Cinta Setelah Menikah - Bab 152 Hukuman Terlambat (1)

Yansen Mu!

Tifanny Wen saat ini, seakan bermimpi. Karena bagaimana pun dia tidak terpikirkan, di tempat ini, saat ini, Bertemu dengan Yansen Mu yang dia kenal.

Tidak! Ini bukan hanya orang yang dia kenal.

Saat ini, lelaki itu berdiri di depannya dengan tatapan dingin, dengan pakaian militer, dan tatapannya yang dingin, auranya membuat Tifanny Wen ingin mundur.

Tifanny Wen pernah mendengar kata Aji, saat Yansen Mu mengenakan pakaian militer, maka auranya akan benar – benar muncul. Saat ini Tifanny Wen merasa seperti itu. tiba – tiba dia merasa tekanan darahnya naik, pakaian militernya seakan semakin sempit, membuat dia sulit bernapas.

Lelaki di depannya ini, wajahnya, bentuk tubuhnya, suaranya, membuat Tifanny Wen merasa dia tidak akan salah mengenali orang. Benar – benar dia, hanya saja. Untuk apa dia datang ke sini?

Direktur Mu dari sentrum grup, tiba – tiba muncul di pulau Nanqiong, dan tiba – tiba masih menjadi pelatihnya, membuat Tifanny Wen tidak terpikirkan bagaimana dia melakukannya. Tapi dia merasa, kemunculan Yansen Mu di sini, seharusnya untuk dirinya.

Hanya saja, saat ini lelaki itu dengan tatapan dingin, benar – benar seakan tidak mengenal dirinya. aura dingin dari tubuhnya, tidak pernah dirasakan oleh Tifanny Wen.

Tifanny Wen menggumpalkan tangannya, tidak tahu harus berkata apa. Dia mengangkat kepala, melihat pandangan lelaki di depannya yang dingin, berpikir lelaki di depannya yang berpura – pura tidak mengenalnya, maka untuk apa, dia langsung menganggapnya sebagai pelatih. Lalu menganggukkan kepala berkata: “iya.”

“30 putaran, 100 push up.” Lelaki itu berkata, lalu berkata kepada Gina Jing di sebelahnya, “dan kamu, 30 putaran, 100 push up.”

“apa? 30 putaran? 100 push up?”

Gina Jing merasa dirinya mau muntah darah.

Villa 30 putaran, dia lari 5 putaran saja sudah hampir mati. Masih ada push up, jangankan 100 kali, ketahanan tubuhnya yang tidak baik bahkan 3 kali saja tidak sanggup.

Oh Tuhan, apakah pelatih ini bercanda.

“pelatih, aku tidak sengaja terlambat. Benar – benar….”

“tambah lagi, dua kali lipat.” Pelatih itu mengatakan.

Gina Jing sesaat tidak berani berbicara lagi. dia menutup mulutnya, berpikir pelatih ini benar – benar seperti apa yang di bicarakan muridnya, benar – benar kejam. Sangat disayangkan wajahnya yang tampan.

Tapi 30 putaran dan push up 100 kali, dia tidak akan bisa melakukannya. Jika tidak, cobalah dulu, jika tidak sanggup. Tunggu saat dia sudah kelelahan dan terjatuh, pelatih ini juga tidak akan membiarkannya mati di lapangan bukan.

Gina Jing terpikirkan saat ini, lalu melihat ke arah Tifanny Wen, dan merasa khawatir. Dia sendiri masih baik, tapi perempuan ini sedang datang bulan. Melihat wajah perempuan dan keringatnya yang menetes, mungkin sakit perutnya semakin parah, bagaimana mungkin melakukan olahraga.

Pelatih ini, apakah benar- benar seorang lelaki?

Tidak terpikirkan, pelatih itu tiba – tiba berkata: “ikut latihan dulu, nanti malam baru menerima hukuman, aku tidak ingin kalian berdua mempengaruhi waktu latihan siswa lain.”

Ucap pelatih itu dengan tegas, “masuk barisan dulu. Setelah bubar baru menerima hukuman, aku akan melihat kalian.”

Gina Jing benar – benar ingin menabrak tembok. Apa? Dia masih mau melihatnya? Awalnya dia mengira jika pelatihnya sedang melatih di sini, maka dia dan Tifanny Wen yang sedang menerima hukuman di sebelah, mungkin bisa bermalasan. Ternyata dia masih mau melihatnya? Sedangkan, setelah latihan masih harus menerima hukuman? Saat itu akan kelelahan setengah mati bukan.

Gina Jing ingin menangis.

Sedangkan Tifanny Wen yang berdiri di sebelahnya sangat tenang. Hanya dengan tatapannya yang rumit menatap ke arah Yansen Mu, tidak mengatakan apa pun. Juga tidak membalas, juga tidak mengatakan sesuatu yang akan menuruti, hanya langsung masuk ke barisan.

…..

Latihan militer, juga bukan pertama kalinya Tifanny Wen. Ada Beberapa latihan. Dia juga mengetahuinya. Tapi tidak di sangka, saat Yansen Mu melatih orang, akan sangat ketat. Dapat dilihat, pelatih ini, saat melatih para tentara mengenai gerakan, akan sangat serius. Sama sekali tidak bercanda.

Di tengahnya ada waktu istirahat Beberapa menit, Tifanny Wen akan diam – diam melihat situasi pelatih lain. Menyadari kalau latihan mereka tidak seberat latihan Yansen Mu, juga tidak seserius itu.

Mengenai sifatnya seperti itu, mungkin biasanya Tifanny Wen akan menyetujuinya. Tapi hari ini, dia benar – benar ingin mencincang orang ini.

Sakit!

Saat datang bulan masih harus melakukan olah raga, pengalaman seperti ini, mau perempuan sekuat apa pun, mau perempuan sekuat apa pun, juga tidak akan menahannya.

Tetapi tidak bisa menahannya, juga akan berlalu.

Setelah latihan seharian, setelah makan malam, masih mengikuti latihan malam. Jam 9.30, akhirnya bubar.

Tentu saja, bubar…. Hanya bagi murid yang lain.

Bagi Tifanny Wen dan Gina Jing, tidak bisa bubar bersama murid lain. Bagaimana pun mereka berdua harus menerima hukuman.

“aaa… Tifanny ku, aku merasa diriku sudah tidak ada di dunia ini lagi.”

Saat ini Gina Jing berbaring di tubuh Tifanny Wen. Kedua orang ini menerima perintah pelatih itu, saat ini berencana pergi ke lapangan untuk menerima hukuman. Hanya saja kekuatan Gina Jing memang sangat buruh, setelah latihan seharian, saat ini hanya bisa di Tarik oleh Tifanny Wen.

Dengan kondisi seperti ini, masih harus lari 30 putaran, push up 100 kali?

Tifanny Wen merasa jika dia benar – benar menyelesaikan hukuman ini, berdasarkan kondisi Gina Jing saat ini mungkin akan kelelahan hingga mati di lapangan.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu