Cinta Setelah Menikah - Bab 77 Tuan Mu, Aku Cemburu (2)

Akhirnya Yansen Mu merasa ada yang aneh.

Gadis bodoh ini...

Kenapa dirinya merasa bahwa wanita ini sedang marah?

Marah?

Dirinya tidak mengusili wanita itu, kan?

Yansen Mu mengingat kejadian tadi, benar-benar tidak terpikir apa yang sudah diperbuat.

Apakah karena dirinya memberikan gelang yang tidak disukai jadi Tifanny Wen menyalahkan dirinya?

Tapi ini juga aneh...

Wanita itu tidak memiliki permintaan untuk dikirimkan hadiah...

Tidak suka juga tidak harus marah...

Atau...

Wanita itu takut menindas dirinya sehingga Tifanny Wen menghindari dirinya?

Yansen Mu mengingat kejadian siang hari, dahinya berkerut, Yansen Mu tidak tahan untuk bertanya: "Ada apa?"

"Tidak apa."

Nada suara Tifanny Wen datar...

Jelas sekali kalau ada masalah, kan?

Bagusnya Tifanny Wen tidak membuka mulutnya.

Sekali membuka mulut, Yansen Mu semakin yakin bahwa ada yang aneh dengan suasana hati gadis bodoh ini. Jelas sekali ada masalah.

Nada suara ini.. sangat jelas sedang marah, tapi karena apa?

Yansen Mu muram, lalu pria itu membalikkan tubuh Tifanny Wen.

Tifanny Wen melawan, tidak ingin berhadapan dengan Yansen Mu. Tapi mana bisa Tifanny Wen menyamai kekuatan pria.

Akhirnya tubuh Tifanny Wen dihadapkan ke arah pria itu.

Tifanny Wen memanyunkan bibir, matanya mengarah ke atas, melotot ke arah Yansen Mu. Tapi sadar bahwa pria itu sedang menatapnya dalam-dalam, tatapan Tifanny Wen menjadi rumit dan khawatir.

"Ada apa?" Tanya Yansen Mu.

Maafkan tuanmu ini...

Yansen Mu sungguh belum memiliki pengalaman soal perasaan.

Walaupun biasanya gaya pria itu saat mengurus masalah tidak termasuk yang mudah emosional.

Tapi saat menghadapi wanita, Yansen Mu masih tidak menebak dengan tepat maksud wanita.

Contohnya sekarang. Yansen Mu merasa Tifanny Wen sedang marah, tapi secara tidak sadar Yansen Mu merasa mungkin wanita itu menemukan hal yang mengesalkan, maka wanita itu merasa baru bisa marah.

Tapi sedikitpun Yansen Mu tidak bisa menebak alasan wanita itu marah.

Bagaimanapun juga Yansen Mu tidak merasa bahwa ada salah pada dirinya.

Tifanny Wen mengangkat alisnya. Melihat Yansen Mu bertanya 'ada apa' dengan tidak berdosa, bodoh, ragu dan khawatir. Saat itu Tifanny Wen merasa marah juga tidak, tertawa juga tidak. Dari lubuk hatinya dia hanya ingin mencambuk pria itu dengan keras.

Sialan, dirinya kenapa? Bukankah ini terlihat jelas?

Jelas?

Ketika menyadari kata 'jelas', tiba-tiba tubuh Tifanny wen bergetar. Tifanny Wen mengedip-ngedipkan matanya, mematung dengan tidak percaya.

Jelas?

Saat ini kesadaran Tifanny Wen kembali. Apakah dirinya tadi sedang... mengajak bertengkar?

Tifanny Wen bukanlah orang yang berhati kosong. Perasaan seperti ini mana mungkin dia tidak mengerti. Jelas sekali kalau dirinya... cemburu!

Ya benar!

Cemburu!

Dia cemburu!

Tifanny Wen tidak ingin mengakuinya, tapi dia merasa kecemburuannya agak parah. Setidaknya hatinya merasa perih, ingin sekali membanting gelang merah itu.

Pria sialan! Memberikan hadiah ke orang lain lalu mengambilnya dan memberikan kepadanya? Apa yang ingin dilakukan pria itu?

Apakah di hati pria itu tersimpan rasa marah padanya?

Tifanny Wen sangat membencinya!

Tifanny Wen tiba-tiba membalikkan tubuh, lalu menerjang ke depan Yansen Mu. Kepalanya terangkat, lalu menggigit leher pria itu.

Sialan!

Gigit sampai mati pria ini!

Siapa yang menyuruh pria itu memanasinya!

Siapa yang menyuruh pria itu memberikan hadiah padanya tapi hadiah itu awalnya ingin diberikan ke wanita yang dicintai dia?

Apakah dirinya hanya untuk memungut barang orang lain?

"Mmh.." muncul rasa sakit yang hebat dari leher Yansen Mu, saat itu juga Yansen Mu merintih. Wajah kaget pria itu menatap ke wanita yang menggigitnya. Benar-benar membuat bingung dan curiga...

Apa yang wanita ini lakukan?

Gadis bodoh ini.

Hari ini mengajaknya bertengkar?

"Yansen Mu, aku ingin menggigitmu sampai mati." Selesai menggigit, Tifanny Wen masih merasa tidak mengurangi kemarahannya, wanita itu menggigit Yansen Mu sekali lagi.

Yansen Mu mengernyit, juga tidak menghentikan wanita itu. Yansen Mu hanya melingkari pinggang Tifanny Wen, membiarkan Tifanny Wen menggigitnya. Di dalam hatinya... diam-diam Yansen Mu menebak maksud gerakan Tifanny Wen.

Sepertinya memang dirinya yang memanasi wanita itu.

Apa yang terjadi?

Apa yang tidak di mengerti Yansen Mu?

Gelang?

Sepertinya dirinya tadi hanya memberi gelang saja.

"Tidak suka?" Tanya Yansen Mu lagi.

"Tidak suka. Buruk sekali." Tifanny Wen langsung menjawab. Kali ini Tifanny Wen tanpa malu mengatakannya.

Alis Yansen Mu berkerut, patah hati. Diam-diam dirinya menyesal memberikan barang ini.

"Kalau begitu lain hari aku akan memberikanmu barang yang kamu suka ya?" Tanya Yansen Mu lagi.

"Tidak mau." Jawab Tifanny Wen.

"Kamu tidak suka, jadi marah padaku?"

Semakin lama nada suara Tifanny Wen semakin aneh, kebingungan Yansen Mu semakin bertambah.

Pria ini...

Nada suara Tifanny Wen...

Apakah nada suara dirinya belum cukup jelas memberikan petunjuk?

Dia sedang cemburu! Cemburu! Apakah Yansen Mu tidak mengerti?

Tiffany Wen menggertakan gigi. Kesal sampai ingin mengabaikan pria ini. Setelah menggigit pria itu sekali lagi, Tifanny Wen langsung membalikkan tubuh dan bersiap tidur. Tetapi...

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu