Bretta’s Diary - Bab 305 Pertanda Buruk

Hayden Jiang memanggil Bretta Hua, tetapi tidak ada respon darinya.

"Bretta Hua, Bretta." Dia memanggil lagi.

Bretta Hua secara perlahan mengangkat kepalanya, Hayden Jiang melihat tatapannya berbeda dari biasanya.

Dia melihat Hayden Jiang beberapa saat, lalu sedikit sadar.

"Kamu mengapa kesini?" Napasnya masih lemah, rasanya seperti bisa berhenti kapan saja.

"Aku mendengarmu berteriak, kamu telah mimpi buruk?"

Bretta Hua menganggukkan kepala.....

Hayden Jiang mengambil tisu, membantunya mengelap keringat dingin pada keningnya, lalu memeluknya.

Bersandar di dada hangat milik Hayden Jiang, Bretta Hua baru merasakan dirinya adalah seseorang yang memiliki kehangatan, barulah hangat kembali.

Napasnya yang sedikit lemah, bersandar di dada Hayden Jiang, sangat lemah.

"Mimpi apa? Sampai terkejut seperti ini?"

“Aku......” Bretta Hua mengingat kembali mimpi itu, tetapi malah merasakan kepalanya mulai kesakitan.

"Jangan dipikirkan, jangan dipikirkan lagi, kita jangan memikirkan itu, semuanya telah berlalu." Melihat Bretta Hua kesakitan, Hayden Jiang tidak tega lalu memeluknya dengan erat dan menenangkannya.

Setengah jam berlalu, Bretta Hua baru kembali tenang.

Dia melihat-lihat jam, sudah jam 3.30 subuh...

Hayden Jiang memeluknya, terus memeluknya tanpa melepaskannya.....

"Aku sudah tidak apa-apa, kamu cepat kembali beristirahat." Kata Bretta Hua.

"Tidak, aku telah memutuskan, mulai dari hari ini, aku harus tidur seranjang bersamamu."

"Jangan." Bretta Hua langsung menolak.

"Kamu tenang, Bretta, aku tidak akan menyentuhmu..... aku hanya merasa kondisimu belakangan ini tidak baik, selalu bermimpi buruk, aku temani kamu, kamu akan merasa lebih baik."

Bretta Hua terdiam.....

Memang, keadaannya belakangan ini sangat buruk, yang teraneh adalah setiap kali ada Hayden Jiang, dia akan jauh lebih baik.

Kemungkinan karena kecukupan kehangatan dari tubuh pria ini, jadi bisa menghilangkan suasana aneh dari mimpi buruk.

"Sudah diputuskan seperti itu, tidak boleh ditolak. Tunggu kamu sudah benar-benar baik, tidak bermimpi buruk, aku baru kembali tidur." Hayden Jiang mengelus rambut hitam panjang milik Bretta Hua dengan suaranya yang lembut.

Bretta Hua mengakui, dia telah memiliki perasaan yang baik terhadap Hayden Jiang, tidak bisa seperti dulu melindungi diri dan menghindarinya.

Jadi kehalusan Hayden Jiang dan perhatiannya, dia juga semakin tidak bisa menolaknya.

keesokkan paginya.

Ketika Hayden Jiang pergi, Bretta Hua masih terlelap dengan tidurnya.

"Dia semalaman tidak bisa tidur, kemungkinan akan bagun siang, kalian panasi lagi sarapannya, jika dia bagun dan ingin makan." Nasehat Hayden Jiang kepada Bella Yin dan Elly Chun sebelum ia pergi kerja.

Ketika Bretta Hua bagun dari tidurnya, sudah jam 9.50.

Dia tertidur di saat hampir jam 6, dan juga hanya tidur selama 3 jam.

Jadi dia terlihat sangat lesu dan lemas.

"Nona, apakah anda ingin sarapan?"

"Tidak ada nafsu makan." Bretta Hua menggoyangkan tangannya.

"Kalau begitu akan aku tuangkan segelas susu hangat untukmu." Bella Yin segera masuk ke dapur.

Hari ini Bretta Hua memakai sweter hitam, celana hitam yang ketat, seluruh tubuhnya mengenakan warna hitam.

Dandanannya yang seperti ini, terlihat semakin dewasa dan formal, tetapi dandanan seperti ini tidak terlihat seperti gaya dia yang biasanya.

"Nona, kamu ingin keluar?" Melihatnya telah berpakaian rapi, Elly Chun pun bertanya.

"Iya, aku pergi ke kuburan melihat nenekku."

"Aku temani anda."

Elly Chun mengantar Bretta Hua pergi ke kuburan, tempat Nyonya Hua di makamkan disini bersama dengan Tuan Hua.

Bretta Hua memeggang seikat bunga serunai, secara pelan-pelan meletakkannya di depan batu nisan.

“Nenek, apakah anda disana baik-baik saja?Apakah telah berjumpa dengan kakek? Jika kalian tahu, tolong berkati kakak keempat, dia telah menikah, aku berharap dia bisa hidup lebih lama....... bisa bersama orang yang disukainya sampai tua." Bisik Bretta Hua.

Disaat ini, wajah Elly Chun tiba-tiba berubah drastis lalu berteriak, “Nona, disana kebakaran.”

Bretta Hua menatap ke arah tempat Elly Chun menatap, melihat hutan yang tempatnya tidak jauh dari sini tidak tahu kapan telah dipenuhi oleh api.....

Tetapi api yang besar itu, terus menerus dengan ganas datang ke arah sini.

"Langit telah menurunkan api besar, pertanda buruk." Bretta Hua mengerutkan keningnya sedikit, dan hanya merasa ada suatu hal yang akan terjadi.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu