Bretta’s Diary - Bab 67 Kembali ke Rumah

"Brett apanya, menjijikkan sekali kau ini? Kalau adikku mendengar perkataanmu itu, ia pasti melototimu sampai mati."

Beatrice memang mengenal sifat Bretta yang sangat dingin itu.

Jadi dia pasti tidak suka dengan pria yang hanya suka bersenang-senang seperti Parker ini.

"Mana orangnya? Mana orangnya?" Parker juga sudah tak ingin bercekcok lagi dengan Beatrice, dia hanya ingin bertemu Bretta.

"Tidak datang."

"Tidak datang? Mana mungkin?"

Kalau dibilang Bretta tidak datang, Parker memang tak percaya.

Beatrice memegangi apel di tangannya dan tersenyum cantik bagai bunga mekar.

"Kau kan hebat, kalau tidak percaya coba lihat saja CCTV, dia sungguh tidak datang...... Adik kelimaku itu...... paling benci tempat yang ramai dan banyak orang, lebih benci lagi dengan wartawan media...... Tapi dia tadi sudah meneleponku, katanya ia membuatkan sup untukku, lalu menyuruh pembantunya untuk mengantarkannya kemari."

"Ah...... Kalau begitu sia-sia dong aku datang?" kata Parker setelah mendengar kalau Bretta tidak datang.

Kalau begitu kenapa masih harus di sini menghabiskan tenaga?

"Haha, iya, memang sia-sia kau ke sini, kau sudah membawa buah-buahan dan bunga pula, apa perlu kukembalikan padamu?"

"Tak usah berkata aneh-aneh, aku pergi dulu...... Semoga lekas sembuh, artis besar."

Karena Bretta tidak datang, Parker pun langsung beranjak pergi.

Beatrice pun menikmati kejadian unik itu.

Bretta di Orchard Cottage memang sedang membuat sup.

Ia menambahkan banyak obat-obatan di dalamnya, ia yang meraciknya sendiri.

Dari kecil dia suka membaca buku kuno tentang pengobatan tradisional China, ia sangat menguasai hal itu.

Setelah sup itu jadi, Elly pun membungkusnya.

"Antarkan pada Kak Beatrice, beritahu dia untuk meminumnya selagi panas, beberapa hari ini aku akan membuatkannya setiap hari, dan suruh dia untuk menjaga makanannya, tidak boleh makan makanan pedas dan amis beberapa hari ini."

"Baik, Nona."

"Pergilah, hati-hati di jalan."

Setelah itu, Elly pun menuju ke rumah sakit.

Bretta duduk di ruang tamu dan menghempaskan napasnya.

Tiba-tiba, teleponnya berdering, rumah keluarganya yang menelepon.

Kali ini, yang menelepon Bretta adalah ayahnya, Habert Hua.

Sebenarnya, hubungan antara ayah dan anak ini tidak begitu dekat, mereka pun tahu itu.

"Bretta."

"Ada apa?" Bretta malas untuk menyapa ayahnya.

"Nenekmu hari ini sudah lebih bugar."

"Benarkah? Apa dia sudah makan?"

"Sudah makan sedikit bubur, ia terus minta untuk pulang ke Hillside...... Kurasa, kau yang paling mengenal daerah sana...... Kalau kau ada waktu, bolehkah...... kau bawa nenekmu ke sana, tentu saja aku dan ibumu akan ikut, kau hanya perlu menemaninya, mengajaknya berbicara di jalan, kalau tidak aku takut dia...... tidak bisa menunggu sampai di sana."

Maksud dari perkataan ayah itu sudah jelas, nenek mungkin sudah akan menutup matanya dalam beberapa hari ini.

Dan sekarang dia ingin kembali ke Hillside, bukankah itu artinya...... ia ingin pergi di tempat ia datang ke dunia ini?

Karena dalam kehidupannya kali ini, nenek paling lama tinggal di Hillside.

Rumah itu juga nenek yang membangunnya sendiri dengan uang simpanannya, kurang lebih menghabiskan satu setengah miliyar.

"Baik, kalian berencana kapan pergi?"

"Besok pagi, kami sudah menyiapkan mobil di rumah, tapi tidak tahu harus menginap berapa lama, rundingkan dulu dengan Hayden, kalau Keluarga Jiang tidak setuju...... kau boleh tidak pergi."

Sangat jelas, bahkan Habert saja sangat amat peduli dengan pendapat Keluarga Jiang, tak bisa mengelak lagi, benar-benar menyedihkan.

"Tak usah bertanya padanya, aku yang memutuskan sendiri."

"Kau tidak boleh semena-mena itu, sekarang ini kau adalah menantu Keluarga Jiang, kau......"

Perkataan ayahnya yang di seberang sana belum selesai, Bretta pun mematikan teleponnya.

Setelah mematikan telepon itu, jantung berdebar kencang.

Ia langsung naik ke atas dan membereskan barang-barangnya.

Memang benar, penyakit nenek ini tidak pasti, jadi ia tak tahu kapan ia bisa kembali setelah pergi ke Hillside?

Meskipun jaraknya tidak jauh, tapi bagaimanapun ia harus meninggalkan rumah.

Waktu Hayden pulang di malam hari, Bretta pun menceritakannya pada Hayden.

"Kondisi nenekku tidak terlalu baik, aku berencana untuk pergi menemaninya ke Hillside dan menginap beberapa hari."

"Apa kau mau aku menemani kalian?" Hayden tak melarangnya, tapi ia merasa apa tidak lebih baik kalau dia menemaninya?

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu