Cinta Setelah Menikah - Bab 85 Menculik Istriku (2)

saat ini, ada yang mengetuk pintu.

Raymond Jiang membuka pintu kamar, melihat dokter perempuan yang membawa kotak obat muncul di depannya. Dia yang meneleponnya untuk datang.

“direktur Jiang…”

“bantu lihat dia.” Raymond Jian berpesan. Dia, yang dimaksud adalah Tifanny Wen.

Dia kenal dengan dokter ini, pernah Bertemu Beberapa kali, selesai berbicara, dia berpikir, lalu berkata: “aku akan pergi sejenak, setelah dia bangun, kamu bilang saja kamu yang menyelamatkannya, badannya sedang tidak enak minta dia istirahat baik – baik, jangan mengungkit tentang aku dulu.”

Raymond Jiang berpikir, setelah Tifanny Wen bangun, asal tidak mengetahui kalau dirinya yang memesan kamar ini, pasti tidak akan segera pergi.

Menunggu setelah dia selesai dengan urusannya, siapa tahu masih akan sempat sebelum perempuan ini bangun.

Atau, besok pagi dia akan sampai, juga bisa. Lagi pula dengan keadaan perempuan ini sudah pasti tidak bisa pergi malam ini.

Karena itu, Raymond Jiang merasa tidak apa jika dia pergi sejenak. Setelah melihat dokter ini menganggukkan kepala, membuka pintu kamar, dan pergi meninggalkan hotel….

….

Raymond Jiang baru melangkah tidak jauh, mobil Yansen Mu sudah terparkir di bawah hotel.

Raymond Jiang melihat letak lokasi, dan memastikan lokasi Tifanny Wen, turun dari mobil, masuk ke hotel langsung mencari manajer hotel, bertanya ada seseorang bernama “Raymond Jiang” yang memesan hotel.

Tentu saja, termasuk informasi detail, kamar yang dipesan oleh Raymond Jiang.

“tuan, kita tidak bisa membocorkan informasi pribadi tamu kami.”

“apakah perlu aku melapor polisi, bilang kalau Raymond Jiang menculik istriku?” Raymond Jiang tersenyum dingin, “apakah kalian melihat kalau dia membawa perempuan yang pingsan?”

“aa?”

Resepsionis berkeringat dingin.

Memang iya!

Saat itu, mereka memang lihat Raymond Jiang membawa perempuan yang tidak sadarkan diri masuk ke hotel. Tetapi saat dia memeluk perempuan ini, dia menutup perempuan itu dengan baju, jadi tidak melihat jelas wajah perempuan itu. Karena itu, mereka juga tidak tahu kalau orang itu adalah Tifanny Wen.

Mendengar ucapan Yansen Mu, resepsionis menjadi ketakutan, terutama mendengar kata “menculik”, mana ada yang berani mengabaikannya?

terutama, tuan Mu ini, yang mengakui suami dari perempuan itu!

Karena itu, manajer hotel dengan sendirinya membawa Yansen Mu ke kamar yang di pesan Raymond Jiang.

Saat membuka kamar hotel, Yansen Mu tidak melihat Raymond Jiang, justru melihat dokter perempuan. Hal ini, dia juga merasa aneh, seharusnya Raymond Jiang sudah pergi bukan.

“kamu… kamu adalah?” ucap dokter itu, ketika melihat Yansen Mu dan manajer hotel, menjadi tercengang.

Yansen Mu menghela napas dingin, langsung berjalan ke arah Tifanny Wen yang dalam keadaan tak sadar.

Saat ini, wajahnya pucat. Terutama ketika melihat tangan perempuan yang di atas ranjang ini terpasang infus, di atasnya ada botol, langsung menyalahkan dirinya sendiri.

“dia kenapa?”

Yansen Mu berjalan ke arah ranjang, lalu memegang tangan Tifanny Wen.

Ucapan ini, tentu bertanya kepada dokter itu.

“dia kehujanan, masuk angin. Kamu adalah….” Tanya dokter ini terbata – bata, benar – benar tidak mengerti mengapa manajer hotel ini membawa seorang lelaki masuk.

“apakah parah?” Yansen Mu bertanya lagi.

“jika di obati tepat waktu, hanya demam saja. Setelah infus ini selesai seharusnya demamnya akan hilang.” Ucap dokter itu, lalu bertanya lagi: “kamu adalah?”

Yansen Mu tidak menjawab dokter itu. Melihat Tifanny Wen yang terbaring, masih dengan dompet kecilnya. Dia langsung mengambil dompet itu, lalu membuka dan mengambil KTP milik Tifanny Wen.

Selanjutnya, dia berdiri, berjalan ke depan manajer hotel yang kebingungan, menunjukkan KTP Tifanny Wen, dan KTP miliknya sendiri. Saat ini, dia juga memberikan sertifikat pernikahan kepadanya, lalu berkata: “tukar kamar, selain aku dan dia, tidak boleh ada orang asing yang lain.”

Dia, yang dimaksud tentu adalah Tifanny Wen.

Yansen Mu selesai berbicara, langsung memberikan kartu namanya dan juga kartu ATM.

Manajer yang melihat sertifikat pernikahan itu, belum tersadar, hanya menatap Yansen Mu.

Ini ini ini….

Tifanny… Tifanny Wen…

Dan lelaki ini?

Saat dia ingin berteriak, tidak terpikirkan, lalu melihat kartu nama Yansen Mu dan kartu ATM berwarna hitam.

Kartu hitam?

Kartu internasional orang penting! Di seluruh negara Long ini, hanya ada Beberapa orang yang memilikinya. Sedangkan dia saja tidak bisa memiliki kartu ini, hanya Beberapa orang penting saja yang di undang untuk menjadi pelanggan dari kartu ini. Biasanya kartu hitam ini, dibagi menjadi beberapa jenis. Yang manajer ini lihat, terlihat tidak asing… sebelumnya, dia pernah Bertemu dengan bos Keluarga Gu, dia juga memiliki kartu ini, katanya kartu ini, untuk biaya daftarnya saja, perlu milyaran. Itu juga hanya biaya daftar saja…

Maka, lelaki yang memiliki kartu ini, pasti memiliki identitas seperti bos yang pernah ditemuinya.

Lalu melihat kartu namanya lagi….

Mulut manajer hotel menganga. Akhirnya mengetahui sandaran Tifanny Wen.

“ada Beberapa hal, yang hanya perlu disimpan dalam hati.”

Yansen Mu saat ini mengambil kembali kartu KTP dan surat pernikahan Tifanny Wen, dan berbicara dengan dingin.

Mana mungkin manajer ini tidak mengerti maksud dari Yansen Mu ini. Lelaki ini tidak ingin dia membocorkannya.

“tuan Mu, aku akan segera menggantikan kamar yang lain. Anda tenang saja, mulutku akan tertutup rapat.”

Manajer itu adalah orang yang pintar, sangat mengerti orang yang ada di depannya ini tidak bisa di lawan. Maka dia hanya mengikuti perintah, juga tidak bisa berbicara banyak.

Beberapa saat kemudian…

Dokter yang sudah memeriksa keadaan, diusir.

Yansen Mu dan Tifanny Wen, dengan cepat berganti kamar.

Tetapi setelah dokter itu pergi, Yansen Mu tidak tenang dengan keadaan Tifanny Wen, malam itu juga dia memanggil seorang dokter untuk datang memeriksa keadaannya. Hingga subuh pukul lima, demam Tifanny Wen sudah reda, infusnya juga sudah habis, dia baru meminta dokter untuk meresepkan obat lalu pergi.

Sepanjang malam itu, Yansen Mu tidak tertidur.

Saat ini, dia mengoleskan obat luar, ke atas badan Tifanny Wen yang terluka itu. Semakin di oles, Yansen Mu semakin mengerutkan dahinya.

Terluka hingga seperti ini?

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu