Bretta’s Diary - Bab 117 Skak Mat

Sebenarnya Hayden juga ingin melihat pesta penyambutan murid baru Bretta ini.

Lalu ia melihat ada live streaming acara itu di halaman utama, oleh karena itu ia pun menontonnya.

Parker dengar dari temannya kalau Bretta akan mengadakan pertunjukan hari ini, oleh karena itu ia juga menontonnya.

Ia memberi sang vlogger banyak hadiah tanpa melihat siapa yang merekam video itu.

Yang merekam acara malam itu adalah wakil ketua BEM kampus, dia adalah seorang mahasiswa yang sangat cerdas.

Sebenarnya ia meliput acara itu hanya untuk senang-senang saja, namun tak menyangka kalau tiba-tiba ada orang kaya yang menonton siaran langsungnya itu.

Sejak dia masuk dalam live streamingnya itu, dia tak henti-hentinya memberi hadiah yang diberi nama "Cinta Cupid".

Lalu memenuhi layarnya dengan tulisan —— Untuk Dewi Cantik Bretta.

Parker menyamarkan namanya dalam live streaming itu, usernamenya adalah —— visitor1987.

Jadi tak ada orang yang tahu identitasnya.

Namun bisa dilihat kalau dia ini adalah fans berat Bretta, kalau tidak tak mungkin dia segila ini.

Bretta dan Stephanie berduet memainkan "Les Premiers Sourires de Vanessa".

Mereka memainkannya dengan sempurna, setelah lagu itu selesai, semua orang bertepuk tangan.

Tak menunggu Stephanie membuka mulutnya, Bretta pun mengambil mic di depannya dan berbicara dengan lantang.

"Aku punya satu keinginan yang ingin kusampaikan, karena para hadirin di sini begitu senang, bagaimana kalau aku mengajak Stephanie Lu untuk berduet memainkan 'Transcendental Étude No. 5, Feux follets' milik Franz Liszt lagi, apa kau bersedia?"

Suara-suara teriakan pun terdengar dari bawah panggung, Bersedia, berjuanglah, kami mendukung kalian!

Orang-orang yang hanya menonton ini jelas tak takut masalahnya menjadi besar, tapi Stephanie yang mendengar ajakan Bretta itu pun merasa hampir jatuh pingsan.

Alasannya gampang, lagu Franz Liszt "Transcendental Étude No. 5, Feux follets" yang disebut Bretta tadi itu termasuk dalam sepuluh lagu piano tersulit di dunia.

Temponya sangat cepat, sesinya banyak, dan stylenya sangat aneh.

Tak banyak orang yang bersedia untuk mencoba memainkan lagu ini.

Bahkan pianis profesional saja juga menghindar kalau mendengar lagu ini.

Awalnya Stephanie ingin mempermalukan Bretta, namun tak menyangka, ia malah di skak mat.

Wajah Stephanie yang berdiri di atas panggung itu berubah pucat.

"Apa kau kesulitan, Stephanie Lu? Kalau sulit, kau boleh memilih lagu lain, aku akan menemanimu bermain." kata Bretta tersenyum.

Perkataan ini adalah perkataan yang tadi dilontarkan oleh Stephanie untuk mempermalukan Bretta.

Namun lima menit kemudian, perkataan itu malah menjadi bumerang yang menyerangnya sendiri.

Sebagai bunga kampus di sekolah, ia ingin menjaga nama baiknya, di bawah panggung ada banyak sekali murid-murid lain, terutama adik-adik kelas yang baru datang.

Mana mungkin ia berani bilang kalau dirinya tidak bisa memainkannya?

Oleh karena itu, ia terpaksa menjawab, "Boleh."

"Baik, ayo kita mulai."

Bretta duduk sambil tersenyum, lalu membalikkan partiturnya.

Jonathan yang duduk di baris kedua menopang dagunya dengan sebelah tangan, tersenyum dalam.

"Bagaimana menurutmu?" tanya teman di sebelahnya.

"Bidadari ini tak gampang...... Bumerang yang dilempar Stephanie mengenai dirinya sendiri, itu salahnya sendiri...... Tapi...... Aku penasaran, aku ingin mendengarkan langsung 'Transcendental Étude No. 5, Feux follets' yang katanya lagu tersulit di dunia ini." Jonathan pun tiba-tiba merasa kalau Bretta ini sangat menarik.

Kelihatannya ia sangat diam dan lemah.

Dia pikir Bretta sangat mudah diganggu, tapi kenyataannya?

Tak melakukan apa-apa saja ia bisa menyudutkan orang sampai tak bisa mengelak lagi.

Tak usah dibayangkan pun dia tahu, Stephanie tidak bisa memainkan lagu Liszt itu.

Lagu-lagu yang biasa dimainkannya hanyalah lagu-lagu yang melodinya pelan seperti milik Richard Clayderman, lagu-lagu yang sulit dia sama sekali tidak bisa.

Hayden yang duduk di dalam kantornya itu pun malas untuk melihat dokumen-dokumennya.

Ini pertama kalinya ia melihat Bretta sekeras ini.

Rupanya yang keras, rupanya yang sedikit licik dan ingin membalas dendam itu, benar-benar imut.

Parker juga tahu lagu itu, sehingga dirinya sangat tak sabar untuk melihatnya.

Ia memberikan hadiahnya lagi di live streaming itu, lalu menuliskan —— Stephanie Lu sampah, bidadariku benar-benar hebat.

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu