Bretta’s Diary - Bab 756 Tidak Mengajarimu Menjadi Manusia

“Sekarang semua mengintimidasiku, satu per satu, kalian datang menginjak-injakku. Apakah dia tidak bercermin dia sendiri seperti apa? Berani mengguruiku? Apakah kau sadar? Hanya seorang guru miskin bergaji beberapa juta per bulan, punya hak untuk mengguruiku? Apa-apaan.”

Tak tahu apa yang harus dilakukan, Brenda Hua menyemprot adik keempat. Saudari-saudari yang lain menjadi marah dan hendak berdiri.

Namun dihentikan oleh Habert Hua, ia berdiri. “Hari ini sampai disini, inilah hasilnya, tak peduli kau menerimanya atau tidak, mari membubarkan diri, aku sedikit lelah.”

Setelah ayahnya berbicara, yang lain tentu tak lagi mendebatnya...

Brenda Hua tentu tidak menerimanya, ia berlari, berlutut di hadapan ibunya, dan menangis terisak-isak.

“Ibu, lihat apa yang mereka lakukan padaku, mereka berusaha mendorongku sampai titik terakhir, bu, kau paling menyayangiku, tolonglah aku.” Saat itu, ia baru menyadari, masih ada ibunya sebagai harapan terakhirnya. Sebelum Brenda Hua menikah, Nyonya Hua paling menyukainya.

Karena apa? Mulut Brenda Hua sangat manis, Nyonya Hua selalu membawanya kemanapun ia pergi, di antara 5 bersaudara, uang saku Brenda Hua juga yang paling banyak.

Bahkan hadiah ulangtahunnya setiap tahun, juga paling mahal dibandingkan saudari-saudarinya, ini adalah pilihan ibunya, namun...

Nyonya Hua menangis sampai air matanya kering, selama setengah tahun ini, terjadi perubahan besar dalam keluarga Hua, dan ia juga menjadi jauh lebih kurus.

Keadaan psikologisnya juga tidak baik, maka banyak hal yang tak bisa lagi ia lakukan.

“Brenda, kau masih anakku, patuhlah... jangan banyak bertingkah lagi, ibu sudah tua, juga tak ingin terlalu mengurusi, tapi tentu saja aku juga tak ingin melihat kalian saling membunuh, beberapa hari ini aku berencana pergi ke Kota Nanfang untuk menghadiri misa, akan ada seorang biksu dari Emperor Temple yang mengajar, apakah kau mau pergi mendengarnya bersamaku?”

Brenda Hua tertegun... ia merasa ibunya sedikit... berbeda.

“Kenapa kamu begitu bersusah payah seumur hidup, dulu pandanganku juga tak terbuka, maka aku menderita... Brenda, jangan jadi seperti ibumu.”

“Ibu, apakah kau gila? Kau ingin pergi ke kuil? Jangan pergi, kau harus tetap disini, bersama memperjuangkan properti ini denganku, atau para serigala ambisius itu akan membaginya secara tidak adil, mereka semua orang asing... bu, jangan mempercayai mereka. Mereka semua sudah menikah, mengambil uang kita untuk diberikan pada keluarga mertua, hanya aku, aku tak punya anak, dan tak mencintai suamiku, aku dengan sepenuh hati hanya memikirkan keluarga Hua.”

“Lalu kemarin malam saat kau berencana keluar negeri, apakah kau terpikir untuk mengajak ibumu?” Nyonya Hua bertanya dengan dingin.

Brenda Hua terkejut, tak tahu bagaimana menjawabnya.

“Brenda, akui saja, di matamu hanya ada dirimu sendiri, hal yang kusesali adalah... saat kau kecil aku terlalu banyak mengajarimu tentang bisnis, namun tak mengajarimu bagaimana menjadi manusia...”

Setelah mengatakannya, Nyonya Hua meraba butiran tasbih di pergelangan tangannya, sambil berbalik untuk naik.

Akhirnya, semua telah bubar... Brenda Hua duduk sendirian di ruang tamu dalam waktu yang lama, dengan ekspresi kosong.

Semua ini terjadi begitu saja, ia tak hanya disingkirkan dari perusahaan, namun juga dari keluarganya.

Sekarang ia telah menjadi buangan keluarganya, ia sudah 31 tahun, tak muda lagi.

Orang bilang usia 30 an tahun adalah yang paling cemerlang, sedangkan ia, tabungan beberapa triliunnya, hilang dalam sekejap.

Rasanya ia tak memiliki apa-apa lagi... bahkan rasa kasih sayang itu telah sirna.

“Ibu...” Akhirnya, Brenda Hua menangis terisak, tak tahu apakah karena menyesal atau sakit hati.

Gerbang rumah orangtua.

“Ayo, kutraktir kalian makan hotpot, mari bersenang-senang.”

Beatrice Hua menghembuskan nafas lega, dengan santai bersandar di bahu Bruce Wang.

“Adik kelima, aku ingin berterimakasih padamu dan suamimu, kontribusi kalian sangat besar, tak hanya kalian berhasil menghalanginya kabur, juga mengembalikan uangnya.” Belinda Hua semakin menghormati pasangan suami istri Hayden Jiang dan Bretta Hua.

“Ini adalah masalah keluarga kita juga, tak perlu sungkan.” Bretta Hua masih menjaga jarak dengan Belinda Hua.

Bonnie Hua yang sedari tadi diam, tiba-tiba menanyakan sebuah pertanyaan yang sangat aneh.

“Menurut kalian, orang seperti kakak kedua ini, pernahkah seumur hidupnya ia mencintai orang lain dengan tulus, tanpa perhitungan, tanpa terlibat konspirasi, dengan tulus mendoakan orang lain bahagia?”

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu