Bretta’s Diary - Bab 731 Akibat Meremehkan Musuh

Dari awal Bretta juga tidak ingin Lexy ikut terluka karenanya, pertama karena hal ini juga bukan urusan Lexy.

Kedua, dengan kemampuan Lexy ini, rasanya sulit untuk bertarung melawan Keduabelas Bayangan itu, ia tak ingin nyawa temannya terancam bahaya.

Namun sifat Lexy sangatlah keras, setelah ia menemukan Dharmapala namun sang Dharmapala malah lari, ia sungguh merasa sangat malu, oleh karena itu ia langsung maju dan menyerbu ke depan.

Akhirnya bisa ditebak, ia kalah telak, untung saja Keduabelas Bayangan itu juga tidak menyerangnya dengan kekuatan yang terlalu berlebihan.

Lexy hanya patah tulang dan luka-luka kecil saja, ia terbaring di atas tanah dan tak bisa berdiri, setelah Bretta mengobati lukanya, tubuhnya tidak terasa begitu sakit lagi.

Ia memegangi tulang rusuknya, lalu menegakkan tubuhnya dan duduk tegak, "Bretta, kau tidak bisa, kita pasti tidak bisa mengalahkan mereka, kita menyerah saja, kalah dari bayangan juga bukanlah suatu hal yang memalukan."

"Aku bukan takut malu." jelas Bretta.

"Aku tahu, kau hanya tidak ingin roh Bonnie pergi."

Bretta menggigit bibirnya, betul yang dikatakan Lexy, dengan susah payah ia menyelamatkan nyawa Bonnie, mana mungkin ia mau menyerahkannya begitu saja.

"Tapi kau juga tidak akan bisa melindunginya, pada akhirnya Bonnie juga akan mati, dan kau juga akan dibawa ke Dunia Kematian untuk dihakimi, kau ini sungguh bodoh, kalaupun kau tidak memikirkan dirimu sendiri, apa kau tidak memikirkan Hayden? Apa kau ingat saat kau terjebak dulu, bagaimana sikap Hayden terhadapmu?"

Lexy tahu, kalau ia menyebut nama Hayden, pasti Bretta akan tergerak hatinya.

Ternyata benar, mendengar nama Hayden, mata Bretta pun melembut, ia pasti sangat mencintai suaminya itu.

"Lexy, aku sangat mencintai Hayden, tidak perlu dipertanyakan lagi."

"Tapi apa kalau kau mati, bagaimana dengan Hayden? Apa kau ingin dia mati bersamamu?" tanya Lexy.

"Lexy, aku tidak akan mati, tunggu aku."

Bretta mengangkat kepalanya, lalu berbalik dan berjalan ke arah Keduabelas Bayangan.

"Gadis kecil, kusarankan jangan mencoba-coba, temanmu itu berasal dari Keluarga Feng yang sangat hebat, namun dia bukanlah tandingan kami, kalau kau melawan kami, kau yang akan rugi sendiri."

"Kalaupun aku rugi sendiri, aku tetap harus mencobanya. Bagaimanapun aku sudah datang kemari, bukankah begitu?"

Kata Bretta dengan tenang sambil melihat ke arah dua belas orang itu dan tersenyum.

"Ya Tuhan, dia masih bisa tersenyum di saat seperti ini?"

"Iya, kalau dia bisa tersenyum berarti dia tahu bagaimana nasibnya nanti kan?"

"Tahu nasibnya nanti masih saja bisa tersenyum, wanita ini benar-benar berhati besar."

"Kalau hatinya tidak besar, apa dia akan memilih untuk bunuh diri seperti ini?"

"Bunuh diri pun, kita juga tidak akan melepaskannya begitu saja, kita tetap harus membawa rohnya untuk menghadap Raja Neraka."

"Setelah bertemu dengan Raja Neraka, semua pasti akan jelas."

"Setelah semua jelas, tugas kita juga sudah selesai."

"Setelah tugas kita selesai dan Raja Neraka senang, kita juga akan senang."

"Kalau kita senang, kita bisa minum-minum di bar."

"Setelah minum-minum, kita pasti akan melupakan semua masalah kita."

"Setelah semua masalah terlupakan, kita tidak perlu berwajah muram terus setiap saat."

Kata keduabelas orang itu bergantian.

"Tunggu, tuan-tuan sekalian, sekarang ini bukan waktunya berbincang-bincang, jangan seperti ini."

"Gadis kecil, dengan kemampuanmu ini, kau tak perlu melawan kami berduabelas, lawan aku sendiri saja sudah cukup."

Lalu, salah satu bayangan pun berjalan maju ke depan, dia adalah Bayangan Ketujuh.

Kemampuannya tidak buruk, kelihatan sekali ia sangat ingin memamerkan kekuatannya, saudara-saudaranya pun tidak menghentikannya.

Awalnya, ia mengira ia akan mengalahkan gadis kecil di hadapannya itu dengan sangat mudah.

Namun siapa sangka, saat bayangan itu menyerbu ke depan, palu di tangannya itu jatuh ke bawah.

Bretta mengeluarkan seutas tali dari lengan bajunya, tali itu terbang dengan sangat cepat dan langsung mengikat palu di tangan bayangan itu, lalu Bretta pun menariknya.

Dan melemparkan palu beserta orang itu jauh-jauh...... Sang bayangan itu terjatuh ke tanah dengan kerasnya, tak lama, suara keluhan kesakitan pun terdengar dari kejauhan sana.

"Tujuh......" teriak bayangan-bayangan lainnya.

"Ya ampun...... Apa Bretta menggunakan cheat?"

Lexy yang duduk di rerumputan itu tercengang, mengapa Bretta memiliki begitu banyak ilmu sihir dan senjata yang aneh-aneh?

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu