Bretta’s Diary - Bab 77 Hati Yang Sudah Lama Tidak Terlihat

Bretta hua sedang mencatat tripitaka, tiba-tiba nyonya Jiang sudah sampai di depan pintu.

“Bretta.” Mendengar suara Hayden Jiang memanggilnya, ia juga ikut memanggil Hayden Jiang.

Bretta Hua tertegun, ia segera meletakkan kuasnya, berdiri dan mengangguk kepalanya. “Ibu.”

Nyonya Jiang cukup puas terhadap sapaannya Bretta hua.

Kemudian berjalan masuk ke ruang belajar, “Kata Hayden Jiang, setelah nenekmu meninggal, kesehatan badanmu jadi terganggu.”

“Betul, mungkin karena terlalu sedih.”

“Badanmu kurus kering, kau harus sedikit memerhatikan dirimu, aku telah menyuruh orang membawa darah wallet, suruh pelayanmu merebusnya untuk di minum.”

Pakaian Nyonya Jiang penuh wibawa, dressnya yang berwarna cerah, dan luarnya di padu dengan syal yang simple.

Sedikit terlihat stylest, tapi tetap terlihat mewah.

Style seperti ini, Bretta Hua cukup menyukainya.

Tidak seperti ibunya, nyonya Hua, nyonya Hua suka berpakaian mewah, suka memakai emas dan mutiara di seluruh badan.

Jika di lihat dari kualitas, nyonya Jiang terlihat lebih mulia satu tingkat.

“Apakah kau sedang berlatih menulis?” nyonya Jiang melihat di atas meja ada kuas dan beberapa tulisan yang belum jadi.

Bretta Hua mengangguk kepala, “Karena tidak ada kerjaan, jadi menulis doa keberuntungan untuk nenek.”

Nyonya Jiang terlihat tertarik, kemudian berjalan kesana untuk melihatnya.

Tulisan Bretta Hua tidak terlihat elegan seperti tulisan perempuan pada umumnya.

Seperti tulisan pria yang berbentuk tajam, menulisnya dengan tenaga, diujungnya terlihat tajam.

“Tidak buruk.”

“Ibu bercanda, aku tidak pernah sekolah, hanya karena aku suka, sehingga jika ada waktu luang saja aku baru menulis,”

“Mencatat doa belas kasihan?”

“Ibu mengerti ini?” Bretta Hua merasa sedikit terkejut.

“Tentu saja, kita keluarga terhormat ada berapa yang tidak beragam Buddha, doa belas kasihan cukup bagus, nenekmu pasti masih memikirkan ada dirimu di kehidupan dulu dan di masa depan, dan tidak sia-sia ia sangat menyayangimu, anak sepertimu, benar-benar memiliki hati nurani.”

“Iya, hanya ini yang bisa kulakukan.”

“Jangan tulis dulu, sini, turun dan temani aku duduk.”

Nyonya terlihat tidak sungkan, langsung menarik tangan Bretta Hua keluar dari ruang belajar.

Berdua duduk di ruang tamu lantai satu.

Bella Yin menghidangkan dua gelas teh kembang kepada mereka.

Bretta Hua dengan mertuanya yang ia tidak terlalu akrab, mengobrol sebentar.

Sebenarnya berbicara bukanlah keahlian dia, dia terbiasa untuk diam.

Meskipun dia bersama dengan Elly Chun dan Bella Yin sudah beberapa Tahun, tapi mereka juga tidak ada kesempatan untuk mengobrol dengan Bretta Hua.

Tapi nyonya Jiang lebih lembut, tidak ada niat apapun.

Hanya datang membawa maksud baik, Bretta Hua juga bukan orang yang tidak tahu sopan santun.

Nyonya Jiang duduk di rumahnya selama satu setengah jam baru pergi, setelah ia pergi.

Elly Chun cepat-cepat memberi tahu Bretta Hua, “Nona, nyonya Jiang tidak hanya memberi darah wallet, tapi ia juga membeli beberapa barang lain yang cukup banyak, masih ada jujube, wolfberry, teratai, lily, dan tremella, oh iya, masih ada sayur-sayuran, ia bilang nona suka makan sayur, sayur-sayur ini sangat enak, oh iya, dan masih ada 2 ekor ayam, ini untuk di jadikan steam.”

Bretta Hua: ……

Jujur, beberapa tahun ini, selain nenek, tidak ada orang yang sangat peduli terhadapnya, sesaat Bretta Hua merasa tidak terbiasa.

Tidak tahu harus mengatakan apa?

Setelah sekian lama tidak di pedulikan orang, tiba-tiba ada orang yang peduli kepadanya, perasaan ini benar-benar……

“Nona, mertua anda kalau di lihat-lihat baik juga, saya kira keluarga Jiang yang terhormat, sehingga mertua anda akan suka mencari masalah, suka mencari kesalahan menantunya ?” Bella Yin tertawa.

“Tidak akan, dengan posisi keluarga Jiang, masih Nyonya kediaman rumah mereka memiliki pemikiran yang baik, tidak akan memiliki prilaku yang sangat buruk, tapi….ibunya Hayden Jiang seperti ini, juga tidak terpikirkan olehku, mungkin karena ia terlalu sayang anak laki-lakinya.”

“Nona, tidak peduli bahwa nyonya terlalu sayang anak laki-lakinya atau hal yang lain, nyonya baik terhadap anda, tidak menyusahkan anda, itu sudah sangat bagus.”kata Elly Chun

Bretta Hua mengangguk kepala, “Itu benar juga, aku juga bukan orang yang tidak tahu bersyukur, nanti…..aku akan memilih barang yang ia suka untuk ku hadiahkan kepadanya.”

Di mata Bretta Hua, kebaikan orang lain terhadapnya bisa datang bisa pergi, dia juga bukan tipe orang yang suka menikmati kebaikan orang.

Saat ini, Wechatnya berbunyi.

Setelah membukanya dan melihat, tidak salah lagi itu dari Hayden Jiang.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu