agustus?

Ahmad dan Mars saling memandang.

“Tuan, sekarang sudah pertengahan bulan Juni, masih ada satu setengah bulan lagi, tidakkah ini terburu-buru?”ucap Ahmad dengan hati-hati.

“Bukankah masih ada waktu satu setengah bulan untuk persiapan? Mana ada terburu-buru? Menurutku masih sempat.”ucap Hansen.

“Ini……”ucap Ahmad memandang Mars.

Mars memandang Bintang, “Bintang, bagaimana menurutmu?”

Mana ada hari sekhusyuk hari ini, Bintang memakai pakaian santai, kemeja hitam dan celana jeans, ekspresi wajahnya tampak kusam, seolah tidak ada kebahagiaan, sebaliknya tampak suram, “Paman baru meninggal, aku pikir kurang pantas menikah sekarang.”

Mars yang mendengar ini, menghela nafas.

Dia tahu Bintang menolak pernikahan ini, dan bahkan tidak menyukai wanita yang bernama Vania.

Demi karir ayahnya mengorbankan pernikahannya, sejak awal ini terus menjadi beban hati Mars.

Oleh karena itu juga, Mars tidak terlalu puas dengan Vania calon menantunya.

Berpikir tentang ini, Mars melirik Vania.

Pada pertemuan hari ini, Vania tampak sangat senang, tapi dia memperhatikan pakaiannya, dia berpakaian sangat rapi, seperti sweater biru gelap dan rok kecil.

Dia duduk di samping Hansen dengan tenang, setenang dia tidak ada, lebih lembut dan anggun dari sebelumnya.

Mars menarik nafas, dan menarik kembali tatapannya.

“Bintang, sebelumnya aku pernah mengatakan kepadamu, meminta kamu menikahi Vania adalah keinginan ayah Vania, kamu tidak perlu merasa terbebani oleh ini.”

Hansen terdiam sebentar, berkata,“Kalau kamu kira tidak pantas mengadakan pesta pernikahan, mari diundur, kamu dan Vania menikah sah secara hukum terlebih dulu, nanti baru adakan pesta pernikahan.

Mendengar Hansen berkata begitu, Ahmad memandang Bintang dan berkata: “Kalau begitu lakukan sesuai dengan maksud tuan, bulan Agustus ambil surat nikah, masalah pesta pernikahan akan di bahas nantinya.”

Bintang memandang Ahmad, tatapannya penuh dengan menahan kesabaran.

Ahmad memandang putranya sendiri, hatinya tidak bisa menahannya, tapi tidak mengatakan apa-apa.

Mars melihat Bintang mengepalkan kedua tangannya di bawah meja, dia mati-matian menekan kepahitan di dalam hatinya, tidak membiarkan kepahitan ini muncul di wajahnya.

Vania berusaha mengendalikan ekspresinya, sebenarnya hatinya sudah berdegup kegirangan.

……

Pada saat ini, di kediaman Keluarga Rinoa.

Venus berjongkok merintih sedih di ruang ganti yang berantakan, air matanya membasahi pakaiannya yang terbentang di bawah sudut matanya.

Terdengar suara ketukan pintu tiada henti dari pintu kamar di luar ruang ganti, dan terdengar suara cemas Pluto dan Vima.

“Venus, ada apa denganmu? Cepat buka pintu biarkan ayah dan ibu masuk, Venus……”ucap Vima dengan suara serak karena khawatir.

Satu tangan Pluto memegang Vima, dan satu tangan lainnya tiada henti mengetuk pintu, Vima juga tampak cemas, “Venus, putri sayangku, yang nurut, cepat buka pintu ayah dan ibu sangat mengkhawatirkanmu, cepat buka pintu!”

“Venus, Venus……”Vima yang melihat Venus tidak merespons dan membuka pintu, akhirnya kekhawatiran dalam hatinya tidak terbendung, dia bersandar dalam pelukan Pluto dan meneteskan air mata.

“Istriku.”ucap Pluto kasihan memeluk Vima dengan erat, memandang pintu yang tertutup rapat tanpa daya dan penuh kesedihan.

Pluto dan Vima menunggu satu jam di depan pintu Venus, tidak peduli bagaimana mereka mengetuk pintu, menangis seperti apa, Venus tetap tidak membukakan pintu.

Meskipun Villa memiliki kunci cadangan, baik Pluto maupun Vima tidak berani mengambil kunci cadangan untuk membuka pintu tanpa izin Venus.

Karena itu, Pluto dan Vima tidak ingin menggunakan kunci cadangan membuka pintu.

Karena sudah menunggu hingga tidak berdaya.

Pluto dan Vima meninggalkan depan pintu dengan sedih, lalu duduk menunggu di sofa.

Jam 5 sore.

Akhirnya terdengar suara dari lantai atas.

Pluto dan Vima segera bangkit dari sofa, melihat lantai dua.

Venus mengenakan rok merah muda keluar dari ruangan sambil membawa tas.

Melihat ke bawah ada Pluto dan Vima yang memandangnya penuh dengan kekhawatiran, dia berkata seperti biasa, “Ayah ibu, aku ingin keluar sebentar, kalian tidak perlu menungguku makan malam.”

Venus turun ke bawah, dan berjalan terburu-buru keluar.

Pluto dan Vima terbengong menatap Venus keluar dari Villa, hingga tidak tahu harus berkata apa.

Sampai di luar Villa terdengar suara mobil yang menyela.

Pluto dan Vima baru menarik tatapan mereka kembali, terduduk bengong di sofa, saling memandang.

“Tidak tahu apa yang terjadi pada Venus, benar-benar membuat orang khawatir.”gumam Vima mengerutkan kening.

Pluto memegang erat tangannya, seolah ingin mengatakan sesuatu.

Tapi ketika dia hendak berbicara, telepon yang ada di dalam tasnya tiba-tiba berdering.

Pluto terdiam, mengeluarkan hp-nya, ketika melihat layar hp-nya, Pluto melepaskan tangan Vima, bangkit dari sofa, berjalan ke samping.

Vima memandang Pluto dengan terkejut.

Pluto membelakangi Vima, Vima tidak bisa melihat ekspresi wajahnya.

“Ok, aku mengerti.”

Dari awal hingga akhir, Vima hanya mendengar Pluto mengatakan, “Tiga kata.”

Selelah mengakhiri pembicaraan.

Pluto menggenggam erat hp-nya, berbalik memandang Vima, “Istriku, makan malam kali ini aku tidak bisa menemanimu.”

“Kenapa?”Vima memandang Pluto.

Pluto biasanya pulang menemaninya makan malam kecuali ketika dia sedang dinas.

Tapi setengah tahun terakhir, dia semakin jarang menemaninya di rumah.

Pluto menyimpan hp-nya di saku celana, berjalan ke gantungan baju di samping depan pintu, mengambil jaket, kemudian melihat ke samping menatap Vima, yang menatapnya dengan kesepian, mencemberutkan bibir berkata, “Masalah para kru. Aku usahakan kembali sesegera mungkin.”

Vima menatapnya beberapa saat, lalu mengangguk.

Pluto pergi meninggalkan Villa.

Tendengar suara mesin mobil di luar Villa berangsur-angsur menghilang, Vima melihat sekeliling, dan tiba-tiba merasa Villa ini benar-benar membuat orang merasa kesepian dan hampa.

……

Venus bergegas ke apartemen Bintang, melihat Bintang berbaring di sofa, dengan satu tangan menutup kedua matanya, karpet dan meja yang ada depan sofa penuh dengan botol bir dan wine.

Hati Venus gelisah, dia tidak mengatakan apa-apa, meletakkan tas dan masuk ke dapur.

Ketika dia keluar dari dapur lagi, tangannya sudah membawa semangkuk sup penghilang mabuk.

Venus berjalan ke depan Bintang, lalu berlutut, dan dengan lembut memandang Bintang yang wajahnya memerah karena mabuk, berkata dengan pelan, “Bintang, kamu terlalu banyak minum, pasti sangat tidak nyaman? Aku memasakkan sup penghilang mabuk, minumlah sup ini dan kamu akan merasa lebih baik.”

Bintang tidak merespon.

Mata Venus diam-diam memerah, hatinya sedih.

Dia menundukkan tatapannya, berdiri lalu duduk di samping kepala Bintang, menaruh sup penghilang mabuk di meja, lalu kedua tangannya dengan lembut memijat kepala Bintang, membiarkannya istirahat di pangkuannya, lalu mengulurkan tangan mengambil sup, menyuapi sup ke mulutnya, berbisik, “Bintang, buka mulutmu.”

Bintang tetap diam.

Venus membelai wajahnya dengan sedih, matanya memerah dan berkata, “Kamu ini, kenapa begitu bodoh? Apakah kamu tidak tahu menolak? Bodoh, benar-benar bodoh.”

Bibir tipis Bintang yang tertutup semakin dikerutkan dengan kencang.

Venus menatapnya dengan lembut, tetapi ada keserakahan dan keganasan di matanya, dia berkata dengan pelan, “Minumlah sup ini, atau kamu akan merasa tidak enak ketika bangun, eh?”

Bintang perlahan-lahan mengangkat lengan di depan matanya, membuka sepasang matanya yang cerah seperti bintang, memandang Venus melalui kemabukan dan obsesi, “Kenapa harus sadar, aku lebih suka mabuk sepanjang hidupku……”

Bintang yang mengatakan ini, tiba-tiba mengangkat lengannya dan menyentuh wajah Venus, “Ellen……”

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu