Cinta Setelah Menikah - Bab 224 Sekali Lagi Masuk Dalam Opini Publik (1)

Fanny sangat menyukai giok itu, dia lebih jelas dari siapa pun.

Tentu saja, yang paling penting adalah, giok itu, di berikan olehnya, dia sendiri yang melepaskannya dan memberikan kepada perempuan lain, ini membuat Tifanny Wen berpikir apa?

Yansen Mu sangat kesal, tapi tahu dia akan melakukannya jika di Ulang lagi. tapi…. Menjelaskan? Dia membuka mulut, tiba – tiba merasa bisu.

Karena masalah ini, dia menyadari tidak menemukan alasan untuk menjelaskannya.

Memberitahunya, kalau dia tidak ingin menghancurkan hubungan dengan orang itu?

Bukankah ini memberi tahu Tifanny Wen, kalau letak perempuan itu di hatinya, masih tidak bisa di bandingkan dengan hubungan orang itu?

Demi tidak ingin menghancurkan hubungan dengan orang itu maka membuatnya malu? Hal ini, Yansen Mu juga merasa tidak begitu baik.

Maka, memberi tahunya kalau dia sedang menjalankan misi? Ini lebih tidak mungkin lagi. dia tidak ingin perempuan itu khawatir, masalah negara tidak boleh sembarangan diberi tahu orang.

Jadi, menjelaskan….. dia menyadari dia juga tidak menemukan alasan untuk menghibur Tifanny Wen. Jika ada, maka itu sama saja bohong. Dan dia juga tidak ingin membohongi perempuan itu.

Jadi, Yansen Mu saat ini, tiba – tiba terdiam.

“Fanny….” Menunggu setelah dia mengeluarkan suara, ingin langsung meminta perempuan itu pulang, perempuan itu, tiba – tiba mematikan teleponnya.

Perempuan itu hanya mengatakan Beberapa kalimat padanya, intinya hanya mengatakan “dia membuat masalah untuknya” kepadanya, lalu, mematikannya!

Yansen Mu tercengang, melihat layar ponsel yang menghitam, saat ini sangat bingung. Dalam kepalanya, saat ini terus teringat kata – kata Tifanny Wen tadi, “tuan Mu, maaf, telah merepotkanmu!”

Maaf, telah merepotkanmu!

Terdengar asing!

…..

Rumah sakit.

Di ujung Rumah sakit, perempuan dalam mobil, sedang memperhatikan layar ponselnya yang gelap, punya pemikiran, ekspresinya terlihat kosong.

Perempuan ini, adalah Tifanny Wen.

Dia sudah keluar dari Rumah sakit. Kakinya sudah di obati. Hanya saja, dirinya memang tidak bisa bergerak leluasa. Saat keluar, Melly yang menggendongnya.

Tapi naik mobil, dia masih bisa.

Saat ini, Tifanny Wen duduk di kursi mobil. Dan Melly duduk di kursi pengendara.

Mengenai yang lain….

“adik kelas, apakah kamu benar – benar tidak balik ke Keluarga Long? Ada Febby juga.”

Saat Tifanny Wen sedang bengong menatap ponselnya, mobil di belakang mobilnya pelan – pelan mendekatinya, dan parkir di sebelah mobilnya.

Jendela mobil terbuka, melalui jendela mobil, Tifanny Wen kebetulan melihat Aldric Long yang melihatnya melalui jendela mobil.

Tadi, dia menyetir mobil. Jika tidak, Tifanny Wen juga tidak berani berbicara dengan Yansen Mu jika ada orang di sebelahnya.

“tidak usah. Aku sudah memesan hotel.” Tifanny Wen menjawabnya.

Dia sudah memesan kamar di Puri Hotel. Keesokan harinya seharusnya para reporter akan menerbitkan artikel.

Karena di mata public dia sudah memesan kamar di Puri Hotel, jika kali ini dia tidak kembali dan diketahui oleh reporter maka mereka akan mengarang sesuatu dengan sembarangan.

“kalau begitu…. Kelak saja. Jika ada waktu bisa ke Keluarga Long berkunjung, ada guru juga.” Aldric Long berkata.

“baik.” Tifanny Wen menganggukkan kepala.

“sampai jumpa.”

Aldric Long dengan lembut mengatakan dua kata itu. selanjutnya, Tifanny Wen melihat jendela mobil di sebelahnya perlahan – lahan tertutup. Dia mengedipkan mata, saat melihat ke luar, mobil itu sudah pergi. Pandangannya melihat ke depan, baru melihat mobil Aldric Long sudah berjalan jauh, semakin jauh….

“Fan…. Fanny….”

Saat ini, telinga Tifanny Wen terdengar suara.

Dengan berhati – hati, yang berbicara adalah Regina Qiu.

Saat ini, di luar jendela Tifanny Wen, muncul Beberapa orang: Gina Si, Johnny Gu, Luna Jiang, Regina Qiu.

Beberapa orang, setelah Aldric Long pergi, tiba – tiba muncul di jendela mobil Tifanny Wen.

“Fanny, seperti dugaanmu, di depan pintu Rumah sakit, sudah muncul banyak reporter. Queenie Si, sudah membagikan postingan kalau dia di pukul olehmu, sekarang ada di Rumah sakit ini, reporter yang mendengarnya, langsung datang ke sini. Seharusnya sedang menunggu Queenie Si keluar dari Rumah sakit, dan mendapatkan wawancaranya.”

Luna Jiang berkata menggantikan Regina Qiu, berkata.

Ternyata…..

Setelah Tifanny Wen keluar dari Rumah sakit, tidak menggunakan pintu utama. Dia memilih pintu belakang.

Saat itu, Luna Jiang dan yang lainnya keluar bersama. Saat itu masih dengan bingung bertanya kepadanya, “mengapa tidak memilih pintu utama, mengapa memilih pintu belakang?”

Tifanny Wen menjawab: “jika tidak salah menebak, sekarang pintu depan Rumah sakit, seharusnya sudah ada banyak reporter. Queenie Si akan pura – pura pingsan, bukan tidak ada tujuan.”

Meskipun sudah ada masalah Emi, tapi Tifanny Wen tidak melupakan Queenie Si.

Dia dapat yakin, perempuan itu, pura – pura pingsan.

Karena pura – pura pingsan, tentu saja ingin memperbesar masalahnya yang di pukul orang. kalau begitu, Queenie Si sudah pasti akan datang Rumah sakit.

Queenie Si termakan omongannya sendiri. Tifanny Wen sedang berpikir, wajah Queenie Si setengah jam kemudian tidak akan bengkak lagi, jadi tidak ada masalah apa pun, sama sekali tidak perlu ke Rumah sakit.

Tapi saat itu dia mendengar perkataan Emi untuk membawa Queenie Si melihat dokter. Dan saat itu, Queenie Si tidak membantahnya.

Tifanny Wen menebak, Queenie Si menggunakan kesempatan, selagi ada Emi sebagai saksi, dia akan memperbesar masalah ini.

Mengenai bagaimana memperbesarnya?

Berhubung sudah ada saksi, Queenie Si bisa langsung mengumumkan ke media kalau dia sudah di pukul oleh Tifanny Wen.

Dan, pemilihan waktu “memperbesar masalah”, paling tepat adalah saat dia di Rumah sakit. Dengan begitu, baru bisa membuat semua media tahu betapa “parah” luka di badannya. Bahkan sudah masuk Rumah sakit.

Karena itu, menurut Tifanny Wen. Queenie Si jika ingin membocorkan masalah ini, pasti akan di malam hari.

Sedangkan waktu untuk memeriksa tadi, seharusnya sudah cukup untuk Queenie Si membocorkan masalah ini, Emi bisa bersaksi, dan reporter yang mendengar kabarnya langsung datang ke Rumah sakit untuk wawancara.

Jadi, menurut Tifanny Wen, waktu ini, di depan Rumah sakit, seharusnya sudah di penuhi reporter.

Meskipun mereka tidak tahu dia di Rumah sakit, tapi pasti tahu Queenie Si ada di Rumah sakit. Sedangkan Queenie Si, meskipun dia terluka, bagaimana pun juga tidak parah hingga perlu ke Rumah sakit.

Sedangkan Tifanny Wen, justru tidak ingin muncul di depan reporter, jadi memilih pintu belakang.

Yang membuat Tifanny Wen tidak terpikirkan, dia memilih pintu belakang, Luna Jiang dan Beberapa orang yang lainnya, juga mengikutinya.

Tifanny Wen tidak mengusir mereka, melihat mereka tidak berani berbicara dengan dirinya, langsung membuka mulut, meminta tolong mereka untuk melihat apakah di depan Rumah sakit ada reporter.

Bukankah ini…..

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu