Cinta Setelah Menikah - Bab 220 Tidak Menolong Dia! Malah Menolong Lawan! (1)

Tetapi, sekarang tidak peduli panggilan asing atau panggilan familiar, Tifanny Wen tidak memiliki pemikiran untuk mempedulikannya.

Fokusnya hanya tertuju pada kepalan tangan Emi yang akan menghantamnya.

Gina Si dan temannya tentu saja juga bisa menebak gerakan bela dirinya yang gesit dan sengit. Terutama mereka semua adalah pelajar, bagaimana mungkin mereka pernah melihat perkelahian seperti ini? Jika mereka bertemu dengan seseorang yang bisa bela diri, pasti mereka hanya bisa dijadikan sebagai korban yang dipukuli hingga tragis. Oleh karena itu, tentu saja saat ini mereka gelisah hingga meneteskan keringat dingin demi Tifanny Wen dalam kelanjutan perkelahian berikutnya.

Aldric Long dan Johnny Gu langsung mengerti, lalu melangkahkan kaki ke depan dengan cepat seolah ingin ikut campur.

Tetapi, saat mereka baru berjalan 1 langkah kaki, mereka dengan sangat cepat menyadari Tifanny Wen tidak membutuhkan bantuan mereka.

Dia berhasil menghindari pukulan yang menghantamnya ini. Setelah beberapa kali Emi melakukan pukulan, dia juga melakukan hal yang sama, yaitu menghindarinya, tubuh dan tangannya seolah terasa ringan bagai kapas, tentu saja kedua tangannya diletakkan di bawah, dia tidak mengangkat tangannya sama sekali.

Sangat jelas terlihat bahwa orang yang bisa bela diri ini tidak hanya satu orang.

Saat itu juga para penonton sudah bisa menebak bahwa Tifanny Wen hanya menghindar dan tidak memiliki maksud untuk menyerang balik.

“Tuan, kita perlu membantunya tidak.” tanya seorang pengawal berpakaian hitam yang saat ini berada di belakangnya.

Saat Alex ingin menganggukkan kepala, dia malah mendengar Emi yang berada di depannya ini berkata: “Tidak perlu!”

Setelah Alex mendengar perkataan Emi, dia pun memerintahkan pengawal yang berpakaian hitam itu untuk tetap diam dan berdiri tegak, dia melihat Emi yang ada di depannya ini dengan pasrah dan menurutinya.

Adik perempuannya ini! sangat kuat! dia suka bermain “Permainan” saling membunuh dengan teman prianya dalam kesehariannya, bertemu dengan lawan seorang wanita seperti ini, dia terlihat semakin memukul semakin sengit, bagaimana mungkin dia mengijinkan orang lain untuk ikut campur?

Tetapi...............

Adiknya ini dalam keadaan dirugikan!

“Tuan Mu, dengar-dengar kamu mengenal Tifanny Wen itu?” Alex tiba-tiba menengok ke arah Yansen Mu yang ada di sampingnya.

“Kenal!” ucap Yansen Mu sambil menganggukkan kepala.

“Tuan Mu muncul disini bukan demi bertemu dengannya kan?” tanya Alex.

Sebenarnya dia dan Yansen Mu saat itu muncul disini bahkan bukan karena janjian, tetapi mereka berdua kebetulan berpapasan di luar.

Dan sebelumnya dia dan Yansen Mu sempat membahas kerjasama diantara mereka, jadi bisa dianggap saling mengenal. Karena berpapasan, tentu saja mereka pun berjalan bersama.

“Apa mungkin Tuan Alex tidak merasa aku sengaja datang kemari untuk mencarimu?” Yansen Mu balik tanya sambil tersenyum.

Jika Tifanny Wen saat ini mendengar percakapan mereka berdua, dia pasti merasa sedikit tidak menyangka. Karena intonasi bicara Yansen Mu terlihat sangat hormat jika dibandingkan saat dia bertemu dengan orang lain. Pria yang bisa membuat dia menggunakan intonasi bicara seperti ini dalam berkomunikasi, dari segi latar belakang, takutnya hanya.............jika bukan tidak sebanding dengan Sentum Grup milik keluarga Mu, atau tidak kurang jauh darinya.

Alex tersenyum: “Sayangnya saat ini malah dikacaukan oleh seseorang, takutnya hari ini tidak memiliki waktu luang untuk Tuan Mu.”

Pengacau ini tentu saja ditujukan pada Tifanny Wen.

Mereka berdua terus berbincang, “Perkelahian sengit” Tifanny Wen semakin lama semakin heboh.

“Cukup!” Tifanny Wen terus menghindar sampai sekarang, melihat Emi seolah tidak memiliki maksud untuk menghentikan perkelahian ini, dia pun merasa sedikit tidak tahan.

Siapa sangka, perkataan “Cukup” baru dia ucapkan, dia melihat kepalan tangan Emi yang ada di depannya ini tiba-tiba ditarik kembali. Gerakannya ini membuat Tifanny Wen mengira Emi berencana untuk tidak menyerangnya lagi, dia pun menghela napas panjang sambil merasa lega.

“Hati-hati..............”

Kemudian, saat Tifanny Wen sedang lengah, terdengar suara terkejut yang menyiratkan rasa khawatir dari belakang telinganya.

Sekalinya Tifanny Wen termangu, saat ini di melihat Emi tiba-tiba menekan dia. Pukulan wanita ini belum dihantamkan, hanya saja di tangannya ini terdapat sebilah pisau!

Pisau kecil seperti pisau buah yang praktis dibawa, tidak besar, tetapi kelihatannya sangat tajam.

Pisau di tangan Emi ini tiba-tiba langsung melayang ke wajah Tifanny Wen.

Tifanny Wen didalam hatinya sedikit terkejut.

Mereka semua ini orang macam apa?

Selalu membawa pisau di badannya?

Apakah kelompok mafia wanita?

Dan langsung berani mengeluarkan dan menggunakan pisau itu.

Wajah Tifanny Wen saat ini sedikit muram. Ingin menghindar. Tetapi dia barusan lengah karena lawannya menarik kembali pukulannya, saat Emi mengeluarkan pukulan kembali, Tifanny Wen masih belum sempat waspada untuk menghindar, pasti tidak bisa menghindarinya.

Di penglihatannya, sebilah pisau mengarah ke wajah bagian kanannya, jaraknya dekat beberapa inci.

Gerakan badan dan tangan Tifanny Wen sangat bagus, tetapi masih belum mencapai ke tahap serangan semacam ini. Saat ini dia sedikit khawatir melihat sebilah pisau mendekati wajahnya, dia hanya bisa melakukan serangan menghindar. Tangannya akhirnya terangkat, langsung menangkap pisau buah itu, seketika itu juga berjalan mundur dan menengadahkan kepalanya.

Pisau yang ditangkap oleh tangannya ini adalah pisau yang sangat tajam, tangannya langsung mengeluarkan darah. Emi masih terus bergerak ke depan dan tidak berhenti. Tifanny Wen tidak berdaya, dia hanya bisa menendang dia satu kali tendangan agar dia menjauhi dirinya.

“Aaaa...................”

Emi tiba-tiba menjerit.

Tifanny Wen sebelumnya hanya dalam posisi menghindar dan tidak menyerang balik.

Oleh karena itu Emi terlihat tidak waspada untuk meghindar. Siapa sangka tiba-tiba mendapat serangan balik dari Tifanny Wen, yaitu menendang dia satu kali tendangan.

Pertama dia tidak memperhatikan, ditambah lagi dia tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi, tubuhnya ini langsung terlempar dan condong ke dinding belakang bagian kanan.

Seketika itu juga, pisau di tangannya ini tidak dipegang dengan seimbang, langsung melayang ke atas dan jatuh mengarah ke atas kepalanya.

Emi terkejut, sekujur tubuhnya langsung membentur dinding. Tetapi tidak masalah, didalam matanya saat ini melihat sebilah pisau buah yang semakin terlihat akan jatuh mengarah ke mata sebelah kirinya.

Sangat dekat!

Bahaya sudah berada di depan matanya, Emi merasa sangat tegang hingga lupa melakukan gerakan menghindar!

Sedangkan Tifanny Wen...........................

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu