Bretta’s Diary - Bab 312 Bersekongkol

Yang dipikirkan pertama kali oleh Beatrice Hua adalah pantas saja Bonnie Hua dan Bretta Hua tidak ikut, karena tindakan Belinda Hua dan Brenda Hua memang sungguh menjijikan.

Mereka tega memanfaatkan dan menjual adiknya sendiri untuk kepentingan mereka. Dulu ia tidak pernah merasa sejijik ini dengan keduanya, mentok-mentok paling hanya merasa mereka agak sedikit egois.

Sekarang, Belinda Hua dan Brenda Hua nampaknya sudah bersekongkol untuk mendominasi Hua’s Corp. Buktinya hari ini mereka ingin mendapatkan hati orang besar kota Jing dengan memanfaatkan dirinya. Ah, ini sungguh……

Beatrice Hua terus larut dalam pikirannya saat makan. Ia menghabiskan makanannya dengan sangat cepat, sampai mendongakkan kepala saja tidak.

Kalau keluarganya tiba-tiba berkata sesuatu, ia punya dua pilihan: langsung menolak atau melakukannya tapi dengan asal-asalan.

Ketika Tuan Xu pergi ke toilet, Ibu kembali membujuk Beatrice Hua seperti orang yang sudah dicuci otaknya: “Beatrice Hua, kamu sekarang sudah tidak muda, kamu jelas tidak bisa seumur hidup bekerja di dunia hiburan. Pekerjaanmu ini hanya untuk orang muda. Lebih baik kamu cepat-cepat cari suami. Saat ini, dari kakak dan adikmu, hanya kamulah yang masih lajang, dan Ayah dan Ibu sangat mengkhawatirkan ini. Koneksi Tuan Xu luas, aset dan sumber dayanya melimpah, apalagi dia petinggi Kota Jing. Kalau kamu menikah dengannya, kedepannya……”

“Ma, mohon berhenti bicara, aku ingin muntah.”

“Ma, kamu lihat sendiri kelakuan dia coba.” Wajah Brenda Hua sungguh tidak senang. Kalau Beatrice Hua tidak mau bekerjasama menyukseskan rencana ini, Tuan Xu pasti marah, dan ia tidak akan mendapat apa-apa.

“Brenda Hua, aku kini paham mengapa Bonnie Hua dan Bretta Hua selalu menghindarimu seperti menghindari pup anjing. Kamu sungguh…… menjijikan……”

“Beatrice Hua, kamu berani-beraninya bilang seperti itu padaku?” Wajah Brenda Hua pucat.

“Itu masih terdengar sopan bahkan. Kamu kalau mau menindas orang lain juga lihat dulu dong orang itu siapa, memang aku, Beatrice Hua, adalah orang yang lemah dan mau menurutimu? Kamu ingin memanfaatkanku untuk mengambil hati orang penting, ini rencana yang bagus, tetapi sayangnya aku beda denganmu, aku bukan seorang penjilat. Lagipula….. Mengapa tidak kamu sendiri yang menikahi pria itu? Kamu memang begitu cantik, tapi kamu nampaknya sangat lihai dalam menggoda para pria. Bukankah lebih baik kalau kamu sendiri yang menggodanya?”

“Beatrice Hua, kamu jangan berkata seperti itu.”

Kata-kata Beatrice Hua membuat Brenda Hua merasa harga dirinya diinjak-injak. Ia langsung mengebrak meja.

“Coba saja bandingkan dirimu dengan diriku, kamu jelas masih kalah jauh. Aku kedepannya harus belajar lebih keras biar bisa tabah menghadapi orang berpikiran dangkal sepertimu.”

“Kamu……” Brenda Hua tidak melanjutkan kalimatnya lagi.

“Sudahlah, Papa dan Mama sudah tua, kami tidak selayaknya ikut campur terlalu banyak dalam urusan anak mudah. Kejadian Bonnie Hua waktu itu salah satu contohnya…… Kalian pecahkan sendiri masalah ini.”

Kali ini Beatrice Hua juga agak kecewa dengan ayah dan ibu. Ayah pada dasarnya sudah terlahir dari keluarga terhormat, jadi untuk apa ia susah-susah mencari muka di hadapan orang penting?

Mengapa orang-orang ini seperti tidak menghargai martabatnya sendiri? Beatrice Hua tidak paham, juga tidak ingin paham.

Beatrice Hua berbalik badan dan berjalan keluar. Ketika membuka pintu, ia kebetulan berpapasan dengan Tuan Xu yang baru kembali dari toilet.

“Beatrice Hua, kamu sudah mau pulang sekarang?”

Beatrice Hua menatap lekat-lekat pria itu, “Kalau tidak pulang memang mau apa? Masa aku ingin bersama-sama denganmu terus?”

Tuan Xu: ……

Sudahlah, kalau masalah memarahi orang lain, Beatrice Hua, Bonnie Hua, dan Bretta Hua memang sejenis.

Acara makan memang berlangsung tidak menyenangkan, tetapi mereka tidak boleh ribut terlalu keras karena di luar ada banyak orang. Setelah Beatrice Hua pergi, demi menyenangkan hati Tuan Xu, Brenda Hua mengajaknya ke pesta dan mencarikannya cukup banyak gadis muda untuk menemaninya. Ia dalam satu malam menghabiskan ratusan juta rupiah, sungguh angka yang fantastis.

Di sisi yang lain, Graham Qin mengajak Hayden Jiang main billiard bersama. Tetapi Hayden Jiang meminta izin untuk menjemput Bretta Hua dulu.

Saat sendirian menunggu Hayden Jiang dan Bretta Hua ini lah Graham Qin didatangi Bernice Xie.

Sekalinya melihat Graham Qin yang berpakaian kemeja krem, Bernice Xie langsung berdebar-debar.

“Graham Qin.” Suaranya sangat lembut, maklum ia gadis yang baru menginjak usia 20 tahun.

“Eh, kamu sudah datang?” Graham Qin, yang sedang memegang stik billiard, mendongakkan kepala dan tersenyum padanya.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu