Cinta Setelah Menikah - Bab 404 Menyelamatkan Nina

Kalau tidak, Alan akan gila karena wanita peniru itu tidak dapat ditemukan di mana-mana.

Tentu saja, Tifanny Wen beruntung karena untuk sementara waktu ini Alan tidak berkomunikasi dengan pria tua itu.

Kalau tidak, begitu keduanya berkomunikasi, Alan akan langsung kembali ke kediaman keluarga Henry dan pria tua itu akan tahu alasan Tifanny Wen menjadi kekasih Alan, yaitu karena Alan dimanfaatkan oleh Tifanny Wen.

Dengan seperti itu, pria tua itu akan mengerti bahwa Alan tidak memiliki perasaan apapun terhadap Tifanny Wen. Sudah pasti pria tua itu tidak akan memperlakukan Tifanny Wen sebaik sekarang atau pria tua itu akan banyak mempertimbangkan alasan dari Alan.

Ini juga merupakan alasan Tifanny Wen terburu-buru kabur sebelum Alan dan pria tua itu bertemu.

"Kakek...."

Tentu saja pria tua itu teringat untuk langsung menelpon Alan. Alan baru saja selesai bekerja. Awalnya nada suara Alan tenang, setelah mendengar beberapa kalimat dari kakeknya, tiba-tiba suara Alan menjadi menggila:

"Kakek, kenapa kakek membawa pergi Sherina dan Tifanny? Kenapa?"

"Dia bukan Sherina." Jawab pria tua itu dengan tenang: "Katakan padaku, sebenarnya apa hubunganmu dengan Tifanny? Aku akan mengembalikan dia padamu. Atau... apakah kamu tidak memiliki hubungan sungguhan dengan Tifanny? Dia tidak berada di kamar yang sama denganmu itu alasan dari Tifanny?"

"Bukan."

Tanpa berpikir dua kali, Alan mengatakan alasannya tinggal bersama Tifanny Wen.

Karena orang ini adalah kakeknya sendiri, Alan merasa tak perlu disembunyikan.

"Jadi semuanya hanya demi membantu Tifanny?"

"Ya."

"Bodoh!"

"Kakek..."

"Pulang dan aku baru akan bicara denganmu!" Maki kakek.

"Kakek, milikku..."

"Sherina yang asli masih hidup. Sebenarnya kamu suka yang mana?" Tanya pria tua itu tiba-tiba.

“……”

"Aku tanya padamu, apakah sudah menggunakan wanita peniru itu?" Pria tua itu kembali bertanya.

Menggunakan?

Tifanny Wen yang sedang bersih-bersih di sudut ruang tamu mendengar pria tua tersebut bertanya dengan nada dingin. Yang dimaksud menggunakannya itu... menyentuh?

"Belum? Belum pernah sama sekali?"

Setelah itu Tifanny Wen mendengar suara pria tua itu terkejut, "Kalau seperti itu, kamu sama sekali tak ada perasaan pada wanita peniru itu. Kamu membiarkannya tetap ada karena Sherina. Aku mengerti. Kembalilah. Yang aku katakan bahwa Sherina masih hidup itu sungguhan. Pulang dan kakek akan berikan kejutan untukmu."

Setelah berucap, telepon dimatikan.

Setelah itu pria tua berucap beberapa kalimat dengan suara rendah pada pengawal wanitanya. Hanya saja suaranya rendah sekali, Tifanny Wen sama sekali tak bisa mendengar barang satu kalimat. Setelah pria itu bicara, Tifanny Wen hanya melihat tiba-tiba pengawal wanita itu pergi, lalu mengarah ke tangga kiri.

Arah itu...

Tatapan Tifanny Wen mengarah ke arah pengawal wanita itu, lalu terkejut.

Tifanny Wen sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan pria tua itu, tapi Tifanny Wen mengerti bahasa bibir!

Jelas-jelas pria tua itu berkata, 'Membiarkan wanita peniru itu hidup tak berguna, bunuh!'

Pe...niru? Dari apa yang dibicarakan Alan, sepertinya itu mengarah ke wanita yang mirip dengan Sherina!

Alis Tifanny Wen naik ke atas, tiba-tiba Tifanny Wen membalikkan tubuhnya ke arah lain dan diam-diam bergerak...

……

"Sekarang bukan jam makan. Apa yang kamu lakukan?"

Setelah dua menit, Tifanny Wen keluar dari lift lantai 3, di koridor berdiri seorang pengawal yang langsung menghalangi.

Tifanny Wen memakai baju pelayan dan masker, wajahnya tak terlihat jelas. Saat ini di tangannya ada sekotak makanan. Walaupun kedua wanita itu dikunci, tapi ketika jam makan, mereka akan dibawakan makanan. Tapi sekarang... sepertinya bukan saatnya jam makan.

"Kepala dapur menyuruhku membawakan sup. Nona itu... pagi ini kesehatannya menurun. Dia ingin dibawakan sup bernutrisi."

Tifanny Wen menunduk, lalu menjawab dengan nada lemah.

Sambil berkata, sambil Tifanny Wen mengeluarkan kartu identitas kerjanya. Tentu saja yang memberikan kartu adalah Tiara Han. Setelah melihat, pengawal tersebut mengangguk dan berkata: "Baik, pergilah."

Setelah pengawal membiarkan dia jalan, Tifanny Wen melangkah santai ke arah kamar Nina. Tentu saja sekarang Tifanny Wen tidak tahu wanita itu bernama Nina. Langkahnya terlihat santai, tapi sebenarnya jemarinya mengepal erat. Walaupun tidak tahu siapa yang dimaksud 'peniru' oleh pria tua itu, tapi Tifanny Wen yakin Nina berada dalam bahaya. Berdasarkan ucapan pria tua, jika Alan sungguh tidak menyukai Nina, pria tua itu tidak berencana membiarkan Nina tetap tinggal.

Langkah kaki Tifanny Wen terdengar pelan. Ketika sampai di depan pintu kamar Nina, Tifanny Wen tidak mengeluarkan suara apapun. Tifanny Wen sudah memprediksi pintu sudah dikunci, tetapi begitu pintu di dorong, pintu kamar terbuka. Pengawal wanita itu kemari untuk membunuh gadis lemah, selain itu, ini juga dianggap sebagai tempat membunuh yang aman. Pengawal wanita itu juga tidak memiliki alasan untuk menutup pintu. Tentu saja jika pengawal wanita itu memiliki kebiasaan menutup pintu, maka Tifanny Wen dapat dianggap hari ini tak beruntung. Bagusnya, kemungkinan besar itu tidak terjadi.

Tifanny Wen mendorong pintu kamar lalu masuk ke dalam. Kebetulan Tifanny Wen melihat pengawal wanita itu sedang beradu pandang dengan Nina.

Ekspresi Nina tampak tenang, terlihat bahwa wanita itu sama sekali tak sadar dirinya sedang dalam bahaya.

Dan pengawal wanita itu sekarang sedang memunggungi Tifanny Wen. Begitu mendengar pergerakan pintu dari luar, pengawal itu langsung berbalik.

Tapi... dia sudah terlambat!

Setelah itu terdengar suara pintu ditutup dengan keras. Tifanny Wen dengan langkah cepat melompat lalu melingkari kedua tangan pengawal yang berada di belakang dan menekan leher pengawal tersebut.

Bahkan jika pengawal wanita itu ingin bersuara, tapi ketika dicekik, pengawal itu sama sekali tidak dapat bicara. Tangan pengawal tersebut sudah cepat sekali ingin mengambil pistol yang berada di pinggang, tapi masih terlambat selangkah karena Tifanny Wen tiba-tiba sudah mengeluarkan pisau dan menggoreskan pisau tersebut ke kerongkongan pengawal tersebut. Mata pengawal itu terbelalak lebar dan dalam sekejap dia tewas.

"Kamu...."

Wajah Nina pucat sambil menatap tidak percaya ke wanita yang berpakaian pelayan.

Tapi Nina juga bisa disebut sebagai wanita yang ketahanannya luar biasa. Nina tak berteriak kaget, dia hanya berdiri dan menatap ke Tifanny Wen.

"Dia datang untuk membunuhmu, tapi dia tidak buru-buru membunuhmu. Sepertinya dia akan membunuhmu di luar. Apakah tadi dia bilang pria tua itu bersiap melepaskanmu?" Sambil menekan pintu sambil Tifanny Wen bertanya pada Nina.

"Kaaa..kamu bagaimana kamu tahu? Ya, tadi dia bilang begitu. Dia bilang bosnya menyuruhnya membawaku pergi." Jawab Nina.

"Setelah kamu pergi, tujuan selanjutnya adalah kematian." Jawab Tifanny Wen, "Dia tidak akan membunuhmu di kamar karena malas memindahkan mayatmu."

"...." Nina membelalakkan matanya melihat Tifanny Wen. Entah wanita itu percaya atau tidak. Lalu setelah berpikir beberapa saat, baru Nina bertanya: "Siapa.. kamu?"

“Tifanny.“

Tifanny Wen membuka maskernya dan menjawab.

……

Ketika pintu kembali dibuka, waktu sudah berlalu 10 menit.

Yang keluar dari kamar totalnya ada dua orang... Ya setidaknya yang kelihatan ada dua orang. Yang pertama memakai baju 'pengawal wanita', wanita yang tadi memakai pakaian yang terlihat hebat. Di belakang 'pengawal wanita' itu diikuti seorang 'pelayan wanita' yang memakai masker.

'Pengawal wanita' mengangkat sebuah koper besar. Koper besar itu menekan 'pengawal wanita' dan 'pengawal wanita' hanya bisa menunduk, wajahnya tak terlihat jelas.

Saat ini mereka sedang berjalan ke arah lift. Dan lift ke arah ini bukanlah lift yang tadi Tifanny Wen lewati sebagai pelayan. Oleh karena itu, pengawal yang berdiri di dekat lift bukanlah pengawal yang tadi Tifanny Wen lihat.

Tidak lama kemudian, 'pelayan wanita' itu berjalan di depannya sambil menunduk, tubuhnya bergetar, entah apa yang sedang ditakuti. Dan 'pengawal wanita' menatap tajam dari belakang. Ketika akan sampai di lift, 'pengawal wanita' memaki: "Jalan!"

Di samping lift berdiri seorang pengawal, saat ini pengawal tersebut melihat seorang 'pelayan wanita' bersama dengan pengawal wanita bernama 'Angie' yang selalu bangga berada di sisi sang bos sedang berjalan kemari. Tentu saja, karena 'pelayan wanita', pengawal ini terhalang melihat wajah si 'pengawal wanita'. Tapi hanya melihat pakaiannya saja, pengawal itu sudah mengenali orang yang berada di belakang 'pelayan wanita' tersebut.

Pengawal yang sedang berjaga itu terkejut. 'Pelayan wanita' itu sedang ketakutan?

Mereka berdiri depan dan belakang, seperti sedang dipaksa...

Dan juga bau dari koper itu... bau darah!

Pengawal yang berjaga itu mematung.

Bau darah?

Mayat?

Apakah perintah tuan... menyuruh Angie ke atas untuk membereskan wanita bernama Tifanny Wen atau Nina itu?

"Huhu... aku tidak melihat apapun..."

Tiba-tiba 'pelayan wanita' menangis, berbalik melewati 'pengawal wanita' dan berlari.

Saat itu, tiba-tiba 'pengawal wanita' menolehkan kepalanya melihat ke arah 'pelayan wanita' dan berkata pada pengawal yang berjaga di lift: "Kejar dia dan bawa padaku."

"Ya."

Pengawal yang berjaga melihat 'pengawal wanita' itu melihat punggung 'pelayan wanita' yang berlari. Melihat 'pengawal wanita' masih mengangkat koper besar dan sulit mengejar, pengawal yang berjaga langsung pergi mengejar 'pelayan wanita'

Pengawal yang berjaga bisa menebak: pasti 'pelayan wanita' itu melihat sesuatu yang harusnya tidak dia lihat, jadi Angie tidak akan melepaskan pelayan itu dan harus memberikan 'penanganan khusus' pada pelayan tersebut.

Ketika Pengawal yang berjaga itu berlari mengejar dan melewati 'pengawal wanita', kebetulan 'pengawal wanita' itu memutar kepalanya, mengangkat koper dan berjalan ke arah lift.

Ketika Pengawal yang berjaga menangkap 'pelayan wanita' tersebut, pengawal tersebut sudah melihat 'pengawal wanita' masuk ke dalam lift.

Di dalam lift agak gelap. 'pengawal wanita' itu sudah meletakkan koper di dalam lift dan membelakangi arah pintu masuk lift.

Pengawal yang berjaga itu langsung menarik 'pelayan wanita' dan mendorongnya dengan keras masuk ke dalam lift, sambil mendengus berkata: "Masuk!"

Ketika pengawal itu ingin mengatakan sesuatu pada Angie, tiba-tiba Angie berkata: "Yang ada di dalam koper adalah Nina. Ini perintah tuan. Kamu pergi ke kamarnya dan bereskan darahnya. Kalau hal seperti itu terlihat oleh pelayan, tentu tidak baik."

"Ya."

Pengawal tersebut mengangguk, berbalik lalu pergi menuju ke kamar Nina.

Setelah dia pergi, 'pengawal wanita' berbalik lalu buru-buru menekan tombol lift.

'Pengawal wanita' ini mendongak, kalau dia bukan Tifanny Wen, siapa lagi?

"Bagusnya aku adalah seorang aktris, aku bisa mengikuti suara orang lain."

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu