Cinta Setelah Menikah - Bab 89 Pengawal Tifanny Wen (1)

Tifanny Wen tidak terlalu terkejut. Dia hanya agak penasaran pengawal seperti apa yang akan diberikan Yansen Mu padanya.

"Namanya Melly, orang berdarah campuran negara Long dan negara S, tahun ini dia berusia dua puluh enam tahun. Dia hebat dalam bergulat, hebat dalam hal menembak, hebat dalam hal mencuri. Kira-kira besok siang dia sampai di bandara kota X. Setelah aku menyuruhnya kemari, besok dia akan langsung pergi ke lokasi syutingmu untuk bertemu denganmu." Yansen Mu menjelaskan dengan ringkas.

Tifanny Wen mengedip-ngedipkan mata, "Melly? Wanita? Baru berusia dua puluh enam tahun? Dan juga pengawal yang hebat dalam hal mencuri?"

"Jangan merendahkannya. Saat dia berumur lima tahun, dia sudah masuk organisasi tentara rahasia." Ucap Yansen Mu: "Tangannya cepat. Mencuri adalah bakat alaminya."

Baiklah! Tifanny Wen paham, tidak mungkin Yansen Mu memberikannya wanita yang tidak berguna.

Tentang pengawal yang bernama Melly, sebenarnya dia orang yang seperti apa.. jawabannya akan diketahui di hari kedua.

Hari kedua.

Tifanny Wen kembali ke rumah produksi. Karena syuting dan menyebabkannya sakit, sutradara Aliando Zhang meminta maaf pada Tifanny Wen.

Karena Tifanny Wen sakit, syuting berhenti seharian. Diam-diam ada beberapa komentar dari para aktor dan aktris lain. Lagipula yang mereka tahu syuting dihentikan sehari karena Tifanny Wen izin, tapi tidak tahu kalau Tifanny Wen sakit.

Jadi, setelah syuting siang hari selesai, sekumpulan wanita  membuat lingkaran di samping dan berkomentar tidak puas tentang Tifanny Wen.

Tentu saja mereka hanya berani berkomentar tentang Tifanny Wen di belakang.

"Sungguh berkuasa. Sutradara selalu kasar bicara pada kita, tapi selalu berbicara bagai pelayan bicara pada bibi tertua kepada Tifanny Wen. Apakah kalian menyadarinya?" Seorang aktris memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri, lalu melihat ke belakang sebentar.

Mereka berada di tempat yang agak jauh di belakang. Saat ini Tifanny Wen sedang makan sendirian. Jelas sekali aktris-aktris ini sedang memandangi Tifanny Wen.

Sebenarnya orang yang bicara itu sudah sedari awal tidak puas kepada Tifanny Wen. Walaupun dia yang sekarang tidak menolak terhadap kemampuan akting Tifanny Wen, tapi begitu teringat proses syuting, sutradara Zhang yang selalu menghela napas padanya dan hampir memakinya tiap hari, dia merasa hatinya lelah, sangat tidak senang. Apa alasannya menjadi aktris yang selalu menelan kepahitan? Sikap sutradara Zhang sangat buruk terhadapnya, tapi terhadap Tifanny Wen, dibandingkan bersikap pada tamu penting, sikap sutradara masih lebih baik lagi pada Tifanny Wen.

"Sutradara Zhang menyukai Tifanny, bukankah ini jelas terlihat? Ini bukanlah pertama kalinya aku bekerja sama dengan sutradara Zhang. Di dalam industri film, sutradara Zhang terkenal garang, tapi hanya pada Tifanny dia seperti ini."

Aktris itu berkata lagi.

"Benar-benar sok berkuasa. Dia bukanlah aktris terkenal, seenaknya saja membuat orang lain menunggunya seharian." Seorang aktris menambahkan.

"Latar belakangnya kuat."

Dari awal wanita adalah orang yang berpikiran sempit. Contohnya saat ini, kumpulan aktris ini. Sebenarnya dalam hati mereka selalu memuji tanpa henti kekuatan Tifanny Wen, tapi mereka tidak bisa tahan untuk merendahkan Tifanny Wen. Sebenarnya mereka hanya iri. Tentu saja.. Tifanny Wen terlahir dengan bakat akting yang bagus, itu juga merupakan alasan para aktris iri. Terlebih lagi beberapa artis yang kalah telak setelah beradu akting dengan Tifanny Wen, hati mereka sulit untuk merasa senang.

"Halo semuanya. Apakah kalian tidak haus karena bergosip begitu lama? Butuh air?"

Saat para aktris berbicara, tiba-tiba terdengar suara asing seorang wanita dari belakang.

Semua aktris tertegun, langsung membalikkan kepalanya ke arah suara di belakang tubuh mereka. Yang mereka lihat seorang wanita berambut pendek yang rapi dan berkulit kuning. Wanita itu membawa beberapa botol air mineral. Melihat para aktris menengok, bibirnya tertarik tersenyum ceria. Saat tersenyum bisa melihat barisan giginya yang rapi dan putih.

"Kalian terlalu banyak bicara, pasti sangat haus, kan?" Wanita itu kembali bicara lalu dengan santai berjalan ke depan beberapa aktris itu. Melirik sebentar air yang dibawanya lalu berkata: "Ambil sendiri kalau haus."

Sudut bibirnya tersenyum tapi nada suaranya jelas sekali kalau dingin dan merendahkan.

Para aktris tertegun.

Siapa wanita ini?

Apa alasannya bicara dengan nada seperti itu pada mereka?

Apakah staf? Tidak! Belum pernah melihatnya!

"Kamu siapa?"

Seorang aktris dengan nada suara tidak bersahabat bertanya.

"Aku orang yang memberikan kalian air." Jawab wanita itu dengan senyum.

Selesai bicara, tanpa menunggu para aktris mengambil air, tangan kanan wanita itu terangkat. Setelahnya botol air yang berada di dalam pelukannya jatuh ke depan para aktris tersebut.

"Ahh..."

Belum tersadar, para aktris itu tiba-tiba merasa mulutnya sakit, tanpa sadar mereka berteriak.

Ketika menunggu mereka sadar, seluruh aktris itu menutup mulutnya dengan tangan.

Tadi wanita itu memberikan air pada mereka, tapi tidak diduga botol air itu dijatuhkan di depan mulut mereka semua tanpa terkecuali. Dan kecepatan wanita itu bahkan tidak membiarkan mereka menangkap botol-botol air itu.

Tapi satu persatu aktris itu melihat, wanita di depan mereka, ketika melempar botol air itu sangat pelan dan santai.

"Kamu..."

Para aktris langsung marah, tapi ketika mereka ingin memakinya, wanita yang sudah tidak memegang botol itu menaikkan pundaknya, tanpa merasa bersalah bertanya: "Bahkan botol air pun kalian tidak bisa menangkapnya?"

Selesai bicara, wanita itu tidak memperdulikan lagi wajah suram para aktris. Wanita itu mendengus lalu memutar tubuhnya seperti ingin pergi.

Tidak disangka, ketika membalikkan tubuh, tiba-tiba dia melihat Tifanny Wen yang berada sepuluh langkah di depannya sedang melihat kemari.

Para aktris saat ini baru sadar kalau Tifanny Wen sudah selesai makan, dengan tangan kosong menghampiri mereka.

Ketika mereka sedang ingin berlari ke depan bertanya pada wanita berambut pendek yang jelas-jelas menindas mereka, tapi tiba-tiba mereka mendengar Tifanny Wen menatap wanita rambut pendek itu beberapa detik lalu berkata, "Apakah masih ada air? Aku haus sekali."

Ketika Tifanny Wen bertanya, tatapannya menilai wanita berambut pendek itu

Bagi Tifanny Wen, wanita di depannya adalah orang asing.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu