Hanya Kamu Hidupku - Bab 21 Seperti Jelly Yang Dingin

Menggendong Ellen kembali ke kamarnya, membuka kelambu pink lalu meletakkannya di ranjang, menyelimutinya sampai dada.

Duduk menyamping di samping ranjangnya, William menggenggam tangan Ellen yang lembut, jarinya mengelus ruas jemarinya yang kecil, menatap wajahnya yang merona ketika tidur.

Ellen memang terlahir cantik, sepasang matanya yang bulat dan jernih, seperti mata kucing kecil, bulu matanya juga panjang dan lentik.

Wajahnya oval dan proporsional, dagunya yang agak lancip, bibir kecil di bawah hidung kecilnya yang mancung, sepanjang tahun berwarna merah muda dan kenyal bagai jelly.

Tatapan mata William mengunci bibir kecil Ellen yang sedikit terbuka, jari panjangnya mengelus bibir kenyal itu.

Tanpa sadar, William menundukkan badannya, bibir tipisnya mendarat diatas bibir Ellen .

Kali ini William sangat sadar kalau ini nyata dan bukan mimpi.

Dan kenyataannya, dia benar-benar mencium putrinya.

Seperti sampanye yang ia bayangkan, agak dingin, lembab, bagai jelly yang dingin.

“Paman ketiga….”

Tiba-tiba Ellen bergumam.

Mata William terbelalak, bibir tipisnya segera menjauh, matanya menatap Ellen dengan bingung.

Ellen tidak terbangun, bibir kecilnya tersungging, seperti sedang bermimpi indah, dan di dalam mimpinya ada dia………..

Wajah William yang dingin seketika terlihat lembut, menundukkan tubuhnya dan mengecup ringan bibirnya, ia bangkit menurunkan kelambunya, lalu berjalan keluar kamar.

Ketika ia melewati meja belajar Ellen, langkah William terhenti di sana, tatapan matanya tiba-tiba menjadi agak tajam, matanya tertuju pada kotak hadiah yang terletak di atas meja belajar Ellen .

……

Keesokan harinya, ketika Ellen bangun dan menyadari dirinya berada di ranjangnya sendiri, ia kebingungan.

Lalu berpikir lagi, mungkin paman ketiganya melihatnya tertidur, jadi menggendongnya masuk ke kamar.

Setelah merenggangkan pinggangnya di atas ranjang, Ellen bernyanyi kecil sambil turun dari ranjang dengan suasana hati lumayan baik, ketika pergi ke kamar mandi untuk mandi juga sambil bernyanyi kecil.

Setelah selesai mandi, Ellen berdiri di depan meja rias dan memakai pelembab di wajahnya, ia malas memakai krim wajah, ia langsung pergi ke ruang ganti untuk berganti pakaian.

Ia keluar dari ruang ganti dengan mengenakan seragam, Ellen berjalan ke meja belajar, mengambil tas sekolah dan bersiap untuk keluar.

Ia sudah berjalan sampai depan pintu, tiba-tiba terhenti, ia berbalik dan melihat ke arah meja belajar.

Kemana hadiahnya?

Ellen menarik nafas, berbalik dan kembali ke meja belajar, mencari-cari tapi tidak menemukan hadiahnya.

Ellen kebingungan dan terkejut sampai membelalakkan mata, jadi, situasi apa ini?

Hadiahnya terbang menghilang?

……

Ellen mengambil tasnya dan berlari turun ke lantai bawah, tanpa melihat kearah seseorang yang sedang duduk di sofa ruang tamu membaca koran, langsung berlari menuju Darmi yang sedang menyiapkan sarapan.

William mengangkat pandangannya dari koran di tangannya, melihat kearah ruang makan dengan tatapan tenang.

“Bibi Darmi, apakah pagi ini bibi ada masuk kamarku untuk beres-beres?” suara Ellen yang agak panik terdengar dari dapur.

William mengangkat alis, bibirnya yang tipis dan dingin mengetat.

“Tidak, kenapa?” Darmi berkata.

Tidak ada……….

Ellen bingung.

Kalau begitu kemana hadiah itu? Tidak mungkin tumbuh sayap dan terbang bukan?

……

Ruang makan.

Ellen menggenggam garpunya, menusuk daging ayam di mejanya dengan galau, matanya yang lincah sebentar-sebentar melirik kearah William di seberangnya.

Tentu saja William menyadarinya, ia mengangkat kopi hitam sambil menyeruputnya.

Ellen mengetatkan rahangnya, memberanikan diri berkata, “Paman ketiga..”

“Sekarang jam makan.” William tidak melihat kearah Ellen, hanya berkata dengan nada datar.

Bibir Ellen mengetat, ia menunduk melihat kearah garpu di tangannya, akhirnya meletakkan garpunya, mengambil ayam di piringnya di tangan lalu memakannya dengan gigitan besar.

Sepotong ayam habis dalam waktu dua menit.

Dia mengambil tisu di sampingnya dan mengelap asal tangannya, Ellen mengambil susu di sampingnya, lalu meminumnya sampai habis dalam satu teguk.

Ia meletakkan gelas kosongnya, Ellen menarik nafas panjang, mata besarnya melihat kearah William, suaranya agak terengah, “Paman ketiga, aku sudah selesai makan.”

William meletakkan koran di tangannya, bangun perlahan lalu berjalan keluar ruang makan.

Ellen speechless, hanya bisa mengikutinya dari belakang, “Paman ketiga, ketika paman menggendongku kembali ke kamar semalam, apakah paman melihat sebuah kotak hadiah yang terbungkus indah di atas meja belajarku?”

Tiba-tiba.

William menghentikan langkahnya.

Ellen tidak mengerem langkahnya, baru melangkah dua langkah, melihatnya berhenti, ia tetap maju dan berdiri di depannya, manatap William dengan kedua matanya yang hitam dan jernih.

Wajah William terlihat dingin, ia menundukkan wajahnya menatap wajah Ellen dengan tatapan mata yang begitu dalam, dalam bagai sebuah sumur kering yang tidak terlihat dasarnya.

Melihat ini, hati Ellen agak bergetar.

“Kotak hadiah apa?” William berkata dengan dingin.

Eee……

Ellen melihat wajah William yang dingin dan tegas, jantung kecilnya menjadi tegang.

Reaksi William, sepertinya ia sama sekali tidak mengetahui kotak hadiah apapun……..

Jadi, dia tidak melihatnya?

Tapi, kalau tidak lihat yah tidak lihat, untuk apa setegas itu, aneh, aneh sekali malah.

Setelah menelan ludah diam-diam, Ellen perlahan mengangkat tangan dan melambaikannya, “tidak, bukan apa-apa.”

Mata William yang dalam agak menyipit, kakinya yang panjang melangkah melewati Ellen, lalu melewati Ellen dengan dingin.

Wajah kecil Ellen agak bergetar, ia berbalik melihat William yang berlalu, diam-diam menghela nafas, temperamen paman ketiga belakangan ini semakin sulit ditebak.

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu