Bretta’s Diary - Bab 448 "Kelanjutan Hidup"

Bonnie Hua pergi ke dokter kandungan untuk memastikan lagi dan lagi, setelah mengetahui kalau dirinya sendiri beneran sedang hamil, langsung dengan cepat menelepon Beatrice Hua dan Bretta Hua.

Kedua kakak adiknya mendengar kalau Bonnie Hua ada di rumah sakit, mereka mengira kalau dia sakit, dengan kecepatan tinggi segera pergi ke klinik.

Saat Beatrice Hua dan Bretta Hua datang, Bonnie Hua sedang duduk di kursi panjang lantai 3 klinik kebidanan, memakai jaket merah, memakai topi hitam berbulu, perpaduan yang bagus.

"Kakak keempat, ada apa? Mana yang tidak nyaman?" sampai lift pun Bretta Hua sudah tidak menunggunya, langsung lari lewat tangga, dengan terengah-engah.

"Tidak, tidak ada yang serius, kalian berdua tidak usaha khawatir."

Melihat Beatrice Hua dan Bretta Hua semuanya sedang gugup, Bonnie Hua langsung menjelaskan.

Juga sudah menyulitkan Beatrice Hua, dengan memakai masker mulut berwarna hitam, topi, berpakaian sama seperti seorang pencuri, karena takut akan diserang oleh penggemar.

"Kakak keempat, disini banyak orang, kita naik ke mobil ku untuk berbicara saja." Beatrice Hua melihat-lihat sekumpuluan orang-orang yang datang berlewatan, merasa tidak aman.

Tiga orang itu langsung turun tangga dan naik ke mobil bawaan pengurus rumah Beatrice Hua, sebuah mobil Alfa Romeo.

"Kakak keempat, sebenarnya ada masalah apa, kamu sakit, apakah suamimu tahu?" Bretta Hua melihat Andrew Bai tidak merasa ada yang aneh.

"Aku tidak sakit, kalian berdua sudah salah paham, aku ada masalah......tidak yakin dengan ini, jadi ingin berdiskusi dengan kalian."

"Baik, katakanlah."

Mendengar Bonnie Hua berkata tidak apa-apa, Bretta Hua merasa lega, Beatrice Hua melepas masker dan topinya, mengeluarkan kapas dan mengelap-ngelap keringatnya.

"Aku......hamil."

Empat perkataan Bonnie Hua ini, bisa membuat kakak adiknya terkejut, Bretta Hua yang langsung ingin berkata sesuatu yang sudah ada di tenggorokannya, langsung sedikit lagi hampir keluar.

Beatrice Hua semua badannya tegang, semuanya tidak bergerak, kapas yang ada di tangannya semuanya jadi lupa dibuang.

"Kalian berdua jangan terlalu gugup, pantaskah? Ha” Bonnie Hua merasa agak sungkan, lalu menundukkan kepala.

"Kakak keempat, kamu tidak boleh memiliki anak, kenapa kamu tidak melakukan tindakan perlindungan yang baik?"

"Iya benar, Kak, kondisi mu sekarang ini, tidak bisa melindungi diri sendiri, masih mau anak apa, apa yang kamu pikirkan? Apakah sudah gila? Sudah tidak ingin hidup?" Beatrice Hua juga merasa panik.

Bonnie Hua berpikir-pikir, lalu dengan suara kecil berkata, "Aku hanya seorang guru di universitas, tidak terlalu peduli, kalian berdua mempedulikan aku aku tahu, tapi apa itu sudah mutlak, masih juga ada seorang ibu penderita kanker yang awalnya bisa melahirkan seorang bayi, pada akhirnya juga lancar dalam melahirkan, juga tidak berarti, ada anak itu ada masalah."

Bonnie Hua tahu obat yang dia makan ada racunnya, terhadap bayinya memmpunyai pengaruh yang sangat besar, anak ini bisa dengan mudah menjadi cacat, atau terlahir dengan penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan.

"Yang kamu khawatirkan adalah anak ini, yang kita khawatirkan adalah kamu." Bretta Huamembujuknya dengan baik demi kebaikannya.

Lalu dengan perasaan sedih melihat Bonnie Hua, "Penyakit mu ini sudah menyebabkan kekebalan tubuh mu menurun, kekurangan gizi, pada dasarnya memang sudah tidak bisa memiliki anak, setelah kamh hamil pasti akan menambah berat beban di tubuhmu, yang palibg ditakutkan adalah stimulasi kehamilan, memberikan kesempatan pada sel kanker beralih dan menyebar itu sangat tinggi, apakah kamu pernah memikirkannya, jika pada akhirnya, anak ini tidak bisa bertahan, kamu mau menyuruh suamimu bagaimana untuk hidup sendiri?"

"Tapi aku ingin bertaruh." Bonnie Hua menjawab dengan gigih.

"Apa kamu sanggup bertaruh? Anggap saja kamu sanggup bertaruh, lalu kita yang sebagai keluargamu, sanggupkah kehilangan kamu? Kalau kamu baik-baik saja, kedua matamu menutup untuk selamanya, kita bagaimana? Menyiksa kita seumur hidup ya? Yang kamu lakukan ini sangat egois, apakah kamu tahu? Terutama untuk Andrew Bai, tidak adil." Beatrice Hua mengatakan sesuatu yang tidak enak didengar, langsung menempatkan hasil terburuk di hadapannya.

Bonnie Hua menggigit bibirnya, hatinya sakit tak tertahankan, air matanya berderai-derai jatuh ke bawah.

Hati Bretta Hua menjadi lembek, lalu mengeluarkan tisu dan memberikan padanya.

"Kakak keempat, kamu menyukai anak kecil kita bisa mengerti itu, tapi kamu tidak bisa memgambil resiko, begini saja, tunggu penyakitmu sudah sembuh dan membaik, kalian baru melahirkan seorang anak oke? Kamu baru 26 tahun, anggap saja hanya menunggu tiga sampai empat tahun, masih sempat kok." Bretta Hua menghiburnya.

Bonnie Hua menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan suaranya yang tersedak isakan tangis berkata, "Sudah tidak sempat, aku tahu kondisi badanku sendiri, tiga empat tahun kedepan menurut aku sangat lama, aku takut diriku sendiri......tidak bisa hidup selama itu, aku memang egois, aku hanya ingin beruntung dalam melahirkan anak ini, kalau suatu hari aku pergi, masih ada anak yang bisa menemani Andrew Bai paling tidak dia tidak hidup sendiri, dia masih memiliki pemikiran untuk hidup, bagaimanapun anak ini adalah kelanjutkan hidup ku."

Perkataan Bonnie Hua ini, membuat mata Bretta Hua dan Beatrice Hua memerah, tiga saudara ini terdiam di dalam mobil dalam beberapa waktu.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu