Bretta’s Diary - Bab 928 Kesayangan

Elfreda Ni dan Parker Xie sejenak tertegun menatap senyuman Bretta Hua, dan setelah agak lama baru membalas dengan canggung.

Elfreda Ni bahkan menyesal kenapa ia berdandan begitu berlebihan hari ini?

Ia bahkan berpikir, ia harus berdandan dengan baik, agar bisa menandingi Bretta Hua.

Rupanya, Bretta Hua bahkan sama sekali tak bermaksud untuk bertanding, karena mereka pada dasarnya saja tidak setingkat, mana mungkin bisa ditandingkan?

Hal ini sudah seperti para artis dalam negeri di festival film.

Tahun lalu, sebuah festival film internasional menggelar acara karpet merah, dan sangat banyak artis dalam negeri yang menghadirinya.

Sekitar 30 artis dari China, demi menarik perhatian, mereka berdandan sangat berlebihan.

Bahkan beberapa orang mengenakan pakaian yang hampir transparan, sungguh canggung saat berjalan.

Beberapa orang juga terjatuh di karpet merah, dan para satpam tak sempat menolongnya.

Lalu saat acara hampir selesai, Beatrice Hua datang mengenakan sebuah kemeja putih, rambutnya yang tergerai dibuat sedikit ikal.

Ia hanya berdandan tipis-tipis, menggunakan celana jeans, dan sepatu AJ, tidak seperti akan berjalan di karpet merah.

Bahkan ia hanya mengenakan tas kanvas yang dibuatkan oleh Bretta Hua, sangat kasual, tapi meski begitu, ia membuat sekelompok artis itu terpesona.

Para awak media asing segera berebut untuk mengambil fotonya, dan Beatrice Hua muncul di berita utama selama 3 hari berturut-turut, bahkan ia muncul di dalam 7 majalah fashion.

Apa maksudnya?

Sederhananya, yang biasa-biasa sajalah pemenangnya, yang berusaha mengikuti trend terdepan, bukannya terlihat mempesona, malah menghancurkan image mereka sendiri.

Beatrice Hua telah mengalahkan para artis itu, hanya dengan mengenakan kemeja putih.

Hampir sama seperti Bretta Hua hari ini, ia tidak berdandan berlebihan.

Tapi Elfreda Ni juga tak bisa mengalahkannya.

Tatapan mata Parker Xie hampir tak pernah meninggalkan Bretta Hua.

Elfreda Ni belum pernah melihatnya menatap seseorang dengan begitu hangat dan penuh kasih.

Seolah, jika Bretta Hua terbatuk sekali saja, Parker Xie akan merasa khawatir selama 3 hari.

Elfreda Ni awalnya mengira, sebagai anak kelima dari keluarga Hua, dan menantu keluarga Jiang, wanita ini pastilah sombong dan angkuh.

Tapi begitu pertama kali melihatnya, ia sadar ia telah salah mengira, Bretta Hua sangat ramah, dan memperlakukan orang lain dengan lembut dan sopan, sama sekali tak merendahkan orang, meskipun ia memiliki latar belakang yang luar biasa.

Sebaliknya, Elfreda Ni merasa dirinya berpikiran terlalu dangkal dan rumit, ia merasa sangat bersalah.

1,5 jam kemudian, mereka bertiga pergi.

Parker Xie mengantar Bretta Hua ke mobilnya, dan menatapnya sampai mobil itu tak tampak lagi, barulah berjalan menuju mobilnya sendiri.

“Tuan Xie, aku tahu kenapa kau menyukainya.”

Parker Xie tertegun, ia memperlambat langkahnya, dan menoleh menatap Elfreda Ni.

“Memang benar, menyukai seseorang berawal dari fisik yang menarik, dan bertahan karena sikap dan kualitas moral yang baik.” Elfreda Ni mengatakannya dengan ringan, tapi ini merupakan penghargaan terbesar pada Bretta Hua.

Tentu saja, Bretta Hua tak memerlukan pengakuan semua orang, ia sudah cukup baik, semua telah mengetahuinya.

Parker Xie tertawa mendengarnya, ia tahu Elfreda Ni benar-benar mengagumi Bretta Hua.

Elfreda Ni juga berkata, “Orang luar mengira putri kelima keluarga Hua tak pernah bersekolah, tak pernah membaca buku, dan tak mengenal huruf, awalnya aku juga mempercayainya, sekarang aku tahu rupanya itu semua salah, Bretta Hua tak hanya cerdas, ia sangat jenius. Ia bisa menguraikan banyak puisi terkenal, ia juga mengetahui 2-3 penulis dari luar negeri, juga kudengar, ia sering memainkan musik Liszt? Musik yang sungguh menggemparkan itu, ia benar-benar bisa memainkannya? Bahkan kudengar ia bisa mengimprovisasinya menjadi lebih indah?”

Elfreda Ni dengan penasaran bertanya pada Parker Xie, ingin membuktikan kebenarannya, karena musik Liszt sungguh tak mudah untuk dimainkan.

Bahkan banyak pemusik profesional tak berani memainkannya.

Mendengarnya, tatapan Parker Xie menjadi hangat, seolah ia sedang memujinya, wajahnya penuh rasa bangga dan kemenangan.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu