Cinta Setelah Menikah - Bab 278 Pria Semuanya.......................(2)

Apakah Fanny akan merasa otaknya bermasalah jika dia mengatakan penjelasan ini? sebuah otot buntu?

Yansen Mu sangat sungkan mengatakannya, raut wajahnya tiba-tiba muram.

Tetapi setelah mempertimbangkan, dia tidak berencana untuk menjelaskannya, dia berpikir Fanny pasti akan berpikir sembarangan.

Lalu, menggigit gigi, berkata: “Aku masih menduga kamu.............”

Perkataannya masih belum selesai dikatakan, Yansen Mu malah tersedak.

Saat itu juga, wajahnya semakin muram.

Karena, dia melihat Fanny akan membuka kotak itu.

“Kamu kamu kamu...............” saat Tifanny Wen melihat benda di kotak itu, bagaimana mungkin dia memiliki pemikiran untuk mendengarkan penjelasannya? dia membuka mulut dengan lebar, lalu menengokkan kepala dengan cepat, dia merasa sangat sulit percaya sambil melotot ke arah Yansen Mu: “Kamu............kenapa kamu menggunakan benda ini?”

Raut wajah Tifanny Wen pertama kalinya begitu sangat merah.

Raut wajah Yansen Mu pun sama seperti dia. Wajahnya juga pertama kalinya terlihat begitu sangat merah.

“Fanny, aku sudah mengatakan, ini adalah kado yang diberikan teman wanitaku kepadaku. Aku juga tidak tahu jika dia mengirim kado ini. Setelah menerima dan membukanya, aku hanya melihatnya sekilas. Aku tidak menyentuhnya, serius, aku berjanji!”

Kemudian Yansen Mu terus menjelaskan, sebelumnya dia tidak pernah seperti ini.

Apakah perkataanmu ini benar?

Sebenarnya, ini memang benar. Yansen Mu berani berterus terang karena dia memang tidak menyentuh benda itu. Lagipula, itu juga sudah beberapa tahun yang lalu, dia juga tidak menyangka jika teman wanitanya ini membuatkan kado seperti ini.

Dia juga tidak tahu sebelumnya.

Setelah itu, saat dia pertama kali melihat kado itu, wajahnya memerah seolah aliran darah.

Kadonya sudah dia terima, dia meletakkannya di kamar ini, tetapi dia benar-benar tidak berani menggunakannya.

Karena ini adalah sebuah boneka yang dipompa!

Lagipula, penampilan fisiknya dibuat berdasarkan penampilan fisik Tifanny Wen.

Kembaran Tifanny Wen!

Boneka pompa yang seperti sungguhan.

Yansen Mu masih ingat, dulu teman wanita luar negeri itu mengerti perasaannya. Kemudian, tiba-tiba dia mengatakan bahwa dia membuat sebuah kado yang pasti disukainya.

“Kamu.........kamu..........kamu berani menggunakan boneka yang mirip denganku. Brengsek.”

Bagaimana mungkin Tifanny Wen percaya.

Saat ini wajah dan telinganya memerah, saat dia melihat sebuah boneka pompa sungguhan yang dibuat mirip dengannya ini, dia seolah ingin masuk kedalam lubang.

Menyebalkan! penampilan boneka ini lebih seksi dibandingkan dia!

Tifanny Wen tiba-tiba marah sambil memukul Yansen Mu dengan bantal.

Yansen Mu menahannya, pertama kali dia merasa tidak bisa berkata apa-apa, “Fanny, aku benar-benar...............tidak pernah menyentuh dia. Serius, aku sudah mengatakan, aku berani berjanji, tidak pernah menyentuhnya. Ini adalah pemberian orang lain.”

“Tetapi dia mengirimkannya untukmu, kenapa kamu tidak menyentuh benda milikmu?”

“Aku tidak berani menyentuh orang bohongan, juga tidak tertarik.”

Yansen Mu menggaruk kepala, dia merasa kepalanya sangat sakit.

Ini adalah perkataan yang jujur.

Benar jika dia menyimpan rasa padanya.

Tetapi bermain dengan boneka pompa yang mirip dengannya? dia benar-benar tidak tertarik. Lagipula, juga tidak menggairahkan. Gairah dia akan mudah muncul setiap kali dirinya melihat dia yang sungguhan.

“Setan jika percaya kamu. Ternyata kali pertamamu diberikan untuk mainan ini.”

Tifanny Wen merasa aneh jika Yansen Mu tidak memainkannya.

“Bukan. Fanny, kamu lihat kemasannya. Kemasannya masih baru. Dia..........”

“Baiklah, biarpun tidak menyentuh, kalau begitu setiap kali kamu datang kesini, kamu pasti membuka dan melihatnya.” tanya Tifanny Wen.

Saat ini Yansen Mu tersedak, dia tidak memiliki argumen untuk membantahnya.

Dia juga.............memang diam-diam melihatnya beberapa kali.

Wajah Tifanny Wen semakin merah, setelah memukul dada pria ini dengan bantal sebanyak beberapa kali, barulah dia merasa lega.

Kemudian, dia menempelkan kepalanya ke dada pria ini, wajahnya disembunyikan di dadanya, berkata dengan pelan: “Brengsek! sangat memalukan! kalian para pria ini satu per satu kenapa begitu brengsek.”

Ekspresi wajah Yansen Mu berubah halu, dia mencibirkan mulut sambil menggaruk kepala, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya.

Setelah mempertimbangkan, pada akhirnya dia pun malas menjelaskannya.

Dia memeluk Tifanny Wen, didalam hatinya diam-diam merasa lega. Untungnya, Fanny hanya merasa malu, dia bahkan tidak benar-benar marah.

“Bonekamu ini......................”

Tifanny Wen merangkak di dada pria ini, setelah menyembunyikan kepalanya beberapa saat, barulah dia mengangkat kepalanya sambil berkata: “Benar-benar sungguhan.”

Yansen Mu: .................

Teman wanitanya itu membayar seorang ahli pembuat boneka itu, bagaimana mungkin tidak seperti sungguhan?

“Aku tanya kamu, saat bermain dengan boneka ini dan aku orang sungguhan ini, siapa yang lebih memuaskan kamu?” tanya Tifanny Wen.

“Fanny!” raut wajah Yansen Mu semakin malu, “Aku hanya menyentuh kamu.”

“Hmmmm!” Tifanny Wen bergumam, “Tidak percaya.”

Kemudian, berkata: “Apa kamu tahu? di internet ada banyak toko online yang menjual boneka tiruan yang mirip artis.”

Yansen Mu: ...................

1 detik kemudian, Tifanny Wen dilepaskan olehnya.

Karena Yansen Mu sudah mengambil handphone untuk melihat toko online, wajahnya lebih hitam dibandingkan dengan tinta.

Apalagi, tidak peduli ada boneka yang mirip dengan Tifanny Wen atau tidak, mulai hari ini, mengenai toko online ini, entah mengalami ancaman seperti apa, saat menerima panggilan telepon dari orang yang memesan boneka yang mirip Tifanny Wen dengan harga tinggi, penjual itu harus bersikeras untuk tidak menerima pesanan itu.

Tentu saja, ini adalah kejadian selanjutnya.

.....................

Saat Yansen Mu memegang handphone sambil melihat internet, Tifanny Wen tiba-tiba menerima panggilan telepon.

Keluarga Long meneleponnya.

“Halo, Febby.” lawan bicaranya ini adalah kakek Long.

“Iya, kakek Long.”

Handphone yang saat ini dipegang oleh Tifanny Wen adalah handphone yang berstatus sebagai milik “Febby Wen”.

Dia tiba-tiba teringat bahwa dirinya sepertinya sudah sangat lama tidak pergi ke rumah keluarga Long.

Sebelumnya dia selalu mencari berbagai macam alasan. Mengatakan alasan bahwa dia menemani Aston, alasan ingin mengerjakan tugas sekolah. Tetapi, dia sudah menerima tugas keluarga Long. Bagaimanapun juga, dia harus membantunya hingga selesai.

“Febby, apa kamu sekarang ada waktu?” tanya kakek Long.

“Ada. Besok aku pergi kesana.”

“Ibumu.................datang ke rumah keluarga Long.”

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu