Cinta Setelah Menikah - Bab 401 Ditakdirkan Bertemu

"Tidak perlu." Wajah pria tua itu berubah dingin.

Setelah berucap, pria itu memerintah ke pengawal, menyuruh mereka langsung membawa pergi Tifanny Wen.

Tifanny Wen sangat yakin, membawanya ke negara F  sepertinya itu hanya sebuah alasan. Tujuan sebenarnya adalah membawanya pergi.

Terkait tujuannya.... Tifanny Wen sudah tahu tujuan pastinya.

Sepertinya Yansen Mu menyuruh untuk memperhatikan keluarga Alan itu pilihan yang sudah benar.

Jika tidak ada masalah, kenapa harus gugup begitu.

Tapi karena terjadi suatu masalah, takut diketahui. Jadi... pria tua itu merespon seperti ini.

Sepertinya dirinya juga sudah dicurigai.

Tifanny Wen merendahkan pandangannya, termenung. Walaupun begitu dirinya pergi mungkin akan ada bahaya, tetapi pergi ke negara F, ke rumah pria tua ini... sebenarnya itu juga kesempatan yang Tifanny Wen inginkan, ya kan? Walaupun kesempatan ini agak... berbahaya!

"Sebentar. Bawa wanita itu ke sini juga." Pria tua itu memerintah.

Wanita itu? Wanita yang mana?

Para pengawal tampak tak mengerti. Tifanny Wen terkejut. Apakah yang dia maksud wanita yang berada di kamar Alan? Barusan ketika membuka pintu, Tifanny Wen melihat wanita yang dikunci dari dalam. Di kamar itu bukan menyembunyikan harta karun, kamar itu hanya kamar dari seorang wanita. Selain kedua matanya, penampilan wanita itu... sangat mirip dengan Sherina.

Jika dilihat dari jauh, Tifanny Wen atau orang lain mungkin tidak akan mengenali perbedaan Sherina dengan wanita itu. Tapi saat jarak mereka dekat, wanita itu juga tidak memakai contact lens atau sebagainya. Ketika Tifanny Wen dan wanita itu beradu tatap, walaupun wanita itu mirip Sherina, tapi di keterkejutan itu, Tifanny Wen sadar bahwa wanita itu bukan Sherina.

Dan juga, ketika Tifanny Wen melihat dirinya sendiri, ekspresi Tifanny Wen tampak asing, terkejut dan tidak ada perasaan terkejut seperti bertemu kembali dengan teman lama...

Apakah pria tua itu tahu di dalam kamar Alan tersembunyi satu wanita?

Kalau begitu... apa tujuan pria tua ini membawa wanita itu?

"Aku yang pergi sendiri." Saat itu pria tua itu teringat orang lainnya masih belum mengetahui masalah ini. Akhirnya pria tua itu sendirian naik ke atas, dari kamar Alan membawa wanita tersebut. Lalu menyuruh pengawal membawa Tifanny Wen dan wanita itu bersamaan pergi keluar.

Terkait tujuannya...

"Kenapa anda membawanya juga?" Asisten yang tahu masalah sebenarnya bertanya karena tak mengerti.

"Pria itu membuatku kesal sekali. Sebelumnya dia menyukai seseorang, dia merepotkanku dari kemarin sampai sekarang, lalu aku masih perlu juga pergi ke rumah sakit. Sekarang dia memberikanku kekasih yang tinggal bersamanya, wanita ini juga orang yang berbahaya. Aku harus lihat, pria tengik itu sebenarnya memiliki maksud apa terhadap wanita tiruan ini? Kenapa dia harus beradu argumen denganku? Jika dia sungguh menyukai wanita tiruan ini, dia bisa langsung menikahinya, jika tidak menyukainya, pas sekali aku bisa bawa pergi. Dia tidak membawa wanita tiruan ini, mana aku tahu hatinya masih pada Sherina atau sudah berpindah ke kekasih barunya."

Pria tua tersebut berkata dengan kesal: "Dan juga, jika tak membawa sesuatu yang membuatnya tertarik pulang, sepanjang tahun dia tak akan pulang. Kali ini karena sudah bertemu, ya semuanya kebetulan sekali."

Belum begitu lama pria tua itu berucap, sekumpulan orang membawa Tifanny Wen dan wanita tiruan bernama Nina menuju ke negara F....

……

Negara Long, di sebuah rumah sakit rahasia.

Di sebuah ruangan pasien, tiba-tiba Aji menerobos keluar dan bicara pada seorang pria yang duduk di luar: "Tuan, tuan Rong akhirnya sadar. Dia bilang ingin bertemu dengan anda."

"Hm." Pria tersebut mengangguk lalu berkata pada Aji: "Kamu juga istirahatlah. Tak perlu menunggu di sini. Luka di tubuhmu juga berat."

Setelah itu pria tersebut berdiri dan masuk ke dalam ruangan pasien.

Aji berdiri di depan pintu, lalu melihat ke tubuhnya sendiri, diam-diam berkata: Aku masih baik-baik saja.

Sebenarnya, pergerakan semalam, dia hanya terkena satu peluru dan hanya tertembak di bagian bahu. Dia tidak terluka parah. Dia sudah terbiasa akan hal ini.

Tapi tuan Edwin Rong, tuan tersebut terluka parah.

Ya!

Pergerakan semalam, mereka berhasil.

Sebuah kapal yang berlayar dari negara F kemari diperhatikan oleh mereka. Di kapal itu terkunci seseorang dan juga kebetulan mereka sedang mencari Edwin Rong. Ini membuktikan, tidak ada masalah dari informasi yang di dapatkan dari negara F.

Tapi setelah menemukan Edwin Rong, proses menyelamatkan seseorang tidaklah mudah. Walaupun jika dipikir-pikir mereka sudah berhasil, tapi kemarin malam mereka dibombardir oleh tembakan. Mereka langsung menyelamatkan orang yang sudah mati itu.

Bagusnya tuan Mu tidak terluka.

"Menurutmu, kenapa Edwin Rong bisa langsung sampai ke negara F?"

Di koridor, Melly yang selalu berjalan bolak-balik melipat kedua tangannya di depan dada, bertanya pada Aji.

"Siapa yang tahu."

"Terima kasih untuk kemarin." Ucap Melly lagi.

"Hm." Aji mengangguk.

"Wah kamu sungguh tak sungkan, ya." Melly memutar matanya sebal.

"Aku tertembak karena dirimu. Kenapa aku harus segan?" Balas Aji.

……

Kira-kira sepuluh menit kemudian, Yansen Mu keluar dari ruangan pasien.

"Tuan, apakah tuan Edwin mengatakan alasannya kenapa bisa ditangkap?" Begitu melihat Yansen Mu, Aji langsung bertanya, ekspresi wajah Aji agak aneh.

"Hm." Yansen Mu mengangguk, lalu berkata: "Telepon nyonya."

Semalam mereka kembali jam 4 subuh. Tentu saja mereka takut membangunkan Tifanny Wen. Pagi hari mereka menelpon Tifanny Wen, tapi tidak diangkat. Yansen Mu berpikir mungkin Tifanny Wen marah hingga tak mengangkat teleponnya.

Setelah mendengar perintah tersebut, Aji langsung menelpon.

Hanya saja yang mengangkat bukan Tifanny Wen.

Ketika Aji menutup telepon tersebut, wajah Aji memucat.

"Tuan."

"Katakan."

"Itu di sana.... itu... keluarga Henry, mereka bilang mereka ingin mengundang calon cucu menantu berlibur ke negara F."

Tiba-tiba Yansen Mu mendongak, sepasang matanya menatap tajam Aji. Dengan suara rendah berkata: "Ucapkan sekali lagi."

"Tuan..."

"Berikan ponselnya padaku!"

Tiba-tiba Yansen Mu berteriak marah.

Hanya saja, ketika ingin menelpon sekali lagi, ponsel Tifanny Wen sudah dimatikan....

……

Jarak dari negara Long ke negara F tidak terhitung jauh. Mereka naik helikopter dan siang hari sudah sampai ke kediaman Henry yang dulu pernah Tifanny Wen dengar.

Tifanny Wen dibawa masuk ke bangunan seperti istana jaman dulu. Tapi pria tua itu tidak menguncinya, malah memberikan Tifanny Wen kamar yang mewah dan juga memerintah banyak pelayan untuk menjaga Tifanny Wen.

Sedari awal Tifanny Wen sudah menebak akan mendapatkan perlakuan seperti ini.

Jika dia ingin menangkap orang dan menjadikannya sebagai tahanan, pria tua itu tidak akan mencari banyak alasan untuk membawanya pergi. Sebelumnya Tifanny Wen belum pernah berargumen dengan pria tua ini. Ketika mereka berdiskusi sambil meminum teh, Tifanny Wen bisa melihat bahwa pria itu menyayangi Alan. Karena seperti itu, selama dirinya masih memakai identitas sebagai kekasih Alan dan berhubungan baik dengan Alan. Pria tua itu tidak akan mencaritahu sikap Alan pada dirinya, Alan menindasnya dan sebagainya....

Pria tua itu adalah orang yang sangat melindungi hubungan antara anak dan cucu!

Dalam hati Tifanny Wen berpikir, bahkan jika pria tua itu ada keinginan untuk membunuhnya, sebelumnya membunuh dirinya, dia akan mencari tahu sikap Alan pada dirinya.

Karena sekarang Alan belum kembali ke negara F, kalau begitu, pria tua ini juga tidak akan membiarkan Alan melihat pemandangan ketika temannya sedang menerima siksaan.

Jadi, Tifanny Wen tahu, saat Alan tak peduli dirinya hidup atau mati, sebelum Yansen Mu tertarik datang karena masalah ini, dirinya masih terhitung aman.

"Tok tok tok..."

Tiba-tiba dari luar pintu kamar Tifanny Wen terdengar suara ketukan pintu. Dari luar ada yang memanggil: "Tolong buka pintu, aku mengantarkan makanan."

Ketika Tifanny Wen mendengar suara ini, Tifanny Wen mematung.

Tiara Han?

Kenapa ada suara dia?

Wanita!

Apakah saat hamil, penyakit wanita menjadi banyak? Bahkan muncul ilusi?

Tapi ketika Tifanny Wen membuka pintu dan melihat wanita yang berdiri di sana, Tifanny Wen langsung tahu... pendengarannya normal.

"Kamu--"

"Kamu--"

Keduanya secara bersamaan saling menunjuk.

Ya!

Gadis yang berdiri di depan pintu dan memakai baju pelayan tak disangka sungguh Tiara Han.

Tifanny Wen sangat terkejut melihatnya.

Tiara Han juga terkejut melihat Tifanny Wen.

"Ada yang bilang padaku di rumah ini akan kedatangan tamu dari Negara Long. Karena aku berasal dari negara Long, pasti aku bisa berbicara dengan tamu itu, jadi mereka menyuruhku mengantarkan makanan. Kenapa orang itu malah kamu, Tifanny Wen? Ada apa denganmu? Kenapa dimana-mana aku selalu bertemu denganmu?"

Belum sempat Tifanny Wen bertanya, Tiara Han yang berada di luar sudah masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan makanan lalu mengoceh.

Setelah masuk, Tiara Han meletakkan makanan di atas meja. Dari nampan makanan, Tiara Han menyajikan satu persatu makanan negara F dan berkata: "Makanlah, aku yang membuatnya. Kamu percaya atau tidak?"

"Kenapa kamu bisa di sini?"

Tifanny Wen menutup pintu, ada kecurigaan di matanya. Tifanny Wen menolehkan kepalanya, melihat wanita yang tengah melihat makanan seperti kesayangannya, dengan nada sangat terkejut Tifanny Wen bertanya.

Tifanny Wen masih ingin bertanya, kenapa dirinya bisa bertemu wanita tengik ini....

"Sedari awal aku di sini!" Jawab Tiara Han: "Aku sudah 15 hari berada di sini."

Tifanny Wen:……

"Kamu ke sini untuk apa?"

Adik dari wakil ketua Elang Hitam kemari untuk menjadi pelayan?

"Aku dengar, di keluarga Henry memiliki koki terbaik di dunia. Aku menyuruh kakakku mencari kesempatan untuk masuk ke sini dan menjadi pelayan di dapur. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mempelajari beberapa masakan." Jawab Tiara Han.

Tifanny Wen:……

Jadi gadis ini, melepaskan hidup nyamannya untuk belajar memasak?

Tifanny Wen sungguh tak mengerti, kenapa Tiara Han bisa begitu antusias pada memasak.

"Kamu? Kenapa kamu bisa di sini? Kenapa kamu bisa menjadi tamu di sini?" Tiara Han juga bertanya.

"Kamu sungguh ingin tahu?"

Sepasang mata Tifanny Wen melengkung, memandangi Tiara Han. Dari mata Tifanny Wen muncul sorot licik.

Tubuh Tiara Han bergetar, "Tatapanmu blak-blakan sekali. Begitu melihatnya aku jadi tidak mau mendengar."

Tiara Han tiba-tiba merasa bukan hal baik ketika dia mendengar jawaban dari Tifanny Wen.

"Baiklah, aku tidak akan menjawabnya." Jawab Tifanny Wen.

Baru Tiara Han berbalik, tapi baru berjalan beberapa langkah, rasa keingintahuannya melonjak. Sambil menarik lengan baju Tifanny Wen, Tiara Han bicara: "Itu... katakanlah."

"Kalau kamu tahu, mungkin tidak ada untungnya untukmu."

"Kaa..kamu bicara saja." Tiara Han bersikeras.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu