Bretta’s Diary - Bab 120 Pesta Makan Malam Pribadi

Wajah Bretta memerah seketika......

Jujur, dia tidak begitu terbiasa dipuji oleh orang lain, dulu sebagus apapun pekerjaannya, neneknya juga jarang sekali memujinya.

Lama kelamaan, dia pun terbiasa, apapun yang ia kerjakan juga tak memerlukan pujian.

Bahkan tidak tahu dipuji itu rasanya bagaimana?

Pujian yang diberikan Hayden dengan sangat serius itu sungguh membuatnya merasa malu sampai mukanya memerah.

Bretta menundukkan kepalanya, tak tahu harus menjawab apa.

Dia memang bisa memainkan lagu-lagu Liszt dengan menutup mata dari kecil sampai besar.

Kalau Stephanie ingin mengadu kemampuan dalam bermain piano, dia tak usah berharap akan menang seumur hidup ini.

Namun bagi Hayden yang sangat kaya raya, sebenarnya ia bisa membeli hadiah yang sangat mahal untuk merayu Bretta.

Tapi dia tidak melakukannya, ia hanya membeli sebuket bunga, kehidupan ini memang membutuhkan sedikit warna.

Namun warna itu tak harus dibayar dengan uang ataupun harga yang banyak.

Hayden sangat mengerti sifat Bretta yang seperti itu.

Bretta pun membawa bunga-bunga itu ke kamarnya, meletakkannya di dalam kamar beberapa hari sampai benar-benar layu dan kering baru membuangnya.

"Sebenarnya aku hanya bermain seperti biasa."

Rupa Bretta yang bingung ingin mengutarakan hal itu atau tidak sungguh menggemaskan.

Ini baru sifat malu dan lucu yang seharusnya dimiliki oleh gadis berumur 22 tahun.

Hampir saja Hayden tak kuasa menahan rasa ingin mencubit pipinya yang tembem itu.

"Lain kali aku juga ingin berduet dengan Nyonya Jiang." kata Hayden tersenyum.

Bretta mengangkat kepalanya, melihat wajah Hayden, matanya bersinar bak bintang malam.

"Boleh, dengan senang hati."

Seminggu pun berlalu, Bretta juga sudah mulai terbiasa dengan sekolahnya.

Dia tidak tinggal dalam sekolah, ia hanya pergi pagi harinya, lalu pulang ke rumah setelah kelasnya selesai.

Elly selalu menjemputnya di gerbang samping, dan biasanya ia menghabiskan separuh waktunya di perpustakaan, lalu separuhnya lagi mendengarkan sang dosen mengajar sejarah.

Hari-harinya dilalui dengan kegiatan-kegiatan itu.

Tak terasa, hari Jumat pun datang, malamnya, Hayden pergi ke sekolah untuk menjemputnya.

Dan menyiapkan sebuah gaun pesta yang sangat dewasa untuk Bretta.

Katanya mereka akan pergi ke sebuah private charity dinner bersama.

Karena pesta makan malam itu adalah pesta pribadi, tidak ada wartawan media yang datang, oleh karena itu Bretta tak perlu khawatir akan difoto atau semacamnya.

Bretta pun mengganti pakaiannya dengan gaun yang dibawa Hayden, gaun itu berwarna merah muda, sangat tradisional, tidak memperlihatkan pundak ataupun punggungnya, gaun biasa yang tidak terlalu spesial.

Namun sangat cocok untuk menghadiri acara seperti ini.

Saat turun mobil, Hayden membukakan pintu untuk Bretta dengan hati-hati, lalu menggandeng tangannya.

Seketika, kehangatan dari tangannya mengalir ke tangan dingin Bretta, rasanya sungguh ajaib.

"Malam ini perusahaan kita menyumbang enam puluh miliyar untuk membelikan alat pendengar bagi anak-anak tuli."

Bretta menganggukkan kepalanya.

"Penyelenggara acara ini adalah Keluarga Wang, Bruce yang mengatur semuanya, dia sangat sederhana dan tak mau menonjolkan diri, dia tak ingin menggembar-gemborkan niat baiknya ini ke media, oleh karena itu tak ada seorang wartawan pun yang datang, kau tak perlu khawatir, tak ada orang yang akan mengambil fotomu diam-diam, acara ini adalah acara pribadi saja."

"Iya."

Baru saja mereka masuk, tak disangka orang pertama yang ditemui mereka adalah Parker Xie.

Sebenarnya Parker juga tidak tahu kalau Bretta akan datang.

Dia mengira sifat Bretta yang seperti itu tak suka untuk datang ke acara-acara seperti ini.

Ia datang bersama kakak dan kakak iparnya, karena Keluarga Wang juga mengundang Keluarga Xie.

Lagipula Keluarga Xue juga sudah ikut menyumbang, oleh karena itu wajar saja kalau mereka juga hadir di situ.

Melihat Bretta juga datang, Parker pun langsung maju ke depan tanpa mempedulikan harga dirinya.

"Bretta, kau juga datang?"

Bretta hanya memandanginya dengan mata dingin, menganggukkan kepala dan tak berkata apa-apa.

"Gaunmu hari ini agak sedikit kuno...... Tak terlihat seperti stylemu?" Parker memegangi dagunya sambil meneliti gaun Bretta itu.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu