Bretta’s Diary - Bab 119 Hadiah dari Suami

Setelah melihat pesan itu, ia memanggil teman bernama Alex Du yang duduk di sebelahnya, "Bunga kampus kita sedang bad mood dan menangis terus, apa kau mau pergi menghiburnya?"

"Eh...... Apa aku boleh?"

"Dia di paviliun, kau bisa mencobanya."

"Baik...... lah...... Kalau begitu kucoba dulu."

Anak laki-laki itu pun berdiri dan meninggalkan aula diam-diam.

Stephanie sebenarnya ingin berpura-pura terlihat sedih, lalu mendapatkan kesempatan agar dirinya bisa lebih dekat dengan Jonathan, namun sayang...... Semua itu tak sesuai harapan.

Jonathan terus menunggu Bretta keluar sampai acara selesai.

Lalu ia berjalan ke arahnya, "Kau sudah membuat Stephanie marah, kau pasti tidak akan tenang lagi di kampus ini."

Bretta membalikkan kepalanya, ternyata Jonathan, Bretta pun tersenyum.

"Oh ya? Aku tak peduli."

"Ayah Stephanie adalah wakil kepala sekolah."

"Oh, terserah."

Dalam hati Bretta, jangankan wakil kepala sekolah, wakil gubernur saja dia tak peduli.

Dia sendiri juga sebenarnya tidak ingin menyakiti orang lain, Stephanie yang memulainya terlebih dahulu.

Dia juga hanya membalasnya saja...... Ia tak merasa dirinya bersalah.

Pokoknya Bretta adalah orang yang tak akan bergerak kalau orang lain tak bergerak, tapi kalau kau sampai membuatku marah, aku pasti akan membalasmu dengan kejam.

Melihat reaksi Bretta sangat dingin, Jonathan menjadi bertambah tertarik.

"Sebenarnya aku penasaran, kenapa kau masuk jurusan sejarah?"

"Suka."

"Kau pasti sudah bersusah payah kan untuk pindah di tengah-tengah tahun ajaran seperti ini, susah sekali lho untuk masuk ke National University."

"Lumayan."

Jonathan sadar, apapun yang ia katakan, gadis ini hanya akan menjawab dengan satu kata saja.

Melihat sikapnya yang dingin ini, sejujurnya, ia sudah sangat takut dikejar-kejar wanita terus.

Tak pernah ada yang tak menghiraukannya seperti ini......

Oleh karena itu, ia merasa agak sedikit kecewa, ini pertama kalinya dirinya merasa tak dianggap.

"Aku punya banyak kenalan di sekolah, kalau nanti...... Stephanie menganggumu, kau bisa beritahu aku."

"Tidak perlu."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, ia pun sampai ke depan pintu sekolah,

Ia membalikkan badannya dan berkata, "Terima kasih sudah memberitahuku semua ini, sampai jumpa.

"Iya."

Lalu, Jonathan hanya memandangi Bretta yang pergi begitu saja, ini pertama kalinya dia mengerti apa itu frustasi.

Dia benar-benar seorang bidadari, apapun yang kau katakan, ia tak akan pernah peduli.

Bahkan ekspresi di wajahnya tak menunjukkan dia senang, marah, sedih atau kesal.

Tadi saat di atas panggung, entah saat Stephanie mempermalukannya, atau saat ia membalas Stephanie dengan memainkan lagu Liszt "Transcendental Étude No. 5, Feux Follets".

Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kemenangan, juga tak ada ekspresi senang di atas penderitaan orang lain.

Gadis yang seperti ini, apa dia benar-benar berumur 22 tahun? Jonathan berpikir......

Sesampainya di rumah, Bretta melihat sebuket besar bunga baby breath, di tengahnya dihiasi dengan bunga daisy putih, kuning, dan ungu.

Packagingnya sangat cantik, dan bukan selera Elly ataupun Bella.

"Kau sudah pulang?"

Tanya Hayden yang sudah mengenakan baju rumah berwarna biru sapphire.

Dia yang mengganti jas dan kemejanya dengan baju rumah memberi kesan yang sangat menyenangkan.

Sangat bersahabat......

Setidaknya menurut Bretta, Hayden adalah seseorang yang baik dan enak diajak berteman, bagi dia begitu.

"Iya." Bretta menganggukkan kepalanya.

"Itu untukmu, suka tidak?"

Ia menunjuk ke arah buket bunga itu.

Bretta menganggukkan kepalanya lagi.

Daisy adalah bunga kesukaannya, makna dari bunga itu adalah kepolosan, kedamaian, harapan, bersih, dan cinta yang disembuyikan dalam hati.

Bretta tak tahu Hayden memilih bunga ini itu sengaja atau tidak.

Atau mungkin ia membelinya setelah bertanya pada Elly dan Bella bunga apa yang dia sukai.

"Nyonya Jiang, pertunjukanmu hari ini sangat amat sempurna, aku bangga padamu."

Hayden maju selangkah demi selangkah ke depan Bretta, pandangan matanya penuh dengan rasa kagum yang sangat lembut.

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu