Bretta’s Diary - Bab 306 Membongkar Takdir Langit

Tragedi terbakarnya kompleks makam benar-benar tidak disangka siapapun. Untung saja pemadam kebakaran langsung datang sehingga tidak ada korban.

Ketika Bretta Hua dan Elly Chun turun dari area gunung makam, mereka sempat mendengar kabar dari pekerja dan wartawan bahwa kebakaran besar tersebut terjadi karena orang-orang yang datang melayat membakar kertas sembahyang dan meninggalkannya begitu saja di tanah tanpa mematikannya. Cerita ini didasari oleh penyelidikan pihak pengelola kompleks makam.

“Kak, kita hampir saja terjebak, seram sekali ya.”

Sesudah turun dari gunung Elly Chun masih terkejut dan gemetar. Ini pertama kalinya ia melihat api seganas itu, untung saja mereka berdua tidak apa-apa.

Bretta Hua diam saja, ia terlihat sedang serius memikirkan sesuatu.

“Kakak?”

“Eh?”

“Ada apa denganmu? Kamu hari ini kelihatannya melamun terus.”

Bretta Hua mengernyitkan alis, lalu sambil menatap pemandangan di luar jendela mobil berkata, “Aku selalu mengalami ketidakberuntungan belakangan ini. Kejadian-kejadian yang berlangsung terus-menerus ini pasti pertanda yang kurang baik.”

“Tidak mungkin…… Kamu jangan menakut-nakutiku.” Elly Chun dalam hati tahu Breta Hua jelas bukan sedang menakut-nakutinnya.

Elly Chun bisa meramal, ia dan Bella Yin pernah menyaksikannya dengan mata mereka sendiri.

Mereka sebenarnya berencana langsung kembali ke Orchard Cottage untuk beristirahat, tetapi tiba-tiba Bretta Hua menerima telepon dari Bonnie Hua. Wanita itu memintanya melihat-lihat apartemen barunya.

Bonnie Hua sudah sekitar tiga hari tinggal di apartemen penganti baru yang disiapkan jauh-jauh hari oleh Andrew Bai.

Bretta Hua jelas tidak enak hati menolak undangan Bonnie Hua yang sangat hangat ini.

Ia sekalian mengajak Elly Chun ikut. Mereka juga sempat berhenti sebentar untuk membeli buah dan panci.

Melihat buah tangan yang dibawa Bretta Hua, Bonnie Hua langsung tersenyum sumringah.

“Kamu generasi muda tapi tetap percaya takhayul ya sampai-sampai membelikanku panci segala, haha.”

“Kan memang kalau pindah tempat tinggal baru harus undang orang-orang untuk makan-makan? Terimalah, demi keberuntungan.”

“Iya aku terima. Sekarang masuklah, aku ajak kalian lihat-lihat apartemen ini.”

Bonnie Hua menggandeng tangan Bretta Hua dan mengajaknya mengelilingi setiap sudut apartemen.

Ini kompleks apartemen yang biasa-biasa saja. Luas apartemennya hanya sembilan puluh meter persegi.

Arsitektur dan desain interiornya juga sangat simpel dan biasa.

Dibanding kediaman keluarga Hua yang mewah, rumah ini jelas tidak ada apa-apanya. Apalagi jika dibandingkan dengan Orcard Cottage, itu lebih tidak sebanding lagi. Tetapi Bretta Hua tahu, Bonnie Hua tidak memedulikan semua ini.

“Semua ini dikerjakan Andrew Bai, total biaya renovasi hanya sekitar dua ratus empat puluh juta rupiah, murah kan?”

“Iya, lumayan murah.” Bretta Hua mengangguk.

“Andrew Bai sangat hemat. Ia pergi sendiri menawar harga banyak sekali barang, dan bahkan agar bisa lebih hemat lagi ia juga memasang barang-barang itu sendiri tanpa mencari pekerja. Waktu aku masuk apartemen ini, aku benar-benar suka dengan arsitekturnya. Coba kamu lihat, itu lukisan yang aku sempat bicarakan dengannya, ternyata ia malah membelikannya untukku. Oh ya, ini juga…… kotak listrik ini sangat tidak enak dilihat dan aku menyarankannya untuk menutupinya, dan ia langsung lakukan. Jendela di kamar tidur utama juga awalnya tidak ada, tetapi karena aku memintanya ia langsung membuatkannya untukku. Dia benar-benar melakukan semuanya dengan maksimal.”

Bonnie Hua berbicara panjang lebar dengan raut bahagia. Cinta dan rasa kagumnya pada Andrew Bai sungguh terpancar.

Melihat Bonnie Hua bahagia seperti ini, Bretta Hua juga ikut senang.

Setelah selesai berkeliling, mereka duduk di meja makan untuk ngobrol.

Andrew Bai berinisiatif memasakkan makanan untuk mereka. Elly Chun awalnya ingin membantu, tetapi pria itu menolaknya. Ia bahkan juga mencucikan buah untuk mereka semua.

“Wah, suamimu sudah bisa masak perhatian pula, keren sekali.” Elly Chun tidak tahan untuk tidak memuji.

Tiba-tiba Andrew Bai mendapat telepon. Ia mengangkatnya, lalu berbalik badan ke arah pintu apartemen, “Bonnie Hua, aku tiba-tiba ada urusan. Aku keluar sebentar, nanti aku langsung kembali.”

“Iya pergi saja, tidak apa-apa.” Bonnie Hua mengangguk.

“Tunggu sebentar,” ujar Bretta Hua berusaha menahan Andrew Bai.

Andrew Bai menatap Bretta Hua bingung.

“Tunggu lima belas menit lagi baru keluar.”

“Heh?” tanya Andrew Bai tidak paham.

“Kamu tunggu lima belas menit dulu. Sekarang tidak bisa, duduklah dulu.”

“Ini……” Andrew Bai benar-benar terdesak, ini telepon dari kantor. Tetapi ia sedikit banyak tahu siapa itu Bretta Hua, wanita itu tidak akan sengaja membuat masalah. Meski ia tidak tahu mengapa Bretta Hua menahannya, tetapi ia memutuskan mematuhi saja perintah itu.

Setelah Andrew Bai pergi, Bonnie Hua bertanya pelan, “Sebenarnya tadi ada apa?”

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu