Bretta’s Diary - Bab 733 The Eyes of the Sea Soul

Tak usah Lexy, keduabelas bayangan itu saja juga berpikir demikian, jarang sekali mereka menggunakan jurus sebesar ini.

Pertama, karena jurus ini memakan terlalu banyak tenaga, kedua serangannya terlalu besar dan merepotkan, lagipula jurus ini juga tidak terlalu diperlukan untuk mengalahkan roh biasa saja.

Sepuluh tahun belakangan ini, mereka hanya pernah menggunakannya satu kali, delapan tahun lalu, saat mereka harus menjemput seekor monster yang mati di Dunia Kegelapan.

Meskipun tubuh monster itu sudah mati, tapi rohnya masih tetap sangat hebat, monster itu terus beradu dengan keduabelas bayangan itu sehari semalam.

Karena mereka merasa sudah tak sanggup lagi, akhirnya mereka menggunakan jurus hebat ini, dan si monster itu pun kalah dan berhasil mereka bawa pergi.

Mereka sama sekali tidak menyangka, delapan tahun kemudian mereka akan menggunakan jurus ini lagi untuk melawan seorang manusia biasa.

Seorang gadis kecil berumur dua puluh tahunan pula, namun para bayangan itu juga tidak ingin berpikir panjang lebar, mereka hanya ingin menyelesaikan tugas mereka saja.

Melihat ratusan orang yang mengepung dirinya itu, wajah Bretta masih tampak sangat tenang.

"Gadis kecil, apa kau masih ingin melawan? Kalau kau menyerah sekarang, kami akan memberimu satu kesempatan terakhir."

"Iya, gadis kecil, kalau kami menggunakan jurus kami ini, kau pasti akan langsung mati, lalu kau harus ikut kami ke Dunia Kematian."

"Terima kasih kalian sudah memberiku kesempatan, tapi aku tidak mau menyerah, aku tidak akan mengaku kalah begitu saja tanpa tahu hasilnya terlebih dahulu."

Kekeraskepalaan Bretta ini sungguh di luar dugaan keduabelas bayangan itu, mereka sangat merasa kasihan pada gadis di hadapan mereka itu, tapi tak ada pilihan lain, mereka tetap harus melaksanakan tugasnya.

"Dengarkan perintahku, serang."

Kata sang Kepala Bayangan, ratusan bayangan itu pun menyerbu ke depan, kelihatannya Bretta akan diinjak-injak mereka sampai mati.

Tiba-tiba, Bretta menemukan sebuah waktu yang tepat dan langsung melemparkan tali sembilan warnanya itu ke udara.

"Dari barat daya sampai ke tenggara, dari barat laut sampai timur laut, dari selatan sampai ke barat, pergilah."

Jari Bretta menunjuk ke atas, lalu berteriak "Pergilah."

Tali sembilan warna itu tiba-tiba terbelah menjadi enam tali kecil, lalu pergi ke enam arah yang ia sebut.

Jangan anggap remeh tali kecil itu, serangannya sungguh sangat dahsyat, energi yang dimiliki tali itu sangatlah kuat, tali itu menabrak mereka dengan keras.

Suara teriakan kesakitan pun terdengar di udara, bayangan-bayangan yang berada di posisi yang diserang oleh Bretta barusan itu pun menghilang seketika, yang tersisa hanyalah enam bayangan yang asli.

"Sial, bagaimana caranya dia membedakan mana yang asli dan mana yang palsu dalam waktu sesingkat ini, hebat sekali."

Awalnya Lexy tidak berani melihatnya, namun ia tetap saja tidak bisa menahan diri untuk melihat fenomena menakjubkan itu, ia benar-benar lupa bahwa dirinya dan Bretta sedang beradu dengan bayangan-bayangan itu.

Ia mengira bahwa ia sedang melihat para master hebat yang sedang berkelahi, Lexy melihatnya dengan hati yang menggebu-gebu sambil mengomentarinya dalam hati.

"Kakak pertama, ia sudah menyerang belahan diri Delapan dan yang lainnya, kalau begitu kita......"

"Ayo kita serang sekarang, jangan beri dia kesempatan untuk menyerang lagi."

Melihat adik-adiknya terluka parah, sang Kepala Bayangan pun berpikir cepat, ia langsung memerintahkan enam orang sisanya untuk segera bertindak.

Tentu saja, Bretta tidak sempat untuk mengeluarkan jurus talinya itu lagi, bahkan tali di tangannya sendiri itu tadi masih belum sempat kembali.

Dengan dua tangan kosongnya, ia menghadapi serangan enam orang itu.

Lexy sudah tahu kehebatan Bretta sekarang, kini ia tak begitu khawatir.

Sepertinya ia juga sudah memperkirakan, Bretta akan mengeluarkan jurus lain yang hebat di waktu yang tepat.

Oleh karena itu, ia menopang dagunya dan duduk tegak di atas tanah seperti sedang menonton adegan seru di dalam film.

Lalu, di saat yang genting, Bretta pun duduk bersila di atas rerumputan.

Ia memejamkan matanya sedetik, lalu saat ia membuka matanya lagi, matanya pun berubah menjadi lautan yang dalam.

Matanya bukan berubah menjadi berwarna biru, melainkan mengeluarkan cahaya biru yang sangat menyilaukan mata.

Ia membuka telapak tangannya perlahan-lahan, tiba-tiba telapak tangannya mengeluarkan dua buah kobaran api yang sangat besar, dua api itu berkobar dengan hebatnya, cahaya biru dari api itu menyinari gelapnya malam.

Tepat saat keenam bayangan itu menyerang, api-api biru itu langsung menyerbu ke arah mereka, mereka tak sempat melakukan perlawanan.

Api itu membakar sekujur tubuh mereka, suara teriakan kesakitan mereka pun melolong-lolong di udara.

Hanya sang Kepala Bayangan itu saja yang memandangi gadis di depannya itu sambil memegangi tubuhnya yang sakit itu.

"Fire of the Nine Heavens? The Eyes of the Sea Soul? Si...... Siapa kau sebenarnya?" sesaat, ia pun menyadari bahwa dirinya melakukan kesalahan yang sangat besar, gadis ini sama sekali bukan manusia biasa.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu