Bretta’s Diary - Bab 815 Tak Bisa Menghindari Takdir

Setelah mendengarnya, Elly Chun terisak, ia menangis sesenggukan, kedua tangannya dengan gemetaran menggenggam Bretta Hua.

“Kemaslah barang-barangmu, nanti aku akan menyuruh supir mengantarmu ke bandara, penerbangan jam 11, bukan?”

Elly Chun menangis, hanya bisa mengangguk-angguk, nona mengetahui semuanya, bahkan jam keberangkatannya.

Elly Chun pergi, tujuannya untuk mencari kebebasan, namun bagi Bretta Hua, ini seperti perjalanan ke neraka... neraka bagi Elly Chun.

Tiket memang untuk penerbangan pukul 11.10, sekarang pukul 8, tiket itu dipesan oleh Darren Wu.

Elly Chun berencana, jika hari ini ia tak bisa pergi, besok ia akan memohon lagi, singkatnya, ia harus mendapatkan ijin dari nona, tidak bisa pergi begitu saja.

Akhirnya, Bretta Hua tak bisa menolak permohonan Elly Chun, ketika Elly Chun mengemas barang-barangnya, Bella Yin sama sekali tak membantunya.

Ia sangat marah, tak menyangka wanita ini, demi pergi bersama pacarnya, terus memaksa nona, memohon sampai menangis.

“Elly Chun, kau sungguh kejam, haha, apakah nona selama ini merawat seekor serigala?”

“Bella Yin, kau tak perlu berbicara sekejam itu, bukankah kau dan George Gao juga berpacaran sangat mesra? Kita berdua sama saja, tak perlu saling menuding.”

“Aku tidak sama denganmu, aku tak akan memaksa nona, jika nona berkata tidak, aku akan segera berpisah dengan George Gao. Jika aku mengatakan hal yang tidak benar, aku akan mati tertabrak mobil.” Bella Yin bersumpah.

Elly Chun mendengus tanpa mengatakan apapun, ia bergegas mengemas barang-barangnya, banyak barang yang ditinggalkannya.

Darren Wu berkata akan membelikannya yang baru, ia hanya membawa beberapa baju dan tas mahal pemberian Bretta Hua.

Juga sebuah kartu debit yang berisi uang yang diberikan Bretta Hua selama beberapa tahun ini, dan juga sekotak perhiasan, semua pemberian Bretta Hua, saat ia berulangtahun.

Sebuah koper 28 inch, bisa memuat semanya.

Elly Chun menarik koper itu ke ruang tamu, “Nona, aku sudah selesai berkemas.”

“Oh, ini untukmu.”

Bretta Hua mengeluarkan dua buah barang, yang satu adalah gelang tasbih hitam, satunya lagi sebuah kartu berwarna hitam emas.

“Nona, ini...”

“Awalnya aku bermaksud memberikannya padamu sebagai mas kawin, tapi kau bisa mengambilnya sekarang, aku minta tolong seorang biksu untuk memberkatinya, bawalah, jangan kau lepaskan, jika ada masalah, ingat untuk menghubungi kami.”

“Baik.”

“Mobil sudah di depan, pergilah.”

“Nona, aku sangat berterimakasih kau telah menerima kami selama bertahun-tahun ini, memberi kami pakaian dan tempat tinggal.”

Elly Chun berlutut lagi, bersujud 3 kali pada Bretta Hua, dan tanpa menoleh lagi, meninggalkan Orchard Cottage.

Setelah Elly Chun pergi, Bretta Hua menghempaskan diri di atas sofa, dalam hatinya ada perasaan tak enak.

Hayden Jiang turun, duduk di sebelahnya dan menghibur, “Brett, di dunia ini tak ada pertemuan yang tak berakhir.”

“Tidak begitu, ia bisa dibunuh oleh pria itu, ia bisa mati.” Wajah Bretta Hua sangat sedih.

“Itu adalah takdir, semua orang mempunyai hak untuk memilih jalannya sendiri, Brett, kau telah berusaha semampumu.”

Akhirnya, Bretta Hua hanya bisa bersandar di bahu Hayden Jiang, menguraikan keruwetan pikirannya yang disebabkan oleh Elly Chun.

Di sisi lain, apartemen Bruce Wang menjadi lebih ramai.

Lanny Ye, sepupu Bruce Wang yang berasal dari kampung, entah bagaimana bisa mendapatkan kuncinya.

Tanpa memberitahu, ia menyelinap masuk, ia mandi disitu, dan mengenakan sebuah gaun malam yang menarik.

Di bagian ujung gaun malam itu terdapat bulu-bulu aneka warna, terlihat sedikit lucu, ia membelinya di sebuah toko online, 200 ribu, dan masih diberi gratis kipas bulu.

Tujuannya sangat sederhana, ketika Bruce Wang pulang nanti, ia akan tergoda.

Bukankah nenek telah berkata, selama ia bisa hamil, semuanya akan berjalan lancar.

Siapa sangka, Bruce Wang belum kembali, ia dipergoki oleh Beatrice Hua.

Sebenarnya, Beatrice Hua sejak tadi di sana, tidur di lantai atas.

Lanny Ye sejak tadi sibuk di lantai bawah, tidak memperhatikan ke atas, maka Beatrice Hua sejak tadi berdiri di lantai dua mengamatinya, ia tak menyadarinya.

Bahkan di ruang tamu lantai 1, ia masih berbicara sendiri, berlatih, “Kakak sepupu, apakah gaunku ini bagus? Kakak sepupu... apakah kau mau minum wine?”

Beatrice Hua mendengus, kedua tangannya memegang pegangan lantai dua, ia mengacungkan jempol pada wanita ini, keberaniannya patut dipuji.

Saat ini, terdengar suara pintu terbuka, Bruce Wang akhirnya pulang.

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu