Cinta Setelah Menikah - Bab 88 Gaun Untuk Karpet Merah. (2)

Dan juga berwarna merah. Merah adalah warna yang disukai Tifanny Wen. Walaupun dalam beberapa waktu ini Tifanny Wen tidak begitu sering memakai baju berwarna merah.

Yansen Mu mengangkat pandangannya dan menilai penampilan Tifanny Wen. Tatapan itu perlahan-lahan turun ke bawah. Di leher Tifanny Wen ada sebuah kalung ruby merah yang berkerlap-kerlip. Tatapan Yansen Mu kembali turun ke bawah dan berakhir ke depan dada wanita itu.

Gaun ini tidak lebih baik dari pakaian dalam. Dari awal bentuk tubuh Tifanny Wen sudah bagus, depan dan belakang memiliki bentuk. Dan gaun ini memiliki efek yang dapat melihat jelas pakaian dalam. Begitu melihatnya, tanpa sadar Yansen Mu menelan ludah, tiba-tiba otaknya teringat sentuhan yang pernah diberikan gadis bodoh itu kepadanya. Pipi Yansen Mu memerah, tubuhnya tiba-tiba memanas, tatapan mata Yansen Mu juga berubah menjadi panas.

Pandangan Yansen Mu kembali turun ke bawah. Pinggang ramping wanita itu dilapisi dengan sutra merah yang berbentuk V.

Secara khusus, Tifanny Wen baru saja melihat stiker tato di dalam kantong dan dia bahkan menempelkan tato berbentuk hati merah yang menggoda di pusarnya. Yansen Mu yakin, jika Tifanny Wen memakai gaun ini di atas karpet merah, mungkin banyak pria yang tidak bisa melepaskan pandangan dari Tifanny Wen.

"Apakah bagus? Aku merasa ini sesuai dengan gayaku. Gaun ini tidak hanya dapat dirasakan kualitas bahannya, kebetulan juga sangat pas untuk ku kenakan di acara malam amal."

Siapa yang tahu.

Mungkin Tifanny Wen tidak tahu bahwa gaun ini adalah tim penata rias wanita itu yang menyiapkannya dan Tifanny Wen langsung memiliki ide memakai gaun ini untuk acara malam amal.

"Tuan Mu, pandanganmu akan fashion bagus juga." Ucap Tifanny Wen.

Yansen Mu menggertakan gigi, malas menjelaskan dan langsung berjalan ke arah Tifanny Wen.

Sedetik kemudian...

Tifanny Wen digendong oleh seseorang dan diangkat menuju ranjang.

"Ah.. jangan terlalu kuat, nanti bisa merusak gaunnya. Gaun ini menggunakan banyak kain tipis, mudah rusak."

Tifanny Wen tidak menduga orang ini tiba-tiba akan menekan dirinya ke atas ranjang. Ketika napas hangat pria itu berada di atas wajah Tifanny Wen, pipi Tifanny Wen memerah, lalu langsung mendorong dada Yansen Mu. Tifanny Wen tidak menduga kalau Yansen Mu saat ini hanya memakai gaun tidur yang tipis, sebagian dada pria itu terlihat dan dada pria itu sangat panas.

Begitu menyentuhnya, Tifanny Wen merasa jika dia sedang menyentuh kompor.

Tangan Tifanny Wen bergerak mundur.

Nada suara Yansen Mu agak kesal, lalu berbicara di samping telinga Tifanny Wen, "Besok aku akan memberikanmu sebuah gaun lagi."

"Hm?"

"Bagus, tetapi..." tiba-tiba Yansen Mu tertawa pelan. Telapak tangan besar pria itu mengelus ke arah bawah dan menekan keras bagian bawah tubuh Tifanny Wen dan menyebabkan Tifanny Wen berteriak terkejut. Suara teriakan itu terdengar di ruangan, napas Yansen Mu semakin memburu lalu berkata: "Tetapi... dipakai hanya diperlihatkan untukku."

Setelah berucap, tangan Yansen Mu langsung mencubit pinggang Tifanny Wen yang terbuka. Tubuh Tifanny Wen bergetar. Akhirnya Tifanny Wen tahu bahwa pria ini kesal melihat dirinya memakai baju seperti ini.

Tifanny Wen yang dulu pasti berpikir bahwa Yansen Mu terlalu kolot, tapi sekarang... di dalam hatinya Tifanny Wen juga merasa bahwa gaun ini agak berlebihan. Walaupun Tifanny Wen tidak masalah jika harus memakainya.

"Tif...." Selesai Yansen Mu bicara, tanpa menunggu Tifanny Wen membalas ucapannya, ciuman panas Yansen Mu langsung jatuh ke semua tubuh Tifanny Wen.

Untuk beberapa saat Tifanny Wen agak sebal. Dirinya baru saja bangun, dirinya masih belum begitu bertenaga. Tapi tak disangka dengan cepat Yansen Mu sudah melepaskan roknya. Tangannya bergerak dengan liar di tubuh Tifanny Wen. Jelas sekali pria ini tidak bisa menahan...

"Ahh..."

……

Malam semakin gelap.

Tifanny Wen yang baru saja selesai ditiduri oleh Yansen Mu bersandar di kepala ranjang. Tifanny Wen melihat tubuhnya yang dipenuhi jejak berwana ungu, dengan tidak berdaya melotot ke pria yang saat ini memeluknya, dengan kesal berkata: "Kamu lupa memakai pengaman."

"Apa kamu mau mencoba lagi dengan memakai pengaman?" Yansen Mu mengelus tangan Tifanny Wen, menatap wajah Tifanny Wen yang sebal, lalu bertanya dengan serius.

Pria ini benar-benar serius!

Tifanny Wen kesal, langsung menarik selimut, masuk ke dalamnya dan menghempas Yansen Mu, "Aku lapar. Seharian belum makan."

Yansen Mu tersenyum tipis dan pasrah. Sebenarnya Yansen Mu tidak lagi membangkitkan gairah Tifanny Wen, hanya saja setelah dirinya melompat turun dari ranjang, Yansen Mu menatap Tifanny Wen yang bersembunyi di dalam selimut lalu berkata: "Aku selalu panas, kamu bisa kapan saja memakanku. Aku masih belum bangun."

"Kalau begitu kamu carikan aku baju. Rok milikku tadi dirobek olehmu." Tifanny Wen menjawab dengan kesal.

Yansen Mu tidak mengekpos, tapi dia tidak memiliki jalan lain selain bertelanjang di depan Tifanny Wen. Dengan agak malu dan tanpa mengucapkan apapun, Yansen Mu berjalan masuk ke ruang baju memilihkan baju tidur untuk Tifanny Wen.

Semua baju di ruangan pakaian adalah Yansen Mu yang memerintahkan orang menyiapkannya untuk Tifanny Wen. Yansen Mu juga tidak terlalu bisa memilih, asal mengambil baju, memberikannya kepada Tifanny Wen lalu beralih ke dapur menghidangkan makanan untuk Tifanny Wen.

Setelah Tifanny Wen selesai memakai baju tidur diam-diam hati wanita itu berpikir, setelah menikah olahraga tidak penting baginya lagi. Tifanny Wen merasa setiap hari selalu melakukan kegiatan latihan fisik. Bahkan pria ini baru saja menginginkannya lebih dari sekali.

Tifanny Wen mengernyit, mulai berpikir permasalahan yang lebih serius. Apakah sekarang dia ingin minum obat pencegah kehamilan?

Hamil?

Walaupun keluarga Mu sangat menantikan dirinya hamil, tapi dirinya bergabung dengan dunia hiburan. Jika saat ini hamil, apakah dirinya tidak ingin berada di puncak karir?

Akhirnya Tifanny Wen memutuskan besok pergi ke dokter untuk membeli obat pencegah kehamilan. Tapi Tifanny Wen belum mempertimbangkan hal ini dengan lama, karena begitu melihat di ruang tamu dihidangkan makanan lezat yang banyak oleh Yansen Mu, pikiran Tifanny Wen berubah menjadi makanan. Setelah mencuci tangan, tidak memperdulikan pria di sampingnya yang selalu memperhatikannya, tanpa peduli adab makan, Tifanny Wen langsung menyantap makanan.

Tiba-tiba Yansen Mu berkata: "Aku memberikanmu seorang pengawal. Tunggu sampai dia datang, nantinya dia akan selalu berada di sisimu. Dan juga sebutannya yang lain, dia adalah asistenmu, khususnya saat acara malam amal, dia harus ada di dekatmu."

Sedari awal Yansen Mu sudah memikirkan untuk mencari pengawal. Khususnya setelah masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Yansen Mu merasa masalah ini sudah sangat lama ditunda. Tifanny Wen pun tidak terlalu terkejut karena sedari awal Tifanny Wen sudah pernah mendengar sekali kalau Yansen Mu akan mencarikannya seorang pengawal.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu