Bretta’s Diary - Bab 940 See Through at the First Glance

Saudara-saudara Brenda yang melihatnya bersujud itu pun terkejut.

Bagaimanapun, ia adalah seseorang yang sangat angkuh dan kepala besar, tak mungkin ia mau berlutut dan bersujud di hadapan oran glain.

Tentu saja, selain Bretta, para anggota Keluarga Hua yang lainnya juga hatinya mulai luluh, termasuk Beatrice yang sifatnya sangat pemarah.

Bukannya mereka tidak cukup pintar, tidak bisa melihat apa yang terjadi, namun di hadapan keluarga mereka, apa mereka tega mengatakannya langsung?

Bagaimanapun mereka berasal dari satu rahim yang sama, lagipula setiap orang juga mempunyai sisi yang baik hati.

"Brenda, apa yang kau lakukan? Berdirilah, katakan baik-baik, kau kan hamil, lantainya terlalu dingin."

Hati Nyonya Hua pun luluh, ia langsung menarik Brenda untuk berdiri.

Tidak ada yang berani bicara, air mata Brenda pun menetes, "Ayah, Ibu, dulu aku yang bersalah, aku benar-benar bukan manusia, aku layak untuk mati...... Semua orang menjadi susah karenaku, aku tidak meminta hal yang lainnya, aku juga tidak meminta agar bisa kembali ke dewan direksi, aku jgua tidak minta saham dan danaku, aku juga tidak minta warisan. Aku hanya ingin agar kalian bisa memberiku kesempatan untuk kembali ke rumah ini."

Aktingnya barusan itu sungguh sangat mengharukan.

Dari perkataannya itu, semua orang merasa, sepertinya Brenda benar-benar ingin merubah semua kesalahannya dulu.

Bahkan Beatrice pun meliriknya sejenak dan berkata, "Akhirnya kau mau mengatakan semua ini."

"Adik Kedua, apa kau benar-benar tak menginginkan apapun?" tentu saja Belinda masih sedikit curiga.

Bagaimanapun, setelah Brenda pergi, ia adalah boss terbesar di perusahaan, tentu saja ia tidak berharap Brenda kembali membuat masalah.

"Iya benar, Kak, aku sudah menyadarinya, harta tidak akan bisa dibawa mati, dulu aku terlalu duniawi, sekarang semua ini sudah tidak penting bagiku. Sekarang, aku dan suamiku, juga anakku akan kembali pada kehidupan yang paling sederhana, yang penting kami sejahtera dan bahagia."

Bonnie setuju, ia menggandeng tangan Brenda dan berkata, "Kakak Kedua, bagus kalau kau sudah menyadarinya, kami juga bukan orang yang jahat, sekarang kau sedang hamil, kau harus menjaga dirimu baik-baik."

"Iya, Brenda, gaji Steven masih agak kecil, jangan sampai kau membuat anakmu menderita, kami tidak akan membiarkanmu begitu saja."

Kata Nyonya Hua dengan sabar, dari sorot mata Brenda terbesit sebuah rasa bangga yang hampir tak terlihat.

Namun karena ia bisa menyembunyikannya dengan baik, tak ada orang yang memperhatikannya.

Lalu, Brenda pun meminta maaf pada saudaranya satu per satu, mulai dari Belinda, "Kakak, dulu aku yang salah, sebenarnya kau yang sudah bersusahpayah mengurus perusahaan keluarga, sekarang setelah aku tak di perusahaan lagi, kau juga bisa mengurusnya dengan lebih baik, jangan sampai kau melakukan hal yang sama seperti adikmu ini."

"Aku lega kalau kau bisa berpikir demikian." Belinda mengangguk-anggukkan kepala dengan puas.

Brenda melihat ke arah Beatrice, "Beatrice, aku tahu mulutmu tajam namun hatimu sangat lembut, kau bukan orang jahat, kita boleh bertengkar, namun bagaimanapun kita adalah saudara kandung, kau tak mungkin tak memaafkanku kan?"

Beatrice menatapnya sejenak, "Lihat bagaimana sikapmu kelak dulu, kalau sampai kau berani mencelakakan keluarga ini lagi, aku akan membunuhmu."

Brenda tersenyum, lalu melihat pada Bonnie, "Bonnie, dulu kakak jarang sekali mempedulikanmu, mungkin kelak aku perlu bertanya banyak soal bagaimana mendidik dan mengajar anak-anak, jangan bosan kutanyai ya."

Bonnie lekas menggeleng-gelengkan kepala, "Tidak, tidak, aku pasti akan memberitahukan semua yang aku tahu, anakku juga punya banyak baju baru yang belum pernah dipakai, nanti akan kukirimkan padamu, jadi kau tidak perlu membelinya lagi."

Lalu, Brenda pun berjalan ke hadapan Bretta.

"Adik Kelima, aku sangat bersalah padamu, dulu aku iri padamu karena kau menikah dengan keluarga yang sangat makmur...... Aku benar-benar bodoh, jangan salahkan aku, ya?"

Bretta melihat ke arah Brenda, beberapa saat kemudian, barulah ia membuka mulutnya, "Dulu saat aku sakit, kau malah memberiku es batu dan ingin membuatku mati, sebenarnya aku sangat ingin bertanya padamu, apa salahku padamu sampai kau ingin membunuhku?"

Lalu, wajah Brenda pun langsung berubah canggung.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu