Bretta’s Diary - Bab 682 Membantu Sebisa Mungkin

“Walaupun dihujat, aku tak akan mengunjunginya.” Hayden Jiang melanjutkan makan dengan santai.

“Jangan begitu, ia suka berakting, mari kita temani berakting.”

“Untuk apa membuang-buang waktu demi dia, aku juga tak peduli dengan omongan orang lain, jika dia akan meninggal, biar saja meninggal, aku telah melakukan segala sesuatu untuknya.”

Pada awalnya Hayden Jiang masih merasa bahwa ia dulu adalah mantannya, maka ia seharusnya menebus kesalahannya dulu.

Kalau saja Rainy Zhuo tidak begitu membuat masalah, Hayden Jiang sebenarnya ingin memberinya 20 milliar, untuk membuatnya hidup lebih baik.

Walaupun uang tak dapat membeli segalanya, namun dengan memiliki uang, hidup menjadi lebih baik, tak ada yang dapat menyangkalnya.

Hanya saja hati Rainy Zhuo penuh ambisi, di mulutnya mengatakan ia mencintainya, namun kelakuannya malah menyakitinya.

Maka Hayden Jiang yang bijaksana langsung bisa memahami, Rainy Zhuo pada dasarnya tidak mencintainya, ia hanya tidak rela melihatnya bahagia, dan dengan sengaja ingin menghancurkannya.

Wanita seperti ini membuat orang tak mempunyai simpati kepadanya, maka Hayden Jiang tak lagi ingin memberinya kesempatan untuk berpura-pura.

Bretta Hua terdiam dan tak melanjutkan berbicara. Apa yang dikatakan Hayden Jiang memang benar, terus mengacuhkan dia mungkin adalah ide yang bagus.

Tak berapa lama setelah makan malam, sebuah panggilan telepon masuk, mengatakan Nyonya Hua jatuh pingsan.

Bretta Hua dan Hayden Jiang segera menuju kesana. Ketika mereka tiba di rumah itu, semua telah berada disana, kecuali Bonnie Hua yang masih di rumah sakit.

“Bagaimana keadaan ibu?” tanya Beatrice Hua dengan panik.

“Tak tahu, ia tiba-tiba pingsan dan badannya dingin. Aku telah menelepon Dokter Liang dan ia akan segera tiba.” kata Habert Hua.

Dokter Liang telah menjadi dokter keluarga Hua selama bertahun-tahun. Keahlian medisnya sangat baik dan ia adalah orang kepercayaan keluarga Hua.

Setelah Dokter Liang tiba, ia segera memeriksa Nyonya Hua, lalu dahinya berkerut.

“Apa yang terjadi pada ibuku?” Belinda Hua bertanya.

“Sungguh aneh, tidak ada masalah. Semua indikatornya normal, dan kadar gulanya juga tidak rendah, bagaimana bisa pingsan? Detak jantungnya juga normal.”

Semua terkejut, bagaimana bisa pingsan tanpa sebab.

Bretta Hua melihat ibunya berbaring di kasur dengan mata tertutup, tubuhnya mengeluarkan hawa dingin.

Ia menutup matanya, dan menajamkan indra-indranya, dan dalam pikirannya ia melihat ada suatu benda putih berbentuk seperti jarum sepanjang jari kelingkingnya di tubuh ibunya.

Benda itu sangat tipis, berada di lengan kanannya, dan ialah yang menyebabkan semua ini. Bretta Hua baru pertama kali melihatnya, ia tak tahu benda apakah itu.

Saat orang lain tidak memperhatikan, ia melangkah maju dan duduk di sebelah ibunya.

Ia meletakkan tangannya di lengan kanan ibunya dan mengumpulkan tenaga dalam, perlahan menyedot benda itu keluar.

Tak disangka, benda itu tak berwujud, dan begitu tersedot keluar, ia langsung masuk ke tubuh Bretta Hua melalui telapak tangannya.

Tiba-tiba rasa dingin menjalar di sekujur tubuhnya, ia mengerutkan dahi dan mengatupkan tangannya.

“Brett, apa yang terjadi?” Hayden Jiang menyadari ada sesuatu yang salah dan segera menghampirinya.

“Tak apa.”

Hayden Jiang membawa Bretta Hua duduk, dan tiga menit kemudian, dengan ajaib Nyonya Hua tersadar.

“Ibu sudah sadar.” teriak Belinda Hua, semua segera berkumpul dan bertanya-tanya.

Bretta Hua menundukkan kepala dan berpikir, mungkin saat Rainy Zhuo bersujud-sujud hari itu, ia telah menyentuh ibu, dan entah dengan jurus apa, membuatnya jadi seperti ini.

Namun kini benda itu telah keluar, seharusnya tidak masalah lagi.

Hanya saja, ia merasa badannya menggigil dan mulai kedinginan...

“Brett, kau gemetaran.” Hayden Jiang memeluknya, tak tahu harus berbuat apa.

“Mungkin aku demam, ayo kita pulang.”

“Baik.”

Hayden Jiang memeluk Bretta Hua, berpamitan pada ayah dan ibu mertuanya, dan pulang ke Orchard Cottage.

Ketika tiba di rumah, kondisi Bretta Hua sudah parah, bibirnya memucat.

Hayden Jiang menjadi ketakutan, “Brett, apa yang terjadi denganmu, kau jangan membuatku takut.”

“Nona sepertinya kedinginan, kali ini sungguh parah.” Bella Yin menempelkan selembar handuk basah di dahi Bretta Hua, ia juga merasa panik.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
6 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu