Bretta’s Diary - Bab 118 Orang yang Sadis

Sebenarnya lagu-lagu Liszt sangat susah dimainkan, apalagi lagu "Transcendental Étude No. 5, Feux Follets" ini.

Dari awal, Stephanie sudah kesulitan, tak bisa mengejar temponya.

Tapi Bretta sangat stabil, tak goyah sedikitpun, ia juga tak terpengaruh oleh Stephanie yang ketinggalan tempo itu.

Dan akhirnya Stephanie bisa menyelesaikan sesi pertama.

Namun di sesi kedua, saat tempo bertambah cepat, jari-jarinya sudah tak bisa mengikuti lagu itu lagi.

Matanya mulai berkaca-kaca.

Kemudian, ia pun bangkit berdiri dan meminta maaf pada semua orang, tapi ia tak berkata apa-apa, hanya berdiri di samping Bretta dan melihatnya bermain piano.

Dari jarak yang sangat dekat itu melihat Bretta, ia merasa sangat kagum.

Ia mengira kalau cewek ini tidak bisa bermain piano, tapi siapa yang menyangka ternyata dirinya selevel dengan pianis profesional.

Melihat kecepatan tangannya itu pun ia bisa tahu kalau Bretta sudah berlatih sekian tahun.

Awalnya Stephanie ingin mempermalukan Bretta, tapi malah dirinya sendiri yang mendapat batunya.

Hatinya bercampur aduk, ia ingin menangis tapi tak berani......

Hanya bisa menyesali semuanya dalam hati......

Parker senang bukan kepalang melihat Bretta yang memainkan lagu Liszt bak dewa itu.

Sebenarnya tadi ia sedang makan di restoran, namun melihat Bretta, ia pun meletakkan sumpitnya.

Dan berkata, "Wah wah, Bretta benar-benar hebat, sadis juga dirinya, aku memang tak salah pilih."

Hayden sama sekali tak terkejut melihat kejadian Bretta ini.

Karena sebelumnya ia sudah melihat laporan penyelidikannya tentang Bretta, walaupun gadis ini tidak pernah sekolah, tapi kemampuannya lebih hebat dari mahasiswa-mahasiswa universitas unggulan.

Piano, catur, kaligrafi, gambar, puisi, lagu semua dikuasainya.

Untung saja dia hidup di masa kini, kalau di zaman dahulu.

Hayden merasa Nyonya Besar Keluarga Hua merawat dan mengajari Bretta berdasarkan peraturan dan ketentuan menjadi permaisuri pangeran.

Ia benar-benar hebat dalam segala hal.

Elly dan Bella juga sedang melihat siaran langsung itu di rumah, mereka sangat senang.

"Nona memang hebat, memang harus membalasnya seperti ini, cewek sialan itu benar-benar tak tahu malu."

"Nona kita ini hanya ingin rendah diri saja, tapi kalau dia sudah mengeluarkan kemampuannya, semua orang pasti akan terkaget-kaget, hahaha." kata Bella sambil makan kwaci.

Setelah lagu itu selesai, Bretta pun berdiri dan memberi hormat pada para penonton dengan anggun.

Suara gemuruh tepuk tangan memenuhi aula itu.

Stephanie meminta maaf asal-asalan, dia beralasan kalau dirinya sedang tidak enak badan, oleh karena itu ia tak bisa memberikan penampilan yang sempurna, lalu ia pun turun dari panggung.

Tapi sebenarnya semua orang di sana tahu, Stephanie bukan tidak enak badan.

Tapi malu.

Kali ini bidadari cantik di sekolah itu pun semakin populer......

Malam itu, banyak media yang memposting video itu.

Untuk saja rambut panjang Bretta menutupi sebagian wajahnya, sehingga orang-orang tak bisa melihat wajahnya dengan jelas, ia tak ingin identitasnya tersebar.

Karena kalau sampai tersebar, pasti lebih menyusahkan lagi.

Setelah Bretta turun dari panggung, ia kembali ke tempat duduknya, melihat sisa acara itu dengan tenang.

Jonathan duduk tepat di belakangnya.

Ia mengambil selembar tissue dan menggulungnya.

Lalu ia lemparkan ke arah Bretta......

Bretta membalikkan kepalanya sambil mengerutkan kening.

"Kau memainkan lagi Liszt dengan hebat, satu jempol untukmu." perkataan ini bukan rayuan, hanya pujian saja.

Waktu SD Jonathan pernah belajar piano, tapi setelah itu, ia lebih suka bermain basket.

Tapi dia juga mengerti kemampuan Bretta saat memainkan lagu tadi, benar-benar seperti dewa.

Bretta menganggukkan kepalanya sedikit, namun tak berkata apa-apa.

Sikapnya itu benar-benar dingin.

Tampaknya ia sama sekali tak menghargai pangeran kampus itu.

Jujur saja, Jonathan merasa sedikit kecewa.

"Haha, Kak Yuan kita ini sudah berkecimpung di dunia percintaan bertahun-tahun, bahkan dijuluki pemikat para gadis, tapi sekarang sepertinya ia bertemu dengan lawan yang sebenarnya...... Kulihat sepertinya gadis cantik itu tak menghiraukanmu, dia benar-benar jauh lebih tangguh dari Stephanie......"

Baru saja Jonathan mau membalas perkataan temannya itu, handphonenya berbunyi.

Stephanie yang mengirimkannya pesan Wechat.

"Aku sedih, tadi aku tak bisa bermain dengan baik, air mataku mengalir terus, aku sekarang ada di paviliun sini, apa kau bisa menemaniku?"

Novel Terkait

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu