Bretta’s Diary - Bab 491 Diusir Keluar Rumah

Suara Beatrice Hua sangat keras, ruang tamu yang mewah seketika sunyi.

Nyonya Hua membuang senjata di tangannya, duduk menangis di sofa.

Habert Hua sangat malu, dia bersandar di pilar bundar di sebelah, tidak berani bergerak, tahu dia tidak masuk akal.

Kelima putri sudah pulang, tapi masalahnya adalah skandal ayahnya, memang tidak pantas bila anak-anak perempuan yang maju, tidak mungkin memaki ayah sendiri?

Bonnie Hua berjalan dan duduk di samping ibunya, menyeka air mata ibunya.

“Ibu, jantungmu tidak begitu baik, tekanan darah juga tinggi, jangan menangis lagi.”

“Bonnie, ibu tidak ingin hidup lagi, juga tidak bisa hidup lagi, apa ini yang dinamakan hidup?” Nyonya Hua melihat putri ke empat nya kembali, suasana hatinya menjadi lebih campur aduk.

Sebenarnya semenjak Bonnie Hua menikah, dia benar-benar jarang kembali ke rumah, bahkan barang-barangnya yang dulu pun tidak diambil.

Sekarang muncul masalah dalam keluarga, dia juga tidak diam saja, dia masih kembali, melihatnya, hati Nyonya Hua semakin sedih.

Fransisca Hua adalah anak yang tertua, saat ini juga harus keluar berbicara, dia melihat sebentar ayahnya, sedikit menghela napas, “Ayah, kenapa ini sebenarnya?”

“Kamu masih bertanya padanya, apa dia masih punya muka berbicara? Sudah usia tua, masih melakukan skandal yang tidak tahu malu seperti ini, apa dia masih memiliki muka untuk mengatakannya?” Nyonya Hua sangat marah.

Habert Hua menundukkan kepala, dan berkata, “Aku itu dicelakai orang lain, aku tidak ingat apa yang terjadi hari itu, juga tidak ingat melakukan apa dengan wanita itu.”

“Ayah, video itu sangat jelas, aku juga sudah mencari teknisi untuk menganalisa, tidak ada jejak photoshop, Anda bicara seperti ini, tidak ada artinya.” Brenda Hua melotot melihat Habert Huang, kalimat ini seakan memukul ayahnya dengan palu, ingin menjelaskan pun tidak bisa.

Sebenarnya, Habert Hua memang mabuk hari itu, dia benar-benar tidak ingat apakah benar terjadi sesuatu.

Hanya bisa dibilang dia sial, hal seperti ini, banyak orang yang melakukannya, tapi yang menimbulkan masalah tidak banyak, dia juga sedang mengalami tahun sial, jadi kesialan demi kesialan terjadi.

"Kalian kebetulan pulang, hari ini kita diskusikan dengan baik bagaimana ke depannya, aku pasti tidak bisa hidup dengan dia, aku tidak bisa ikut malu dengannya, cerai, pasti cerai, harta juga harus dibagi dengan jelas, dia selingkuh juga pasti tidak mendapat banyak, anak sulung, kamu panggil pengacara perusahaan ke rumah, kita buat pembagian harta."

"Ibu, Anda tenang dulu." Belinda Hua menenangkan ibunya.

"Tidak bisa tenang, masalah ini bukan masalah kalian, kalian tidak bisa mengerti perasaanku, aku jijik melihatnya sekarang...aku memang buta dulu." Nyonya Huang menangis sampai terengah-engah, langsung ingin cerai, pisah rumah.

"Ibu, ingin cerai juga tidak apa-apa, tapi hari ini pasti bukanlah waktu yang terbaik, begini saja, kalian pisah rumah sementara, tenangkan diri masing-masing dulu, masalah cerai atau tidak, dibicarakan nanti lagi, bagaimanapun kami menghormati keputusan kalian berdua." Beatrice Hua memberi usul.

"Apa yang anak ketiga katakan benar, Ibu, Anda jangan terlalu tergesa-gesa." Belinda Hua mengangguk.

"Ibu, kalau begitu Anda tinggal berpisah dengan Ayah, semuanya pikir-pikir lagi, bagaimanapun sudah menjadi suami istri seumur hidup." Suara Bonnie Hua tidak tinggi tapi juga masuk akal.

Bretta Hua tidak mengatakan apa-apa dari awal, satu kata pun tidak diucapkan, hanya berdiri di samping, seperti menonton film.

"Adik kelima, ayo katakan sesuatu. Apa kamu datang menonton?" Brenda Hua melihat Bretta Hua tidak berbicara, juga merasa tidak puas.

"Apa yang ingin aku katakan sudah dikatakan oleh kakak-kakak, aku tidak ada yang ingin dikatakan lagi." Bretta Hua berkata dengan tidak acuh.

"Rumah ini adalah milikku, aku tidak akan pergi, kalau ingin pergi juga dia yang pergi, tinggalkan rumah ini." Sikap Nyonya Hua yang keras ingin mengusir suaminya keluar rumah.

Anak-anak perempuan nya juga tidak bisa apa-apa, hasil akhirnya, Habert Hua menjinjing sebuah koper, diusir keluar.

"Ayah, kalau tidak Anda tinggal di rumahku, rumahku dua kamar, hanya saja agak kecil sedikit." hualin berinisiatif berbicara, bagaimanapun besar kesalahan ayahnya dia tidak tega membiarkan ayahnya menggelandang.

Novel Terkait

Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu