Hanya Kamu Hidupku - Bab 579 Tidak Ada Yang Beres

Frans menggaruk kepalanya, melihat wajah Pani merah merona.

Hmm, pria ini menyisir rambutnya ke belakang dan mengikatnya menjadi kecil. Posturnya menyisir rambut ditambah dengan wajahnya ditutupi dengan senyuman buruk, membuatnya terlihat nakal.

Kalau tidak mengenalnya, mungkin siapa pun yang melihatnya tidak akan menyangka dia adalah boss besar Domingo News, salah satu dari empat keluarga besar di Kota Tong!

Saat ini.

Sumi tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke samping telinga Pani dan tidak tahu mengatakan apa kepada Pani.

Wajah Pani merah merona seolah hampir meledak, dia mengangkat tangannya memegang lengan Sumi dengan erat “Cieh, dasar genit!”

“Yo ~”

Samir dan Frans tercengang, keduanya tersenyum, melihat tatapan kesal Pani.

Samir berkata “Menggoda wanita ya?”

Sumi yang dimarahi tidak merasa memalukan, sebaliknya wajahnya bahagia dan duduk dengan tenang di sana.

Bahkan Pani yang sudah memarahinya masih merasa tidak cukup sampai mengulurkan tangan mencubit lengan Sumi beberapa kali.

Sumi yang dicubit masih dalam keadaan tenang!

Frans menyipitkan mata menatap keduanya dan bersenandung dengan bosan “Jika kalian berdua ingin bermesraan silahkan saja. Aku sudah memesan makanan di Pavilion Terang Bulan, nanti William, Ellen dan Ethan juga datang menyambut Pani.”

Rona merah di pipi Pani masih belum menghilang, begitu mendengar perkataan Frans, dia tertegun “Menyambutku?”

Frans menganggukkan kepala, memandang Sumi “Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu, ayo ke ruang kerja?”

Sumi menatap Frans, lalu melihat Pani “Kalau begitu biarkan kak Samir yang menemanimu.”

“Ehn.” Pani yang mendengar ada urusan pekerjaan, tidak mencurigainya sama sekali.

Selanjutnya, Sumi dan Frans naik ke lantai dua.

Samir bangkit dari bar dan duduk di samping Pani, sengaja menggodanya dan berkata “Pani, tadi apa yang dikatakan Sumi padamu? Ayo katakan pada kakak, kakak juga ingin memarahai si brengsek itu bersama denganmu!”

“Tidak mengatakan apa-apa.” ucap Pani dengan serius.

“Katakanlah!” Samir menggunakan bahunya menyenggol Pani.

Pani melototinya “Benar tidak mengatakan apa-apa.”

“Tidak mengatakan apa-apa, tapi kamu memarahinya genit?” Samir menatap Pani dengan tatapan nakal.

Pani meliriknya “Kak Samir, kalau kamu tanya lagi, aku akan memarahimu!”

Samir,“……”

Kalian lihat diri kalian, satu per satu berpakaian rapi dan bagus dan terlihat bangsawan. Faktanya? Satu per satu tidak ada yang beres! Setelah mengenal kalian, pandanganku kepada kalian semuanya berubah!” ucap Pani agak bingung dan menghela nafas.

“……Pani, kamu jangan salah paham, aku berbeda dengan mereka, aku satu-satunya orang bersih di tengah arus kotor!” ucap Samir.

“Hahah, Kak Samir, aku akan memberithu paman Sumi dan kak Frans, kamu mengatakan mereka kotor!” ucap Pani tersenyum.

Hati Samir bergidik, lalu segera menarik lengan Pani ke sampingnya dan berbisik “Kamu salah dengar, inti yang ingin aku katakan bukan ini, tapi baik!”

Pani menatap Samir mengatakan dirinya sendiri “Baik”, kalau bukan hp-nya berdering, dia pasti akan menertawainya.

Pani menahan tawa dan mengeluarkan hp, lalu melirik layar hp sekilas, tiba-tiba senyum diwajahnya hilang.

Samir yang melihat Pani kaku, melirik layar hp-nya.

Ketika melihat nama “Bibi Wijaya”, Samir mengalihkan tatapannya, tersenyum bersandar di sofa dan berkata “Pani, tidak angkat?”

Pani mengerutkan bibirnya, menoleh memandang Samir dengan tatapan kacau dan mengelak.

Samir tersenyum memandang Pani “Apakah perlu aku membantumu mengangkatnya?”

Pani mengerutkan alis dan mengatakan dirinya sendiri yang akan mengangkatnya.

“Pani, ini aku, Bibi Wijaya.”

Suara menyegarkan Britania segera terdengar dari ujung hp.

Pani mencubit jarinya,“ Bibi Wijaya, apakah Riki baik-baik saja?”

Britania berhenti satu atau dua detik, lalu berkata sambil tersenyum “Pani, kalau kamu ingin mengetahui Riki dalam keadaan baik atau tidak, setelah kamu keluar kamu bisa melihatnya sendiri.”

Keluar melihatnya?

Pani bertanya-tanya,“ Bibi Wijaya,apakah kamu masih belum tahu? Aku sudah kembali ke Kota Tong.”

“Tentu saja aku tahu kamu di Kota Tong. Dan sekarang aku dan Riki sudah berada di Kota Tong.” ucap Britania dengan tenang.

“Apa?”

Pani terkejut “Kamu dan Riki berada di Kota Tong?”

Samir yang mendengar ini, segera melirik ke lantai dua, sentuhan mendalam muncul di matanya.

“Iya. Pagi tadi kami tiba di Kota Yu dan kamu orang pertama yang kami beritahu.”

Britania menghela nafas “Sayangnya, setelah kembali ke Kota Tong . Apa daya, Riki sangat mengkhawatirkan dirimu, jadi langsung membeli tiket datang kemari. Pani, sekarang kamu dimana, aku dan Riki akan menjemputmu, ok?”

Pani menarik nafas dalam-dalam “ Bibi Wijaya, beritahu aku lokasi kalian, aku akan pergi mencari kalian, kalian tidak familiar dengan Kota Tong.”

“Tidak apa-apa, lagipula Bibi Wijaya juga sudah lama tidak datang ke Kota Tong, aku menyadari Kota Tong telah banyak berubah. Aku dan Riki sekarang berada di dekat Xingdu Square.”

“Oke, aku akan pergi mencari kalian sekarang!” ucap Pani tanpa ragu.

“Aku dan Riki akan menunggumu!”ucap Britania tersenyum.

“Ehn.”

Pani menutup telepon, berbalik dan berkata kepada Samir “Kak Samir, maaf, sepertinya malam ini aku tidak bisa makan bersama dengan kalian. Aku harus keluar sekarang……Bisakah kamu mengantarku pergi?”

“Bisa sih bisa, tapi……”

“Kak Samir, aku benar sedang terburu-buru, kalau kamu tidak mengantarku, aku hanya bisa pergi memanggil taksi.” ucap Pani menatap Samir sambil mengerutkan kening.

Samir menyipitkan matanya dan berkata dengan ragu “Bagaimana kalau aku memberitahu Sumi, baru mengantarmu?”

“Sumi dan kak Frans sedang membahas masalah pekerjaan, kita jangan menganggu mereka, setelah kita keluar, aku akan mengirim pesan kepada Sumi memberitahunya kita keluar.” ucap Pani memegang lengan Samir, bangkit berlari menuju pintu.

Samir yang melihat Pani cemas seperti ini juga ketakutan “Pani kamu pelan sedikit! Kamu sedang hamil!”

“Iya aku pelan, tapi kamu cepat sedikit!”

“……”

……

Hotel bintang lima dekat Xingdu Square.

Britania dan Riki berdiri berdampingan di depan pintu hotel, mereka berdua tampak memiliki pemikiran berbeda dan keduanya diam.

Sebuah mobil Bugatti melaju dan berhenti di depan mereka.

Britania menarik kembali pikirannya dan mengerutkan bibirnya melihat wanita muda dengan perut besar yang keluar dari kursi penumpang.

“ Bibi Wijaya ……”

Setelah turun dari mobil, Pani segera berjalan ke hadapan Britania dan meminta maaf “Maaf, sudah membuat kalian lama menunggu.”

Britania mengulurkan tangan membelai rambut panjang Pani yang agak berantakan karena kegelisahannya, lalu menurunkan tangannya, memegang tangan Pani, melihat orang yang berdiri di sampingnya, sejak Pani muncul, tatapan putra bodohnya tertuju pada diri Pani “Selama sebulan ini, bukankah kamu setiap hari terus merindukan Pani? Kenapa sekarang setelah melihat orangnya mulai pura-pura bersikap keren?”

Pani menatap Riki, sepasang mata jernihnya menyembunyikan rasa malunya dan sudut mulutnya terangkat dan berkata “Riki……”

Begitu Pani berbicara, Riki tiba-tiba memegang bahu Pani dan memeluknya.

Tindakan Riki tidak hanya mengejutkan Pani, bahkan Samir yang berada di dalam mobil juga tidak bisa tenang, dia dengan cepat mendorong pintu dan keluar dari mobil, melangkah maju dan meraih tangan Pani, mencoba menariknya dari pelukan Riki.

Samir tidak ingin Riki memeluknya terlalu erat dan tidak berani terlalu kasar takut melukai Pani, makanya tidak berhasil menarik Pani keluar.

Samir menyipitkan matanya dengan dalam menatap Riki dan berkata “Pani, apakah ini teman yang kamu katakan yang sangat penting bagimu? Cepat kenalkan ke kak Samir!”

Mulut Pani kaku, lalu mendorong Riki dengan satu tangan “Riki, aku sangat tidak nyaman kamu memelukku seperti ini.”

Riki memejamkan mata dan memegang bahu Pani “Pani, dengarkan! Tidak peduli keputusan apa yang telah kamu buat, aku tetap tidak akan menyerah!”

Samir bersenandung diam-diam, tersenyum menyeringai, menatap Riki dan berkata “Tuan Riki ya? Pani sedang hamil, kamu akan melukainya. Kalau ada yang ingin disampaikan tuan Riki, ada baiknya melepaskan Pani dulu, kita cari tempat tenang dan membicarakannya baik-baik.”

“Riki……” ucap Pani.

Otot-otot di lengan Riki membesar, membuat lengan bajunya membesar.

Britania melihat Riki sampai urat biru di dahinya menggembung, lalu mengulurkan tangan menepuk bahu putranya “Nak, ibu dan Pani mengerti perasaanmu. Lepaskan Pani lebih dulu, kalau tidak kamu akan melukainya dan kalau itu terjadi kamu tidak akan memaafkan dirimu!”

Begitu Britania berkata, Samir menoleh.

Tatapannya membeku di wajah Britania selama dua detik sebelum terhuyung-huyung lagi.

Riki menggertakkan giginya, memaksa dirinya untuk tenang dan perlahan-lahan melepaskan Pani.

Begitu Riki melepaskan Pani, Samir segera menarik dan melindunginya di belakang.

Riki dan Britania mengerutkan alis melihat tindakan Samir.

Samir tidak peduli tentang itu.

Samir yang membawa Pani keluar, jadi dia harus bertanggung jawab mewakili temannya menjaga Pani dan tidak membiarkan orang lain mengambil keuntungan!……

Restoran di dekat hotel.

Pani dan lainnya duduk di meja dekat jendela.

Riki dan Britania duduk berdampingan, Pani dan Samir duduk bersama.

Ada Samir disini, tentu saja tidak membiarkan Riki dan Pani berhadapan.

Jadi Pani dan Britania duduk berhadapan.

Hanya saja waktu sudah berlalu beberapa saat dan mereka tidak banyak bicara, suasananya canggung dan menyedihkan.

Pani mungkin bisa menebak alasannya.

Pani menoleh melihat ke arah Samir dan berkata “Kak Samir, kamu dan lainnya bukankah sudah memesan makan di Pavilion Terang Bulan ?

Samir memandang Pani, setelah beberapa detik mengerutkan alis dan berkata “Awalnya acara penyambutanmu, karena kamu tidak ada, untuk apa aku pergi. Jadi aku tetap disini, setelah kalian selesai, aku akan mengantarmu kembali ke rumah Sumi.”

Rumah keluarga Nulu?”

Riki yang mendengarnya, tiba-tiba mengangkat matanya menatap Pani, kilatan merah samar terpancar di matanya.

Pani merasakan tatapan mata Riki, diam-diam menghela nafas, menatap Samir tanpa daya, tanpa menghindari tatapan Riki dan berkata “Kamu dan Bibi Wijaya baru kembali dari Australia, masih belum sempat istirahat sudah terbang lagi ke Kota Tong, pasti capek sekali, kan?”

Riki menatap Pani dan tidak mengatakan apa-apa.

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu