Bretta’s Diary - Bab 71 Menghibur sang Istri

"Sedang apa kau ini?" jarang sekali Hayden berkata dengan nada yang sedikit marah seperti ini.

Kali ini, dia benar-benar marah.

Dirinya sendiri sudah seperti ini, masih saja memaksakan diri untuk keluar, bukankah itu hanya mempersulit dirinya saja?

Bretta mengangkat kepalanya, melihat orang yang memeluknya adalah Hayden/

"Aku ingin mendoakan nenek."

"Boleh, aku yang menggendongmu keluar."

Tak menunggu balasan Bretta, Hayden pun menggendongnya dan berjalan keluar.

Ini pertama kalinya Bretta melihat Hayden yang seperti ini.

Dulu ia selalu merasa Hayden selalu tersenyum dan tertawa, sangat ramah.

Mana tahu ternyata dia juga punya sisi yang keras dan perkasa.

Hayden menggendong Bretta sampai ke ruang doa.

Dari kejauhan tampak foto nenek yang terpasang di tengah ruangan, Bretta pun terisak melihat foto itu.

"Tak boleh menangis, simpan tenagamu, kau masih harus mengantar nenek untuk terakhir kalinya."

Hayden memerintahkannya sambil menundukkan kepala, Bretta pun mendengar perintahnya dan menahan tangisannya.

Seluruh anggota keluarga Hua pun datang, termasuk keluarga besan dari Belinda dan Brenda, Beatrice dipegangi oleh asisten di sebelahhnya, karena tulang rusuknya masih belum pulih total.

Bonnie sedang berlutut di sana sambil membakar kertas sendirian.

Tak sedikit kerabat Keluarga Hua yang datang, kurang lebih ratusan orang.

Hayden menurunkan Bretta di sekitar ruang doa, lalu menggandengnya.

Bretta mengenakan sebuah dress putih panjang, rambut hitamnya diurai lepas, di kepalanya terdapat sebuah kain putih.

Wajahnya sangat pucat...... Dari awal dia sudah sangat kurus, ditambah lagi dengan kejadian seperti ini, ia malah terlihat lebih lelah lagi.

Ia terlihat sangat amat lemah dan membuat orang-orang yang melihatnya merasa iba padanya.

Bretta berusaha menarik tubuhnya untuk bersujud di depan neneknya dan berdoa.

Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi tak bisa membuka mulutnya, ia hanya bisa menangis dan menangis.

Setelah upacara pemakaman selesai, Hayden menggendongnya kembali ke kamar untuk istirahat.

Bretta memejamkan matanya, tak ingin bicara apapun.

Elly pun memanggil Hayden ke samping diam-diam.

"Tuan Muda, kita tidak bisa membiarkan Nona seperti ini terus...... Nona sudah sehari semalam tidak minum air setetespun...... Kalau begini, siapa yang bisa menahannya?"

"Baik, aku pikir bagaimana caranya."

"Ini ada semangkuk bubur, tolong suapi dia."

"Kucoba."

Hayden tahu perasaan Bretta pasti lebih kacau dari semua orang di sini, bagaimanapun nenek yang sudah merawatnya dari kecil sampai besar.

Rasa cinta yang seperti itu pasti lebih besar dari sepuluh kali lipat dari rasa sayang ayah dan ibunya.

Dan sekarang nenek sudah tiada, Bretta pun terkapar seperti ini.

Siapa yang peduli padanya?

Semua orang di Keluarga Hua sangat pintar, mereka semua ingin diri mereka aman, mereka hanya ingin menjaga diri mereka sendiri.

Siapa yang ingin peduli pada seorang anak yang tak pernah disayang keluarga sejak kecil?

Saat ini, hanya Elly, Bella, dan Hayden bertiga saja yang benar-benar peduli pada kondisi Bretta.

Hayden mengenakan sebuah kemeja hitam lengan panjang dan celana hitam.

Menurut tradisi, dia termasuk orang luar, bukan anggota Keluarga Hua.

Oleh karena itu, ia hanya perlu mengikatkan sebuah kain putih di lengannya.

Ia membawa semangkuk bubur ke kamar dan duduk di kursi yang berada di samping ranjang Bretta.

"Bretta." katanya.

"Bretta, kau sudah sehari semalam tak makan sesuatu, tak minum air, kalau kau begini terus tubuhmu pasti tak akan kuat."

Bretta tetap tak menjawabnya.

"Orang yang sudah meninggal tidak bisa hidup kembali, nenek sudah delapan puluh empat tahun, ia meninggal dengan tenang, aku rasa seseorang yang bisa hidup delapan puluh empat tahun tanpa penyakit dan musibah adalah hal yang sangat membahagiakan, nenek adalah orang yang baik, oleh karena itu ia mendapatkan balasan yang baik pula, aku percaya setelah dia meninggalkan dunia ini, ia juga akan pergi ke dunia yang sangat indah, bukan tinggal di sini dan terus merasa kesakitan, iya kan?"

Hayden tak terlalu bisa menghibur wanita, jadi ia juga tidak tahu apa ia bisa menghiburnya dengan berkata seperti itu?

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu