Bretta’s Diary - Bab 654 Dua Roh

Saat ini, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, Bretta Hua memasukkan sisir ke dalam kotaknya lagi. Di luar kotak tersebut terdapat mantra tulisan tangannya.

Dia terus merasa betapa jahatnya roh yang ada didalam sisir itu, dulunya tidak yakin, lalu Lexy Feng berkata mungkin itu adalah barang pribadi, yang cukup sakti.

Entah benar atau palsu, setelah mendengar itu perlahan menjadi lebih tenang, tidak lagi penasaran, tapi dia juga takut barang ini bisa mendatangkan bahaya untuk keluarganya, maka dari itu dia terus menyimpannya didalam laci.

Hayden Jiang keluar dari kamar mandi, " Kamu mau mandi? Bretta? "

" Ah, iya. "

Bretta berjalan ke kamar mandi sambil tertunduk, tapi dia merasa makin lama makin dingin, jelas-jelas air didalam bak mandi begitu hangat yang panasnya mencapai 45 derajat.

Tapi dia tetap merasa sangat sangat dingin, dia mengira sedang f;u, dengan cepat dia membilas badannya dan mengambil jubah mandinya yang berwarna putih.

" Suami, kamu kedinginan tidak? "

Bretta Hua jarang memanggilnya suami, tapi setiap kali memanggilnya begitu, Hayden Jiang merasa dia begitu cantik.

" Tidak dingin, kenapa? ", Hayden Jiang tadinya hendak berbaring, melihat Bretta Hua keluar lalu ia segera menghampiri, mengambil handuk membantunya mengeringkan rambut.

" Aku sedikit kedinginan, apa karena penghangatnya kurang? "

" Tidak, suhunya sama dengan yang biasanya. ", kata Hayden Jiang sambil mengrenyitkan mata melhat suhu penghangat ruangan yang ada di tembok, masih 26 derajat, sudah paling tinggi, cukup untuk menghangatkan di musim dingin.

Bretta Hua tidak lagi bersuara, ia duduk dikursi, Hayden Jiang mengusap lembut rambut panjangnya yang basah.

" Apa kau flu? " Hayden Jiang memegang dahi Bretta Hua, sayangnya ia tidak merasa panas sama sekali.

" Tidak tahu, mungkin aku kelelahan. "

" Kalau begitu tidurlah lebih awal. "

Hayden Jiang memperlakukannya seperti menjaga anak kecil, mengeringkan dahi Bretta Hua, ditiup-tip, setelah yakin sudah kering mereka berdua berbaring di kasur.

Hayden Jiang sudah lama tertidur, Bretta Hua masih saja merasa kedinginan, makin lama makin dingin.

Dia melihat luka di jarinya, sudah hilang tidak berbekas, apakah... ada hubungannya dengan sisir itu?

Suhu badannya yang tidak normal itu, membuatnya tidak bisa merasakan apapun. Ia hendak menelepon Lexy Feng, tapi tiba-tiba ia merasa kantuk yang amat sangat, lalu tertidur pulas.

Bahkan ponselnya pun masih ada di tangan, ia tidak sempat menelepon Lexy Feng.

Lagi-lagi mimpi itu, tidak ingat sudah berapa kali terjadi, Bretta Hua tidak lagi merasa takut.

Karena kali ini ini bukan altar pengorbanan, bukan atap, bukan tempat kebakaran, tidak di tempat hujan api, tapi tempat damai yang susah didapatnya.

" Nona nona, kenapa anda masih disini? Dengar-dengar rumah ini kedatangan tamu kehormatan. "

Seseorang yang mengenakan rok hijau giok menarik lengan Bretta Hua, terlihat sangat cerdas, juga sangat akrab, tapi jelas-jelas dia adalah orang yang sangat asing.

Dia dengan keras ditarik oleh bocah itu sampai di lobby depan, saat ini, terdengar suara lelaki di luar ruangan.

"Karena cepat atau lambat tidak akan bisa dihindari, kenapa tidak mencoba cara itu saja? "

" Tidak bisa, terlalu bahaya. Jika tidak bisa hati-hati bisa membuat kebakaran yang membinasakan keluarga besar. "

" Tapi sekarang juga tidak ada bedanya dengan membinasakan satu keluarga, orang itu sudah mengumpulkan tenaga untuk menyerang, sekalinya dia menyerang, keluarga besar Hua, bersiap untuk hal terburuknya. "

Lelaki itu selesai bicara, wanita tua berdeham, seolah tergoncang.

" Persembahannya, bagaimana ini, cepat kau cari cara! Kita tidak bisa menunggu begitu saja! "

" Memangnya Tuhan akan memusnahkan keluargaku? " wanita tua itu menangis.

Bretta Hua mendengar jelas, tapi dia tidak mengerti apa yang terjadi.

" Nona, apa yang dimaksud nyonya tadi, hal buruk apa, kau kenal dengan lelaki tadi? "

Bretta Hua menggeleng kepala, dia tidak kenal, tidak ingat, tapi.... semua terasa tidak asing disini.

Dia berjalan satu langkah ke depan, ingin melihat wajah orang tua itu, lalu tiba-tiba kakinya melangkah ke satu lubang...

Lalu.... Bretta Hua yang merasa dingin di sekujur badan terbangun dari mimpinya, nafasnya terengah-engah.

" Bretta, kau kenapa? bermimpi lagi? " Hayden Jiang memeluk Bretta Hua, memberinya penghiburan.

" Pergi, jangan sentuh aku. ", wajah Bretta Hua menjadi dingin, sorot matanya tidak pernah seasing ini.

Hayden Jiang mendorongnya, terdiam di tempat.

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu