Cinta Setelah Menikah - Bab 153 Direktur Mu Yang Tidak Tahu Malu (1)

Lelaki yang berbicara itu melihat ke arah Tifanny Wen mereka, lalu memberikan barangnya kepada mereka.

Pandangannya berhenti ke arah Tifanny Wen. Gina Jing yang di sebelahnya memegang termos, matanya memandangi lelaki itu dari atas hingga bawah, lalu berkata: “ketua kelas Gu, terima kasih. Aku berterima kasih atas nama Tifanny Wen.”

Gina Jing sangat jelas melihat kalau dirinya mendapat keuntungan dari Tifanny Wen. Sejak pagi dia sudah melihatnya. Lelaki bernama Johnny Gu ini, selalu melihat ke arah Tifanny Wen, masih memberinya air dan mengucapkan kata – kata yang lembut. Bahkan orang bodoh juga dapat melihat kalau ketua kelas Gu menyukai Tifanny Wen.

Gina Jing sangat peka terhadap hal ini. Dengan wajah penasarannya melihat ke arah Johnny Gu, lalu membukanya dan minum dahulu.

Lagi pula, perhatian orang ini hanya ada pada Tifanny Wen. Tapi lelaki itu tidak mungkin tidak mem-pedulikannya. Sedangkan sop ini, sangat jelas cukup untuk dua orang.

Johnny Gu yang mendengarnya, langsung berkata: “aku melihat kalian berdua sangat kelelahan, maka aku mengantarkan sop ini untuk kalian berdua.”

Gina Jing juga tidak mencari tahu lebih dalam lagi. dia mengerti dalam hatinya. Untuk dua orang? Mungkin saat ini dia sedang mengeluh kalau dirinya adalah pengganggu.

Tifanny Wen mengerutkan dahinya, lalu mengucapkan terima kasih. Awalnya ingin menolaknya. Tapi teman sekamarnya yang cerewet sudah membukanya, lalu sudah memakannya dengan lahap.

Tifanny Wen pasrah, hanya berkata kepada Johnny Gu: “ketua kelas Gu. Benar – benar terima kasih. Lain kali aku traktir kamu dan Gina Jing makan.”

Untuk hal seperti ini, dia masih tahu, dia juga tidak malu untuk mengajak Gina Jing untuk ikut.

Tifanny Wen berkata dengan sungkan. Johnny Gu sangat jelas merasa kalau ini hanyalah basa – basi. Tapi dia tidak peduli, masih memanjat pagar, lalu berkata: “begitu ya. Bagaimana kalau Tifanny Wen kamu memberi aku nomormu, kelak aku hubungi.”

Tifanny Wen tidak bisa menolak, saat baru mau membuka mulut, tiba – tiba terdengar suara dingin dari belakang, “apakah orangnya sudah tiba?”

Gina Jing tiba – tiba menjadi tegap.

Tifanny Wen memutar kepalanya, melihat Yansen Mu yang berpakaian militer berdiri tegap di belakangnya, pandangannya melihat ke arahnya.

“apa kabar pak pelatih.”

Johnny Gu yang di sebelahnya langsung menyapa Yansen Mu dengan sopan. Hanya saja dia tidak tahu apakah dia mengalami ilusi, merasa kalau Yansen Mu melihat ke arahnya, dan sedikit… dingin.

“tidak ada kerjaan?” Yansen Mu tiba – tiba bertanya.

“a?” Johnny Gu saat ini belum mengerti maksud Yansen Mu.

“apakah kamu sudah menulis catatan latihan militer?” Yansen Mu bertanya.

“a? pak pelatih bukankah catatan latihan militernya di kumpul satu minggu kemudian?” Johnny Gu bertanya.

“kamu adalah ketua kelas, khusus, besok kumpulkan padaku.” Yansen Mu berkata.

Johnny Gu:….

Setelah 3 detik kemudian, Johnny Gu kembali. Mungkin tadinya dia berpikir kalau dia bisa istirahat, selanjutnya dia harus kembali ke dorm untuk mencatat latihan militer.

Gina Jing yang di samping hanya menutup mulut, benar – benar tidak mengerti mengapa Yansen Mu mengkhususkan ketua kelas untuk mengumpulkan catatan militernya besok.

Hanya saja, setelah pelatih datang, dia bahkan tidak berani meminum sop lagi. menutupnya dan menaruhnya di sebelah, berdiri dengan tatapan pasrah melihat ke arah Yansen Mu, memohon ampun.

Lalu masih belum mengatakan apa pun, Yansen Mu langsung berkata: “30 putaran, kamu dulu.”

Kalimat ini, diucapkan untuk Gina Jing.

“a? satu per satu?” Gina Jing ingin muntah darah rasanya.

“iya.” Ucap Yansen Mu: “mulai.”

Pandangannya sangat tajam, auranya besar, bahkan ucapannya sangat tegas.

Awalnya Gina Jing yang ingin memohon ampun, sekarang entah mengapa.

Aura orang di depannya yang begitu hebat, bahkan satu kalimat pun tidak bisa di ucapkannya. Hanya merasa kalau dia memohon ampun, pasti akan di tambah 30 putaran lagi.

Gila!

Masih memintanya dan Tifanny Wen lari satu per satu. Apakah orang ini merasa kalau lari satu per satu, membuatnya lebih konsentrasi?

Apakah takut mereka bermalas – malasan? Tidak mungkin. Lari tidak mungkin bisa malas – malasan.

Hanya saja dia tidak mengerti pemikiran pelatih yang aneh ini, hanya bisa lari dengan patuh. Setelah dia melihat ke arah Tifanny Wen, dia langsung berlari.

Setelah Gina Jing pergi, di satu sisi lapangan yang hanya ada Tifanny Wen, dengan segera hanya sisa Yansen Mu dan dia.

Saat ini di tempat ini, semua murid sudah bubur. Terkadang hanya mendengar suara angin berlalu.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu