Bretta’s Diary - Bab 94 Stik Bambu

“Lupakan, masalah sepele, kita jalan-jalan saja.”

Watak Bretta selalu seperti ini, tidak suka membuat keributan, terutama di tengah kota.

Lagipula dua orang di depannya ini, IQ-nya tidak begitu tinggi, sebenarnya dia tidak ingin berhubungan dengan orang-orang bodoh, sungguh.

Elly Chun meskipun marah, tapi nona berkata demikian, dia tidak berani bertindak gegabah.

Melihat orang tua itu berkata-kata dengan indah, pada akhirnya si gendut itu tawar-menawar, mengambil keuntungan untuknya.

Dengan menggunakan uang kontan sejumlah sembilan ribu dua ratus yuan, dia membeli mangkok rusak dari orang tua itu.

Kemudian menjaganya dengan baik, bersama gadis itu membuka pintu Mercedes Benz dan pergi.

“Nona, mangkok itu apakah barang palsu, bisa dihargai berapa?” tanya Elly penasaran.

Bretta sambil berjalan sambil berbicara, “Barang palsu tidak bisa dihitung, mungkin sekitar sepuluh atau delapan yuan, huruf yang terukir dibawah mangkok ada sekitar sebulan baru diukir, orang-orang seperti ini lah, yang merasa dirinya pintar, mengira mereka mendapatkannya dengan harga murah. ”

“Wah, maksud anda orang tua yang terlihat jujur itu, tidak kusangka juga seorang penipu, dunia ini......”

Elly Chun mungkin karena dulunya tinggal bersama Bretta Hua di Hillside terlalu lama, makanya tidak tahu bagaimana keadaan orang-orang di kota, sangat jahat.

Bretta Hua menanggapinya dengan tenang, “Di dunia ini terdapat macam-macam sifat orang, sejak awal sudah seperti itu.”

Ketika Bretta melewati orang tua itu, tidak menyangka orang tua itu menggunakan cara yang sama.

Selagi si gendut sudah pergi, dari belakangnya mengambil mangkok rusak yang sama persis.

“Nona, mau beli mangkok? Porselain, ini milik leluhurku, keluargaku sekarang sedang butuh uang untuk biaya penyembuhan penyakit anak...... kalau anda ingin membelinya, harganya sangat bagus.”

Bretta tertawa, “Kakek, aku tidak ingin beli mangkok, tetapi aku bisa meramal untukmu.”

“Meramal?” mendengar bisa meramal, orang tua itu terkaget dan menjadi canggung.

Bretta mengeluarkan sebuah tongkat bambu dari dalam tasnya, asli, berbentuk bulat tabung dan besar serta halus.

“Anda ambil satu, aku akan meramal peruntungan akhir-akhir ini.”

“Ini...... Kamu bukan penipu uang kan ?” Orang tua itu sangat waspada.

“Tenang, aku tidak mau uang, sepeserpun aku tidak mau, anda silahkan ambil satu, aku juga ingin lanjut berjalan-jalan, tapi merasa ada takdir denganmu.”

“Oke.”

“Orang tua itu mendengar tidak perlu uang, segera menarik bambu seperti yang dikatakan oleh Bretta Hua, dikocoknya, tidak lama kemudian jatuhlah sebuah bambu.”

Orang tua itu mengambil dan melihatnya, di bambu itu tidak ada huruf apapun.

“Kamu ini......?” Dia merasa dipermainkan.

Tanpa diduga, Bretta melihat bambu itu dan segera bertanya apad aorang tua.

“Kakek di rumah ada empat orang, ada dua anak laki-laki.”

“Betul.”

“Tubuh istri anda terbaring di tempat tidur tidak bisa berdiri, benar?”

Setelah kalimat ini terucap, orang tua itu terkaget, wajahnya tampak bingung penasaran bagaimana Bretta bisa tahu?

Bretta Hua lanjut tertawa, “Kakek, jika ada sesuatu hal yang baik, lakukanlah, terlalu banyak melakukan hal buruk akan membawa bencana bagi diri sendiri, istrimu kondisi tidak baik, anak-anak anda juga keterbelakangan mental, kamu juga tatapan mata seperti tidak ada semangat, dalam minggu-minggu ini seharusnya akan ada kecelakaan mobil, berhati-hatilah. ”

“Kamu berani mengutukku?” Kakek tua itu begitu mendengar kecelakaan mobil seketika itu juga merasa kesal.

“Tidak, aku hanya mengingatkanmu saja, percaya atau tidak terserah kamu.”

Selesai berbicara, Bretta membereskan stik bambunya dan membawa Elly Chun pergi.

Kakek tua itu merasa sedikit takut, dari apa yang diucapkan wanita tadi, dua anak laki-lakinya mengalami gangguan pada sistem ototnya, istri memiliki kaki yang bermasalah dan harus berbaring di tempat tidur selama bertahun-tahun. Suasana di rumah sangat sulit, pada mulanya benar-benar ada porselain, tetapi dijual habis olehnya, lalu menemukan cara berbohong seperti ini, sering-sering ke kota untuk menipu, setelah itu menjadi kebiasaan dan tidak memiliki hati nurani sama sekali.

Tetapi, mengenai yang dikatakan oleh wanita itu mengenai kecelakaan mobil, apakah masalah baru untuknya?

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu