Bretta’s Diary - Bab 465 Ketakutan

Orang misterius F: Aku ingin merahasiakan hal ini, tetapi apa yang aku katakan pasti tidak salah. Lagipula, masih ada para direktur yang akan mengevaluasi dan mengkonfirmasi di belakang.

Ketika hasil akhir keluar, apa yang dikatakan orang misterius F itu memang benar.

Orang misterius itu juga tidak mengatakan apa-apa, dia langsung meng-add 3344 di siaran langsung: Separuh uang imbalan itu akan kuberikan padamu, tolong kirim nomor akunmu ke chat pribadi aku.

3344: Tidak perlu. Pada dasarnya, memang bukan aku yang mengevaluasi.

Setelah mengatakannya, Bretta Hua langsung mematikan jaringannya. Uang itu memang pada dasarnya bukan miliknya, dia tidak memilki muka setebal itu untuk menginginkannya.

Setelah dia log out dari akun, Bretta Hua merasa sedikit terkejut. Orang misterius itu rela menjadi tiruan, padahal dia adalah seorang ahli.

Tetapi, dari mana dia tahu mengenai hal yang detail dari balik topeng ini? Aneh.

Tetapi, Bretta Hua juga tidak banyak bertanya, dia hanya membalas email Mr. Harvard -- Mr. Harvard, aku telah menerima email kamu dan telah menonton siaran langsung tersebut. Orang misterius itu adalah orang yang ahli. Kalian tidak mencari orang yang salah. Selamat.

Setelah berhasil menyelesaikan hal tersebut, Bretta Hua segera turun dan mandi, kemudian dia naik ke atas tempat tidur untuk menemani Hayden Jiang.

Dia tidak tidur nyenyak malam itu karena dia khawatir kalau Hayden Jiang akan demam lagi. Untungnya, dia baik-baik saja sepanjang malam.

Di pagi hari, ketika Hayden Jiang bangun untuk bekerja, Bretta Hua masih tertidur dan dengan malas berbaring di atas tempat tidur.

Hayden Jiang mengecup kening Bretta Hua dan dengan enggan meninggalkan istrinya.

Perusahaan Hua’s Corp

Seusai rapat rutin pagi itu, Belinda Hua menggenggam tangan putrinya dan kembali ke kantornya.

Setelah Fransisca Hua sembuh dari penyakit radang paru-parunya, dia masih belum bersemangat. Oleh karena itu, Belinda Hua masih merasa cemas dan meminta izin sementara dari sekolah.

Dia membawanya ke perusahaan setiap hari dan menjaganya dari sisinya.

Lalu, membawanya pulang setelah bekerja. Akan tetapi, karena kejadian ini, dia selalu merasa sangat marah terhadap suaminya sehingga hubungan antara keduanya belum membaik.

Brenda Hua mendorong pintu dan masuk untuk mencari kakaknya untuk meminta tanda tangan. Begitu dia masuk, dia langsung melihat Fransisca Hua yang sedang menggambar dengan tablet di atas sofa.

“Hei, anak nakal, kamu kesini lagi? Ibumu sungguh menyayangimu.”

Brenda Hua berbicara sambil berjalan mendekatinya. Lalu, dia berjongkok dan mencubit pipi Fransisca Hua.

Cubitan itu tidak ringan dan membuat mata anak itu memerah.

Sayangnya, tubuhnya membelakangi Belinda Hua dan menghalangi pandangannya.

Belinda Hua juga sedang menunduk dan menatap dokumen sehingga dia tidak melihat adegan yang menyakitkan hati tersebut.

“Fransisca, melihat bibimu disini. Apakah kamu tidak tahu untuk menyapa?” Brenda Hua menatap Fransisca Hua dengan tajam.

“Bi......bibi, apa kabar.” Suara anak kecil itu sangat kecil karena ketakutannya, bagaimanapun hal tersebut bukanlah bayangan yang kecil untuknya.

“Sangat patuh, bibi paling menyayangimu.”

Brenda Hua tersenyum. Dia berbalik dan mengambil dokumen ke hadapan Belinda Hua.

“Kakak, coba kamu lihat.”

“Apa?”

“Akta jual beli saham. Ayah dulu mempunyai saham sebesar 30% di Huaxiang’s subcompany. Tetapi, bukannya kita akan membuang perusahaan tersebut ke orang lain. Jadi, tolong kamu gantikan ayah untuk menandatangan dokumen ini dan mengalihkan hak milik saham tersebut. Kita cari kesempatan untuk menjual saham ini dengan harga tinggi.”

“Itu akan terlihat lebih baik jika kamu mencari ayah untuk menandatanganinya.” Belinda Hua mengangkat kepalanya.

“Akhir-akhir ini, ayah memiliki suasana hati yang buruk. Dia telah bertengkar dengan ibu dan bahkan tidak pulang ke rumah. Aku tidak tahu harus pergi ke mana untuk mencarinya. Kamu sekarang adalah Kepala Direktur Hua, kamu saja yang menandatanganinya.” Brenda Hua mendesak.

Setelah Belinda Hua membaca dan mengkonfirmasi bahwa tidak ada masalah dalam dokumen itu, dia baru menandatanganinya.

Setelah Brenda Hua pergi, Fransisca Hua berhenti bermain tabletnya. Dia meringkuk di tepi sofa dan bergemetar.

“Fransisca, ada apa? Di mana kamu merasa tidak nyaman? Katakan pada ibu.” Belinda Hua memandangi putrinya yang terlihat tidak benar lalu berdiri berjalan ke arahnya dan mengelus-ngelus keningnya.

“Ibu, aku tidak ingin datang ke perusahaan lagi. Aku ingin pergi ke sekolah.” Suara Fransisca Hua sangat kecil. Menurutnya, pergi ke sekolah lebih baik daripada datang ke perusahaan. Setidaknya, tidak ada bibi yang jahat di sekolah.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu