Cinta Setelah Menikah - Bab 50 Apakah Kamu Bisa Melupakan Masa Lalu?(1)

Tifanny Wen baru saja menutup telepon, lalu dia teringat dengan Yansen Mu.

Sebelumnya, ketika dia naik ke mobil Raymond Jiang, dia menghubungi Yansen Mu.

Mengapa sudah begitu lama sekarang, Yansen Mu masih saja belum datang?

Tifanny Wen tidak bisa untuk tidak mengangkat kepalanya dan menatap ke pintu bangsal.

Dengan tampilan ini, dia melihat Raymond Jiang yang mengenakan setelan rapi, sedang bersandar malas di pintu, matanya yang redup tertuju pada dirinya sendiri.

“Febby direncanakan sesuatu?” Raymond Jiang tersenyum dan tiba-tiba melirik orang di ranjang rumah sakit.

"Keluar."

Tifanny Wen bahkan tidak melihatnya, tatapannya hanya terkunci pada wajah tenang adik perempuannya. Melihatnya dengan baik, lipatan di antara alisnya akhirnya menjadi rata. Kelembutan yang samar-samar saat ini baru ditambahkan ke matanya yang dingin.

Pada saat ini, Tifanny Wen baru menyadari betapa berharganya keluarga di depan matanya.

Hanya saja, sangat disayangkan bahwa dia meninggalkan keluarganya begitu lama hanya untuk pria seperti Raymond Jiang.

Raymond Jiang mendengar nada bicara Tifanny Wen yang dingin kepadanya, lubuk hatinya menjadi sedikit terhalang.

Dia selalu ingin membalas dendam pada keluarga Nelson Wen. Karena itu, dia baru bisa menjadikan Tifanny Wen sebagai target serangannya di tahun-tahun ini.

Dalam situasi seperti hari ini, Febby Wen mengalami kecelakaan. Dia seharusnya menggunakan masa krisis orang lain untuk membuat masalah dengan dua bersaudari mereka. Namun, setelah mendengar Tifanny Wen berkata "antarlah aku ke rumah sakit", seperti ada hantu yang mengerikan, dia benar-benar mengantarkannya ke rumah sakit. Dia tampaknya secara tidak sadar, tidak ingin mengecewakannya.

Raymond Jiang masih menyalahkan mentalnya sendiri pada 'balas dendam' ini.

Dia berpikir: Tujuannya adalah selalu membuat Tifanny Wen benar-benar dikalahkan dalam 'perasaan' nya, sama seperti ayahnya yang dikalahkan dalam 'perasaan' ibu Tifanny Wen.

Karena itu, tentu saja, dia tidak menyukai sikap Tifanny Wen yang tiba-tiba begitu dingin padanya.

Mungkin dia malu padanya, atau berbicara beberapa kata dengannyam embuat wanita itu lagi-lagi akan terjebak dalam perasaannya sendiri.

Tujuannya pasti seperti ini.

Karena ingin membiarkannya membangkitkan ingatan buruknya, jadi Raymond Jiang baru mengguncang di depannya.

Pastilah seperti ini!

Mengingat hal ini, Raymond Jiang mencibir dan mendekati Tifanny Wen perlahan, lalu berkata, "Tifanny, jangan berpura-pura untuk menjaga image lagi. Kamu bahkan bisa melepaskan orang yang kamu cintai dan kariermu demi diriku, jadi aku tidak percaya jika kamu benar-benar bisa melupakan hubungan ini."

Raymond Jiang sedikit membungkuk, menatap wanita yang sedang duduk di samping tempat tidur dan yang tiba-tiba mengangkat kepalanya untuk melihatnya, lalu tersenyum penuh arti, "Kalau tidak, aku akan memberikanmu satu kesempatan lagi. Aku tidak bisa memberimu pernikahan, tetapi kamu... bisa menjadi simpananku. Sama seperti sebelumnya, kita masih bersama. Lagipula, aku tidak akan menghabiskan lebih sedikit waktu denganmu daripada Juwita."

Dalam senyum Raymond Jiang, ada kesungguhan dan keseriusan yang samar-samar.

Dia serius.

Juga tidak tahu apakah karena tidak terbiasa dengan menghilangnya orang ini secara tiba-tiba, ataukah merasa bahwa dengan strategi ini dapat membalas dendam kepada keluarga Wen.

Dia berpikir, jika Tifanny Wen memilih untuk menjadi gundiknya, dia akan sangat bahagia. Lalu perlahan, dia akan menyiksanya.

Tentang darimana datangnya kepercayaan yang dia miliki... adalah karena dia tidak pernah meragukan perasaan Tifanny Wen untuk dirinya sendiri.

Tifanny Wen mencintainya, mencintainya dengan sangat rendah hati sampai-sampai Tifanny Wen rela meninggalkan kerabat dan kariernya, hanya untuk bersamanya.

Sangat mencintainya sampai-sampai apapun yang dia inginkan, Tifanny Wen bisa memberikannya.

Jadi... dia berpikir, selama Tifanny Wen bisa bersama dengan dirinya. Yang disebut dengan martabat, mungkin, dia bisa meninggalkannya.

Tiba-tiba...

'PIAK'.

Suara tamparan yang begitu keras tiba-tiba terdengar di bangsal.

Raymond Jiang melirik sejenak, merasakan rasa sakit yang berapi-api dari wajahnya, dan dia membeku.

Ketika memalingkan kepalanya lagi, dia kebetulan melihat tangan Tifanny Wen yang masih melayang di udara.

"Raymond, bukankah kamu terlalu percaya diri? Dengan dirimu yang murahan itu, apakah kamu pikir kamu masih memiliki kemampuan seperti itu?"

Tifanny Wen menarik tangannya perlahan, mencibir dengan sinis.

"Murahan?"

Raymond Jiang memiringkan kepalanya dengan perlahan, terdapat senyum dingin yang mencibir di sudut mulutnya, dan matanya samar-samar tidak bisa mempercaya.

Dalam ingatannya, Tifanny Wen tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun pada dirinya, apalagi menghina dirinya sendiri.

Dia marah.

Kemarahan yang tak bisa dijelaskan dan amarah yang tiba-tiba membuat wajah pria itu seperti tenggelam.

Raymond Jiang tiba-tiba mengangkat dagu Tifanny Wen dan berdiri tegak, menatapnya dengan sepasang mata sarkastik, "Murahan? Kamulah yang bersama denganku dari awal, membuat diriku tampaknya masih benar-benar berharga. Membiarkan nona besar Wen membuat ayahnya sangat marah. Kamu bahkan tidak kembali ke rumah selama tiga tahun demi diriku, meninggalkan mimpimu, meninggalkan karirmu, meninggalkan segalanya, dan sekarang bahkan meninggalkan martabatmu demi untuk membalas dendam padaku. Tifanny, apakah kamu pikir dengan kamu menipu dirimu sendiri, kamu bisa menipu diriku? Apakah kamu berani mengatakan bahwa kamu benar-benar tidak peduli padaku, benar-benar tidak ingin lagi bersamaku? Kamu harus tahu, seluruh masa mudamu... Berkencan dengan seseorang untuk pertama kali, menonton film dengan pacar untuk pertama kalinya, menyiapkan sarapan penuh cinta untuk pertama kalinya, mengambil foto pasangan untuk pertama kalinya, mencium seseorang secara inisiatif untuk pertama kalinya, dan pertama kali kamu ingin mengabdikan diri kepada seorang pria... Tetapi semuanya sudah diberikan kepadaku. Dulunya, apakah kamu benar-benar bisa melupakanku? Aku akan memberimu kesempatan sekarang, jika kamu masih menginginkanku, dan ingin menjadi gundikku, aku akan memberimu kesempatan untuk menjatuhkan Juwita."

Meskipun, ketika Tifanny Wen pertama kali mengatakan bahwa dia akan memberikan dirinya untuk Raymond Jiang, Raymond Jiang tidak menyentuhnya.

Kata-kata Raymond Jiang ini menjadi lebih berat.

Tifanny Wen memberontak dan ingin mendorong tangannya, wajahnya pucat, "Ya, aku sudah memberikan semua pertama kaliku untukmu. Tetapi kali ke-N di masa depan, itu tidak akan pernah menjadi milikmu lagi!"

Tifanny Wen menggunakan tenaga, memiringkan kepalanya dan berhasil lolos dari tangan Raymond Jiang.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu