Bretta’s Diary - Bab 104 Perebutan Gelar Bunga Kampus

Bonnie: Bretta, kau kuliah di National University?

Bretta: Iya, baru hari kedua.

Bonnie: Bagaimana menurutmu?

Bretta: Lumayan, guru-guru di sana hebat sekali, kurasa aku bisa mempelajari banyak hal.

Bonnie: Banyak guru di sana yang sangat akrab denganku, apa mau kubantu merekomendasikanmu?

Bretta: Tidak usah, Kak, menurutku sekarang ini sudah lumayan, kalau kau membantuku memperkenalkan banyak guru, aku malah merasa agak sedikit tak nyaman.

Bonnie: Kau ini, awalnya kukira kau ini hanya ingin belajar sejarah, hanya tertarik saja, siapa yang mengira kalau kau akan pergi ke sekolah, benar-benar kau ini...... Ayah Ibu tidak tahu kan?

Bretta: Iya, selain Hayden, Elly dan Bella tidak ada yang tahu.

Bonnie: Apa perlu kuberitahu kakak-kakak yang lainnya?

Bretta: Terserah, kurasa hal ini hanya hal pribadiku saja, mereka juga tidak akan tertarik.

Bonnie: Benar juga, tapi kalau ada sesuatu yang ingin kau tanyakan, telepon aku ya.

Bretta: Baik, tapi Kak Bonnie, kau dan Andrew......?

Bonnie: Tak apa-apa, sepertinya kita sudah benar-benar putus.

Bretta: Kalau begitu apa kau masih berencana untuk mencari lagi?

Bonnie: Sementara ini tidak, sekarang aku agak sedikit kacau, aku ingin tenang dulu.

Bretta: Baiklah.

Bonnie: Kalau begitu begini saja ya, kalau ada apa-apa hubungi aku.

Bretta: Iya.

Setelah mematikan telepon, suasana hati Bretta menjadi gembira, ia merasa hubungannya dengan Bonnie menjadi lebih dekat.

Sejak minum teh bersama waktu itu, sepertinya topik pembicaraan mereka juga menjadi lebih banyak.

Dari kecil, Bretta tak punya teman bicara selain Elly dan Bella, oleh karena itu ia sekarang merasa sangat senang bisa berbincang-bincang dengan Bonnie.

"Bella."

"Iya, Nona."

"Apa masker sarang burung walet yang kita buat sendiri itu masih ada?"

"Ada, masih ada banyak, ada di kulkas."

"Tolong nanti bantu aku untuk mengantarkannya ke tempat Kak Bonnie, terakhir kali kulihat kulitnya agak sedikit kusam, mungkin dia terlalu sering begadang, beri dia beberapa lembar."

"Baik, Nona."

Bella tersenyum, sepertinya Nona lebih perhatian pada orang lain sekarang, perubahannya yang seperti ini sungguh membuat Bella senang.

Hari ini Hayden pulang tengah malam, sesampainya di rumah ia juga tak mengganggu Bretta, ia langsung mandi dan tidur diam-diam.

Keesokan harinya, saat Bretta sarapan pun, dia sudah berangkat.

Tapi Bretta juga tak bertanya apapun tentang Hayden yang selalu pergi pagi pulang malam itu, ia merasa lebih nyaman kalau mereka menjalankan kehidupan mereka masing-masing, tidak ada yang saling mengganggu.

Dan di hari ketiga, Hari Jumat.

Bretta mengganti pakaiannya dengan jaket jeans, celana panjang hitam ketat dan sneakers putih.

Namun tetap mengenakan topi hitam.

Seperti murid-murid lainnya, ia tak berani mengenakan pakaian-pakaian bermerk untuk ke sekolah.

Semua pakaiannya ini ia beli dengan mendadak, karena takut orang-orang itu membicarakannya yang macam-macam.

Namun setelah pelajaran kedua selesai, gosip tentangnya pun sudah sampai ke telinganya.

Seorang teman perempuan pecinta gosip di kelasnya yang memberitahunya.

Katanya, "Bretta, apa kau tahu? Kau sudah membuat seseorang marah?"

Bretta terkejut sambil mengangkat kepalanya.

"Kau sudah membuat Stephanie Lu marah, apa kau tahu?"

"Stephanie Lu itu siapa? AKu tidak kenal." Bretta yakin ia belum pernah mendengar nama ini.

"Stephanie Lu itu bunga kampus National University ini, cewek cantik fakultas sastra...... Sebelum kau datang, dia itu selalu menjadi bunga kampus yang disegani orang-orang, laki-laki yang mengejarnya sudah mengantri sampai ke ujung dunia, tapi sejak kau datang, laki-laki di sekolah ini selalu melirik ke arahmu, kudengar katanya Stephanie Lu sangat tidak suka padamu, ia ingin menantangmu?"

"Menantangku? Bagaimana caranya menantangku?" Bretta benar-benar tidak mengerti apa yang dipikirkan perempuan-perempuan ini.

Apa mereka benar-benar harus bertarung?

"Bukankah beberapa hari lagi akan ada pesta penyambutan murid baru? Katanya...... Stephanie ingin bermain piano...... Mungkin ia ingin menantangmu bermain piano, mungkin."

Bretta tertegun lagi.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu