Cinta Setelah Menikah - Bab 230 Perempuan Beracun (2)

Perempuan ini… benar- benar beracun!

“Fanny, masalah giok, apakah kamu menyalahkanku?”

Setelah beberapa lama, suasana hati Yansen Mu menjadi sangat bahagia. Hanya memikirkan antusiasme yang jarang dari wanita, dia merasa tidak nyata. Dia memegangi wanita itu erat-erat dan bertanya dengan tidak mengerti.

Sebenarnya, dia mengira, Fanny akan marah, dan menjauhinya. Tidak terpikirkan….

“menyalahkanmu! Kamu melepaskan giok, dan menyakiti tanganku.”

Tifanny Wen dengan pasrah mengedipkan mata, “dan, giok itu, adalah kesukaanku. Hanya saja, kali ini melihatmu pertama kali tidak menurutiku, dan menurutku kamu pasti punya alasan tersendiri, jadi…. Kali ini aku tidak akan perhitungan denganmu. Tapi jika ada lain kali…. Kamu cari saja nona Emi itu.”

Dalam nada Tifanny Wen, dapat terdengar perasaan yang dia tahan.

Saat ini dia di peluk lelaki, kepalanya sedang di elus. Dan setelah mengucapkan kalimat ini, dia menciutkan badannya, Kaki yang bersandar padanya di bagian bawah lelaki itu, pada saat ini memiringkannya, memperingatkannya.

Tifanny Wen tentu saja mem-pedulikan masalah itu.

Perasaan kesal, dia juga mempunyainya.

Hanya saja, masalah kecil ini, tidak dapat di selesaikan dengan merajuk.

Kebanyakan saat, dia meyakini: mencintai seseorang, tidak membutuhkan alasan!

Terpikirkan kesulitannya di masa lalu dan sebelumnya lelaki ini begitu menerimanya.

Tifanny Wen merasa, lelaki ini hanya pertama kali melakukan hal yang tidak dia sukai. Saat dia melakukan kesalahan lelaki ini juga bisa memaafkan, saat lelaki ini baru melakukan hal yang kecil yang tidak dia sukai dia langsung tidak menerima, maka ini akan di sebut terlalu di manjakan.

Memaafkan dan pengorbanan, seharusnya di lakukan oleh kedua orang.

Jadi….

Dia tidak apa menggunakan sikap seperti ini agar lelaki ini memperhatikan dan mengutamakan suasana hatinya, bersamaan juga dapat menghargai dan menerimanya! Meskipun, dia menggunakan sikap “aktingnya” yang licik, tapi ini tidak berarti kalau suasana hatinya tidak nyata.

Misalnya, barusan, tadi saat dia mengatakan dia menginginkan lelaki ini, terlihat lebih inisiatif dari pada biasanya. Karena hatinya juga mengerti, lelaki ini dapat menahan diri, nafsunya sulit di tahan, jika tidak memuaskannya, hari ini sepertinya lelaki ini akan sulit tidur, jadi, dia merasa kasihan, dan tidak tega! Walau dia berpura – pura, tapi perasaannya nyata.

“Fanny, tenang saja, tidak ada lain kali!”

Yansen Mu mendengar kepasrahan dari suaranya, sejak awal sudah merasa kesal dalam hati.

“lepaskan tanganmu, tidur!”

Tifanny Wen saat ini sudah tidak ada suasana hati untuk membahasnya.

Sekarang dia sangat mengantuk. Hanya saja masalah itu sudah selesai, tangan lelaki itu masih berada di atas dadanya.

Tifanny Wen kesal, menggigit dada lelaki itu seakan memberikan pelajaran. Lelaki itu memegangnya maka dia menggigitnya!

Tifanny Wen menggigit sekali dan langsung melepaskannya, keluar dari badan lelaki itu dan membelakanginya, seakan gerakan bersembunyi.

Hanya saja jelas, dia tidak bisa sembunyi. Karena setelah lelaki itu tertawa “hehe”, langsung mengejarnya, tiba – tiba memiringkan badan, menyandarkan badannya, dan mencium ke arah dada perempuan itu….

“Fanny, jika seperti ini, akan membuat aku semakin tidak bisa menjauh darimu!”

Benar – benar racun, semakin mendekatinya semakin tidak bisa menjauhinya!

Hanya saja, gadis ini jelas – jelas sudah mengantuk.

Yansen Mu pasrah, hanya bisa tidur……

….

Tuan Mu yang sakit, malam ini, jelas – jelas lebih bersemangat dari pada orang biasa.

Hanya saja, sakit ini , tetap punya kegunaannya.

Misalnya, hari kedua, biasanya lelaki ini meskipun tidur se malam apa pun juga dapat bangun tepat waktu, hari ini justru tidur sampai siang.

Dan, dia tidur lebih lama dari pada Tifanny Wen.

Karena, saat Tifanny Wen bangun, lelaki itu masih tertidur.

Pada akhirnya, dia terbangun karena ucapan perempuan itu “a…. preman!”

Bukankah preman!

Pagi – pagi, saat Tifanny Wen membuka matanya, menyadari di atasnya ada badan lelaki. Telinga lelaki itu menempel di dadanya, tangannya masih berada di dada kanannya, hingga membuat lehernya sedikit gatal.

Tifanny Wen tertawa tidak tahu harus berkata apa, lelaki ini. Tidak mungkin tertidur di atasnya seperti ini bukan!

Tifanny Wen teriak, dan langsung menampar wajah lelaki itu Secara natural.

Yansen Mu terbangun karena teriakan itu.

Dia tercengang, membuka matanya. Merasakan wajahnya sedikit kesakitan, sedangkan melihat tangan Tifanny Wen masih terangkat, tangan lelaki itu langsung menangkap tangannya, dan dengan gugup bertanya: “kenapa? Tangan mu sakit? Apakah terkena tanganmu?”

Yansen Mu tidak mendengar kata “preman”, hanya mendengar perempuan itu berteriak “a”.

Dia menundukkan kepala, melihat tangan Tifanny Wen yang terbungkus, wajahnya terlihat tegang.

“ti… tidak….”

Tifanny Wen tiba-tiba merasa tidak marah lagi. Tangan lainnya segera pergi ke samping untuk mencari pakaian untuk menutupi tubuh telanjangnya. Di malam hari, saat benar-benar telanjang, lampu-lampu dimatikan sepenuhnya. Dia terlihat lebih natural saat lelaki itu dia tidak menatapnya. Tetapi selama itu dapat terlihat dengan jelas, Tifanny Wen menyadari….. bahwa dia tidak bisa bersikap alami meskipun sudah berlalu begitu lama.

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu