Bretta’s Diary - Bab 17 Miliyarder Kelas Atas

"Pokoknya aku tidak peduli, kita sudah memesan kamar di Grand Mercury, juga sudah memesan wine yang mahal, cuman tinggal menunggumu datang dan membayar semuanya."

Mereka tidak memberi Hayden kesempatan untuk menolak dan langsung mematikan teleponnya.

Hayden melihat ke arah Bretta yang tetap tak berekspresi itu.

Tak terlihat merasa bersalah sedikitpun.

Setelah berpikir sejenak, Hayden menjelaskan, "Grand Mercury itu tempat untuk mengundang tamu-tamu bisnis, juga tempat berkumpul teman-temanku, aku ke sana sebentar, kalau kau tak ingin pergi ke sana, aku akan menyuruh supir untuk mengantarmu pulang."

"Baik." balasnya ketus.

Melihat Bretta membalasnya dengan ketus, Hayden merasa ia harus menjelaskan sedikit pada Bretta.

"Tempat itu bukan tempat mesum, jangan berpikir aneh-aneh."

"Kau yang berpikir terlalu banyak, sebenarnya, aku tidak akan melarangmu, kau mau melakukan apa saja tak ada hubungannya denganku."

Bretta mengatakannya dengan jelas, hubungan mereka berdua hanyalah sebuah transaksi, ia tak mungkin berbuat bodoh sampai benar-benar menghayati perannya dan mengurusi urusan orang lain.

Hayden yang sudah menjelaskan baik-baik, tapi malah menerima balasan ketus, ia merasa sangat kesal.

Tapi juga tak berkata apa-apa, dan mobil pun akhirnya sampai ke Orchard Cottage.

Semua yang ada di situ diatur dan ditata sesuai dengan kegemaran Bretta, sebenarnya dulu saat dia merasa bosan di gunung, ia selalu datang kemari.

Dia juga sudah terbiasa tinggal di sini, di sini sangat tenang dan indah, tidak begitu berbeda dengan rumah di Zhongcui Mount.

Kedua pembantu Bretta, Elly dan Bella, pun turun dari mobil.

Supir pun langsung melanjutkan perjalanannya mengantarkan Hayden menuju Grand Mercury.

Di tengah perjalanan, sang supir tak kuasa menahan keinginannya untuk mengeluh, "Tuan Muda, ada sesuatu yang ingin kukatakan, tapi Anda jangan terlalu dipikirkan, aku tidak bermaksud untuk menghina Nyonya Muda."

"Katakan saja."

Hayden duduk di belakang melihat sang supir, Pak Deddy, sambil tersenyum.

"Sepertinya Nyonya Muda tidak tinggal di abad kita ini, dia sedikit terlihat seperti hidup di era Republik China di tahun 1930an, seperti yang di Shanghai Beach kuno itu, apa Anda pernah melihatnya? Sepertinya dia satu generasi dengan Chessy Feng gitu, suka mengenakan cheongsam kuno, caranya berbicara juga agak kaku, yang paling lucu, kemanapun dia pergi, ia selalu ditemani dengan dua pembantunya."

Mendengar keluhan supirnya itu, Hayden pun tak kuasa menahan tawa.

Apa yang dikatakan supirnya itu memang benar, istri barunya ini memang sedikit kuno.

Dan dia pun juga ikut mengejeknya, "Betul, istriku itu memang datang dari era Republik China."

Tiga puluh menit kemudian, mobil pun berhenti di depan pintu Grand Mercury.

Tempat ini adalah tempat paling mewah di tengah kota, tingginya sembilan lantai, yang melambangkan sembilan keberhasilan dan kesempurnaan.

Dari interior sampai ekteriornya semua berbau western klasik yang mewah dan megah, dengar-dengar katanya semua benda dan desain yang terlihat kuning, itu semua disepuh emas asli.

Mobil yang parkir di depannya, tak ada yang harganya lebih rendah dari sepuluh miliyar.

Bahkan mobil Porche yang harganya kurang lebih dua miliyaran itu tidak berani berhenti di depannya.

Dunia orang kaya memang mewah dan tak bisa dibayangkan oleh orang awam.

Setelah sang supir menghentikan mobilnya, ia bertanya pada Hayden dengan hati-hati, "Tuan Muda, aku menunggu Anda di dalam mobil, kalau sudah selesai telepon saja aku."

"Tidak usah, hari sudah larut, kau pulang saja dulu, nanti aku suruh mereka mengantarku pulang saja."

Hayden tidak ingin merepotkan orang lain, supir ini juga sudah bekerja padanya bertahun-tahun.

Setelah itu, Hayden menuju ke dalam.

"Tuan Muda Jiang."

"Selamat malam, Tuan Muda Jiang."

"Selamat datang, Tuan Muda Jiang."

Sepanjang jalan, hampir tidak ada orang yang tidak mengenali Hayden Jiang.

Ia berjalan menuju ke kamar ekslusif di lantai paling atas dan membuka pintu.

Baru saja pintu itu terbuka, tubuhnya sudah dibasahi dengan siraman champange......

Tangan George menggenggam sebotol Champagne Armand de Brignac yang terkenal itu dan menyiramkannya pada Hayden.

"Jomblo tua, selamat atas pernikahanmu!" tawa George sambil memeluk botol champange itu.

Hayden juga tidak marah, ia mengambil tissue yang disuguhkan pelayan dan mengelap-elap tangannya yang penuh dengan champange itu.

"Eh? Kok datang sendiri, mana istrimu?" anak ini benar-benar penasaran.

Hayden baru sadar, ternyata orang yang datang juga tidak sedikit, ada lebih dari sepuluh orang yang duduk di sofa sana.

Graham Qin dan Bruce Wang yang hubungannya sangat dekat dengannya juga datang, ada juga beberapa putra-putri yang terkenal dan berasal dari keluarga-keluarga kaya lain yang datang.

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
3 tahun yang lalu