Bretta’s Diary - Bab 858 Gangguan Ingatan

Bretta Hua tahu, ia pasti tidak akan bisa menghindari sebuah peperangan yang pahit jika Raja Neraka hari ini sudah datang mencarinya.

Mengenai beberapa emas yang sebelumnya, bagi seorang wanita, itu hanyalah sebuah bom asap, semuanya itu sejalan dengan kedua belas pesuruh jahat yang bingung sebelumnya.

Sayang sekali, Raja Neraka tidak dapat dibohongi, ia adalah seseorang yang cukup sulit untuk dihadapi.

"Gadis kecil, apakah kamu tahu siapa yang akan kamu hadapi? Jangan mengira bahwa api kecilmu itu membuat dirimu tidak lagi mempunyai lawan, kamu masih sangat lemah,"ucap Steven sambil tersenyum.

"Aku tidak merasa diriku sendiri hebat, namun, aku juga tidak merasa diriku adalah seorang makhluk yang sia-sia, namun, semua itu hanya dapat ditentukan melalui sebuah peperangan."

"Apakah kamu benar-benar ingin menggunakan cara seperti ii?"Raja Neraka mengerutkan alisnya.

Ia tidak suka bertengkar, terutama bertengkar dengan seorang wanita, terutama bertengkar dengan seorang wanit sekecil ini.

"Jika tidak? Apakah kamu ingin duduk dan meminum teh, sambil menikmati bulan purnama?"

Raja Neraka,"......"

"Hahahaha, saudaraku, kamu hari ini dihadapi dengan tidak mudah,"Steven lagi-lagi tertawa.

"Sudahlah, sampai disini dulu untuk malam ini, aku akan mengingat dendam ini, aku juga akan mencarimu untuk memperhitungkannya, kamu sebaiknya tidak melupakannya."

Raja Neraka merasa sangat kesal, ia tidak tahu mengapa dirinya bisa kemari.

Setelah berbicara cukup lama, permasalahan ini masih saja belum selesai.

Bretta Hua pun tercengang......

"Astaga, ada yang melarikan diri...... Ia ini tidak tega untuk bertindak, kalau begitu, aku juga akan pergi...... Tetapi, gadis kecil...... Kamu sedang tidak beruntung...... Kamu benar-benar tidak beruntung, hari-hari tenang yang selalu kamu inginkan itu tidak akan mungkin pernah terjadi, karena identitas dirimu sudah menentukan bahwa kehidupanmu tidak akan pernah berlangsung dengan tenang, semoga kamu baik-baik saja."

Setelah Steven selesai mengatakan semuanya, ia pun langsung menghilang ditengah udara.

Bretta Hua menyimpan kembali apinya, ia merasa sedikit ragu, apakah mereka sudah pergi?

Tanpa berperang? Apakah memang semudah ini?

Ia berdiri sendiri di luar pintu selama lebih dari sepuluh menit, ia kemudian kembali ke kamarnya setelah yakin bahwa Raja Neraka sudah pergi.

Hanya saja, hatinya tetap saja merasa tidak tenang, permasalahan ini belum diselesaikan, hal ini akan terus muncul di dalam pikirannya.

Raja Neraka terlihat sulit diajak berkomunikasi, jadi, apakah ia akan mencarinya untuk memperhitungkan semua ini nantinya?

Ia tidak akan mungkin bertindak terhadap Hayden Jiang, bukan?

Bretta Hua kemudian tertidur setelah memikirkannya, hanya saja, ia kali ini tidak perlu berkorban dan membunuh seperti sebelumnya lagi.

Terlebih lagi, ia memimpikan sebuah danau yang sangat-amat besar, warna air danau tersebut adalah biru, permukaannya bahkan menampilkan sinar yang sangat berbeda.

Seorang lelaki berambut panjang berwarna perak berjalan dari tengah danau ke arahnya, ia mengenakan pakaian berwarna putih, dengan sebuah bulan sabit berwarna merah di tengah alisnya, ia terlihat sangat tampan.

"Bretta."

"Apakah kamu mengenalku?"

"Bretta, aku ingin bertanya kepadamu, mengapa kamu membuatku merasa kecewa?"

"Aku......,"Bretta Hua tercengang, ia tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

Lelaki itu mengangkat sebuah gelas anggur dan mengangkat kepalanya, lalu meminum seteguk anggur tersebut.

Tatapannya kemudian tertuju tajam padanya, ia menarik lengannya dan menahannya.

"Bretta, mengapa kamu harus memilihnya, bagian apa darinya yang lebih baik dariku? Buka matamu dan lihat aku dengan baik...... Aku selalu bersikap sangat baik terhadap dirimu...... Lihat hatiku, hatiku berada di sini, aku juga bisa saja membunuh seorang dewa karena dirimu...... Lihat aku......"

"Lepaskan aku, kamu membuatku merasa sakit."

"Katakan, mengapa kamu harus bersikap seperti ini kepadaku...... Aku tidak bersedia...... Aku benar-benar tidak bersedia."

Bretta Hua ingin memberontak, namun, ia tidak bisa menyingkirkannya.

Ia bahkan melihat tangan lelaki itu menjadi tulang putih, yang akhirnya berubah menjadi sebuah rotan, dan membuat seluruh tubuhnya terpikat secara erat.

Ia meminta tolong secara perlahan......

"Jangan......"

"Bretta, bangun."

Hayden Jiang menggoyangkan tubuh Bretta Hua secara perlahan dan membangunkannya dari mimpinya.

"Bretta, lihat aku, kamu hanya bermimpi, jangan takut, jangan takut, aku ada disini."

Hayden Jiang memeluk Bretta Hua dan segera menenangkannya.

"Hayden Jiang, siapakah aku...... Siapakah aku sebenarnya......,"Bretta Hua pun menangis tersedu-sedu.

Novel Terkait

Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu