Hanya Kamu Hidupku - Bab 569 Kamu Menjijikan Sekali, Pergilah

“Um, Ada sedikit masalah.” Sumi cukup tenang.

Frans tersenyum dengan murah hati, "Betapa menyenangkan jika kamu memberitahuku sekarang bahwa kamu meneleponku hanya untuk main-main saja."

Sumi mengangkat alisnya, "Bantu aku mencaritahu ibuku bertemu dengan siapa dalam dua hari terakhir ini."

Frans berhenti sebentar, kemudian berkata, "Sumi, kalian anggap aku seperti apa? Detektif gratis kalian ya? Hal kecil saja ingin merepotkanku? Apakah kalian benar-benar mengira aku tidak akan menolak kalian?".

"..."

Sumi tertegun, kemudian tertawa, "Maaf, sudah terbiasa."

Faktanya, masalah ini benar-benar tidak perlu merepotkan Frans. Jika Sumi ingin mengetahui dalam dua hari terakhir ini Siera bertemu dengan siapa, dia cukup menghabiskan sedikit waktu saja bisa mengetahuinya.

Hanya saja dia terlalu bergantung pada Frans, sehingga sudah terbiasa mencari dia mengenai masalah-masalah begini.

Frans menghela nafas, "Baiklah, karena kamu sudah mencariku, maka serahkan saja padaku."

"Sahabat baikku!" Kata Sumi.

"Hentikan!" Frans mendengus, "Berteman dengan kalian termasuk kesialanku!".

Sumi tersenyum tak berdaya, "Kata-katamu sedikit melupakan teman setelah menyukai seseorang".

"Sayang, kamu dengarkan, temanku mengatakan bahwa aku melupakan teman setelah menyukai seseorang. Kamu lihat bahwa kamu telah membuatku terpesona... Ceh!" Suara Frans seperti mara dan menggoda!

"Kamu, kamu menjijikan sekali, pergilah."

Terdengar suara malu dari wanita itu.

Sumi mengangkat alis dan tersenyum, dengan sadar menutup telepon.

Menurunkan telepon dari telinganya, warna kegelapan melintas mata Sumi lagi.

Sumi mengedipkan matanya, menggengam teleponnya dengan erat dan berdiri di balkon selama beberapa detik, kemudian kembali ke ruang tamu.

...

Kota Tong, Keluarga Nulu.

Siera menutup panggilan dari Sumi, meninggalkan Samoa, kemudian kembali ke kamar tidur.

Samoa duduk di sofa dengan diam selama beberapa menit, menghela nafas dengan kedua tangan di pahanya, bangkit kemudian pergi ke kamar tidur.

Ketika Samoa memasuki kamar tidur, Siera duduk linglung di depan meja rias di samping tempat tidur besar dengan mata memerah.

Samoa berjalan mendekatinya, memegang bahu Siera dari belakang, melihat wajah sedih Siera di cermin, dia berkata dengan lembut, "Anak-anak sudah besar, mereka tidak lagi di bawah kendali kita, terserah mereka saja."

Siera memejamkan mata, bibirnya sedikit gemetar, "Aku sangat menyesal sekarang. Sejak kecil hingga dewasa aku mengikuti semua permintaan mereka."

"Apakah tidak bagus? Lihatlah Sumail dan Sumi, satu ahli di bidang pendidikan, yang satu lagi terkenal di bidang industri, mereka berdua merupakan kebanggaan kita," kata Samoa sambil tersenyum.

“Apanya yang bagus?” Siera membuka matanya dan menatap Samoa dari cermin, “Masalah Sumail sudah lewat tidak perlu bahas lagi, tapi lihatlah Sumi, seperti apa dia sekarang? Hanya demi seorang wanita…”

"曼曼." Samoa menggoyangkan bahunya dan berkata sambil tersenyum dengan sabar, "Kamu jangan lupa, kamu sendiri juga seorang wanita."

"Bisakah kamu jangan menasehatiku saat ini? Aku sangat kesal, aku sangat khawatir!" Kata Siera.

Samoa diam.

"Aku, aku tidak mengatakan bahwa Pani tidak baik, dan aku tidak bermaksud ingin menghakiminya. Aku sangat marah dengan anak kita! Pani telah mengandung anak dari pria lain, hal ini telah membuktikan bahwa dia tidak menghargai anak kita. Dia telah memulai kehidupan barunya! Tetapi jika Sumi terus menggangu Pani, itu tidak hanya sedang menyakiti dirinya sendiri, tetapi juga terhadap Pani dan pasangannya saat ini! Menurutmu Sumi sedang memikirkan apa? Mengapa dia tidak bisa melewati rintangan Pani ini? Bukankah dulu dia juga menyukai Linsan? Tapi setelah Linsan menikah, dia juga tidak seperti ini!".

Siera semakin cemas, berbicara hingga air mata menetes pada akhirnya.

Samoa tampak tidak tega, buru-buru mengelap air matanya dengan lengan bajunya, dan berkata sambil menyeringai, "Umur sudah tua, tapi masih menangis, apakah tidak malu?".

"Kamu keluar" Siera sangat cemas, tetapi Samoa bertindak acuh tak acuh dan santai di samping, hal ini membuat Siera merasa tidak nyaman dan stress, sehingga dia mendorongnya dan berkata dengan marah.

Samoa, "..." Mana berani melawan, dia buru-buru menegakkan sikapnya, menarik Siera, dan keduanya duduk di samping tempat tidur.

"Apa yang tidak dimengerti? Putra kita telah bertemu cinta sejati, secara alami tidak mungkin dapat menjaga ketenangan yang konsisten," kata Samoa.

Siera menatapnya, "Cinta sejati yang dimaksud kamu itu Linsan atau Pani?".

Samoa memandang Siera, ingin tertawa, tetapi dia menahannya, "Kamu ini, ketika bertemu dengan masalah putramu, tidak ada penampilan kecerdasan dan kehebatan seorang pengacara."

"Kamu..."

“Tentu saja aku mengatakan Pani.” Samoa buru-buru melanjutkan.

Siera menatap Samoa dengan bingung.

Samoa menghela nafas, "Sekarang sepertinya Sumi tidak begitu menyukai Linsan, ataupun dia tidak terlalu menyukai seperti yang dia pikirkan. Semua hal, jika ada perbandingan, baru dapat benar-benar membedakannya."

Siera mengerutkan kening, ekspresinya semakin sedih, "Masuk akal juga. Kamu coba pikir, Sumail dan 向晚 merupakan cinta pada pandangan pertama, mereka merupakan cinta pertama satu sama lain, dan mereka setiap hari bermesraan di depan mata Sumi sepanjang hari. Tanpa dibicarakannya, dia mungkin diam-diam ingin menjadikan abangnya sebagai panutan, ingin menjadi seperti abangnya dan menyukai seseorang seumur hidup. "

“Kemudian, ketika masih remaja dia bertemu Linsan. Linsan cantik, murah hati dan lembut, sehingga dia jatuh cinta padanya. Ketika menyukai seseorang, menurutmu segi mana pun orang ini tetap baik. Tidak disangka Linsan berputar-putar di antara dia dan Thomas selama beberapa tahun, tiba-tiba dia langsung memilih Thomas!".

"Putra kita tetap memikirkannya, tetapi dia dituangkan sebaskom air dingin ke kepalanya. Siapa yang bisa bereaksi! Dia belum sempat menstabilkan perasaan ini, Linsan tiba-tiba menikah dengan Thomas! Kamu katakan padaku, ini merupakan maslaah apa? Bukankan sengaja ingin membuat putraku kesal? Jika hal ini menimpa padaku... Jangan menimpa padaku, hanya memikirkannya saja aku sudah tidak tahan! Bukankah sengaja membuat putraku tidak bisa melupakannya?".

Bertahun-tahun kemudian, ketika Siera menyebutkan nama Linsan masih terdapat keluhan dan ketidakpuasan dalam kata-katanya.

Bagaimanapun, Sumi merupkan sepotong daging yang jatuh dari tubuhnya, jika Sumi merasa tidak nyaman, maka Siera akan terasa lebih tidak menyenangkan darinya.

Sejujurnya.

Dia sulit mengucapkan di depan Sumi.

Namun di dalam hatinya, dia benar-benar merasa sangat kesal bahwa putranya dimainkan oleh Linsan.

Hanya saja sifat Linsan terlihat sangat murah hati dan lembut, terbuka dan lugas di hadapan mereka, sangat menghormati mereka. Meskipun Siera kesal terhadap masalah itu, tetapi dia tidak mengucapkan kata-kata kasar terhadap Linsan.

Samoa diam-diam mendengarkan Siera berbicara hingga selesai, kemudian dia baru berkata dengan serius, "Walaupun kamu pernah melihat Sumi tidak bisa melepaskan masalah itu, pernahkah kamu melihatnya menyiksa dirinya sendiri? Tidak pernah, kan?".

Siera menghela nafas dan menatap Samoa dengan kesal, "Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Seperti yang kamu katakan, Pani adalah cinta sejati Sumi, terus kenapa? Pani sekarang telah mengandung anak dari pria lain. Mengesampingkan masalah pria itu, apakah Pani bersedia bersama dengan Sumi lagi. Kamu katakan saja, bisakah kamu menerima Pani mengandung anak yang bukan merupakan anak dari putra kita masuk ke dalam rumah kita dengan tulus?".

"..." Samoa ditanya.

"Lihat, bukankah kamu sendiri saja tidak bisa menerimanya? Aku juga tidak bisa!" Siera menarik napas, " Ketika aku terpikir bahwa putraku akan terkhianati, hatiku terasa sakit. Aku tidak tahan!".

Samoa diam-diam berpikir bahwa dia juga tidak tahan!

Hanya saja……

“Jika Sumi tidak merasa terkhianti?” Samoa menatap Siera dan berkata dengan hati-hati.

"Bagaimana mungkin dia tidak merasa terkhianati? Apakah kamu normal?".

Siera sangat cemas, menatap Samoa, "Aku bertanya kepadamu, jika aku menikah denganmu dengan mengandung anak dari pria lain, kamu sebagai seorang pria, apakah kamu tidak merasa terkhianati?".

"Aku..." Ekspresi Samoa menjadi masam, "Aku sangat menyukaimu. Demi mendapatkanmu, pengkhianatan ini tidak seberapa".

“Lihat, lihat! Kamu saja merasa terkhianati, kan?” Kata Siera.

Samoa mengerutkan bibirnya dan berhenti berbicara.

Siera duduk dengan diam sejenak, mengambil napas dua kali, dan berkata, "Aku rasa besok Sumi tidak akan kembali dengan patuh, aku harus menemukan cara. Jika tidak, aku akan pergi ke Kota Yu untuk membawa dia kembali!".

Samoa, "..."

Siera menggenggam dadanya, dan berkata dengan sedih, "Bagaimana jika Sumi bersikeras? Tidak mungkin menganggap tidak pernah melahirkan anak ini."

Samoa tidak berbicara.

...

Keluarga Zhao.

Liaoran dan Vimaya duduk di sofa ruang tamu sedang berbicara tentang masalah manajemen dari beberapa pemimpin senior di perusahaan, Pataya yang berada di samping tiba-tiba tertawa sambil memegang teleponnya.

Liaoran dan Vimaya tertegun dan menatap Pataya.

Pataya baru kembali dari Kota Yu sehari sebelumnya.

Liaoran dan Vimaya saling menatap.

Liaoran tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Pataya, "Pataya, duduklah di samping Nenek."

Pataya mengangkat wajah merahnya yang selesai tertawa, kemudian menatap Liaoran dan Vimaya, "Nenek, Ibu, kalian jangan peduli denganku, lanjutkan pembahasan kalian."

“Kemari,” kata Liaoran.

Pataya tersenyum dan berjalan sambil memegang teleponnya, duduk di antara Liaoran dan Vimaya.

“Sekarang kamu sudah kembali dari Kota Yu. Kapan kamu berencana untuk pergi sekolah? Ini sudah waktunya untuk masuk sekolah.” Liaoran meraih tangan Pataya dan berkata dengan ramah.

“Oh, jangan khawatir, tunggu dua hari lagi. Nenek, kamu tolong bantu aku meminta izin beberapa hari lagi.” Pataya memegang lengan Liaoran dan berkata dengan manja.

“Tidak boleh. Sekarang kamu telah kembali, kamu harus pergi sekolah.” Vimaya melanjutkan.

Wajah Pataya cemberut, menyandarkan kepalanya di bahu Liaoran, dan menatap Vimaya kemudian berkata, "Bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku mempunyai alasan tersendiri?".

Vimaya mengangkat alisnya, "Alasan apa?"

Pataya tersipu sambil tersenyum, "Aku dengar... Nyonya Nulu sedang mengatur kencan buta atau perkenalan untuk Tuan Nulu."

Liaoran dan Pataya tercengang.

Pataya duduk dengan tegak, kiri kanan tangan memegang tangan Liaoran dan Vimaya, kemudian berkata, "Nenek, Ibu, kalian harus membantuku!".

Liaoran menarik napas dan menatap Pataya dengan bingung, "Mengapa Nyonya Nulu tiba-tiba ingin mengatur kencan buta untuk Tuan Nulu?"

Pataya tersenyum dengan misterius, "Um, bagaimanapun dia sedang semangat."

Ketika Liaoran dan Vimaya melihat hal ini, mereka mengetahui bahwa Pataya pasti mengetahui cerita di dalamnya.

Liaoran dan Vimaya saling menatap dan tersenyum. Kemudian menatap Pataya, Vimaya berkata, "Nak, kamu masih menyembunyikan apa di depan ibu dan nenekmu. Segera katakan, apa yang terjadi?".

Pataya tersenyum dengan bangga terhadap Liaoran dan Vimaya, dan berkata, "Aku, aku hanya baik hati memberitahu Nyonya Nulu tentang beberapa kebenaran saja."

“Kebenaran apa?” Tanya Vimaya.

Pataya mengedipkan mata dan berkata, "Aku hanya memberitahu Nyonya Nulu bahwa wanita yang telah ditunggu-tunggu oleh Tuan Nulu sekarang telah mengandung anak dari pria lain, serta memperlihatkan wujud asli dari wanita itu kepada Nyonya Nulu, membiarkan Nyonya Nulu melihat wujud jelek dari wanita itu!".

"..."

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu