Cinta Setelah Menikah - Bab 140 Seumur Hidupku Ada Kamu (2)

Jika sebelumnya bukan karena berhadapan dengan Tifanny Wen dan tidak ada petugas yang menghalangi, pria itu bisa menjamin bahwa dirinya sudah berkelahi dengan kumpulan orang tersebut.

"Jika kamu berani membuat masalah, kami sudah terlebih dahulu memukulmu. Jangan lupa apa yang pernah Tifanny katakan, kita harus menjadi pribadi yang berkualitas, tahu tidak? Kita tidak mungkin membuat Tifanny malu. Orang-orang kasar tidak terpelajar itu, membuat Tifanny malu karena mereka menjadi Wens. Baguslah mereka sudah pergi." Seorang penggemar wanita yang bijak menjawab: "Ingat. Kalian cukup mengingat insiden ini saja. Buang waktu kalian untuk mendukung Tifanny dan belajar, jangan membuat masalah yang bisa menjelekkan Tifanny. Jika ada yang berani membuat Tifanny nantinya menutupi kesalahan karena perilaku tidak bijak kalian, nantinya jangan menyebut diri kalian sebagai Wens. Grup Wens tidak menyambut kalian yang tidak berkualitas."

Jelas sekali bahwa penggemar wanita itu adalah ketua dari grup Wens. Begitu dia berucap, penggemar yang lain mendengar dengan seksama. Penggemar yang emosi dan kesal setelah mendengar ucapan tersebut merasa agak tidak bersedia, tapi mereka memilih untuk sabar.

Benar, jika mereka membuat masalah, itu hanya membuat nama Tifanny Wen semakin jelek.

"Tapi Tifanny bernyanyi dengan sangat merdu. Siapa di antara kalian yang memiliki bakat dan bisa memberikan Tifanny sebuah lirik lagu?" Tiba-tiba seorang penggemar memberi saran.

Akhirnya, kerumunan besar itu berkerumun bersama dan benar-benar memikirkan untuk membuat sebuah lirik lagu.

……

Setelah menyelesaikan acara jumpa penggemar, Tifanny Wen tidak kembali ke rumah. Walaupun sekarang sudah menunjukkan pukul sekitar empat atau lima sore, tapi dia... tidak memiliki keinginan untuk kembali ke rumah.

Setelah pergi dari lokasi acara, Tifanny Wen memakai masker dan kacamata hitam. Alasannya karena untuk menutupi identitasnya. Saat dia berjalan di jalanan juga tidak ada orang yang mengenali.

Tifanny Wen melihat sekumpulan orang yang berlalu lalang, sudut bibirnya yang berada di dalam masker melengkungkan senyum tipis.

Tapi senyuman ini adalah senyum dingin dan kesedihan.

Tifanny Wen berpikir, jika saat ini dirinya melepas masker dan kacamata hitamnya, mungkin akan membuat orang-orang di jalan memukulnya.

"Sungguh jahat."

Orang-orang yang melewati Tifanny Wen, saat ini memandanginya tidak suka sambil menutup hidung dan berjalan menjauh.

Tifanny Wen belum mengganti bajunya dan juga belum mengelap cairan telur busuk di bahunya. Tifanny Wen meninggalkan lokasi acara dengan kondisi seperti ini dan meminta manajer serta Melly untuk tidak mengikutinya.

Seluruh tubuhnya dipenuhi aroma telur busuk, sebenarnya Tifanny Wen tidak terkejut jika orang di sekeliling bersikap dingin padanya. Tifanny Wen berjalan ke depan, setelah berjalan setengah jam, dirinya tidak tahu sudah berjalan kemana.

Tadi Tifanny Wen hanya ingin diam sendirian sambil berjalan-jalan. Lebih bagus jika bisa berjalan-jalan di sudut jalan yang terpencil dan tidak ada orang. Setelah mengatur perasaan, barulah dia kembali ke rumah, lalu besok kembali bekerja dengan berani...

Tidak disangkanya, setelah berjalan terus-terusan, Tifanny Wen sadar bahwa dirinya tersesat.

Sebenarnya tempat ini cukup terpencil. Saat ini Tifanny Wen sudah jauh dari jalan besar. Di depannya ada rerumputan, di atasnya ada pepohonan yang layu.

Tifanny Wen memilih pohon layu yang paling besar lalu duduk di bawah pohon itu. Tifanny Wen memeluk kedua lututnya, dalam diam menatap rerumputan di depannya. Wanita itu teringat beberapa hal di masa lalu...

Lalu tiba-tiba Tifanny Wen mengeluarkan sebuah foto dari tas.

Foto itu adalah foto dari ponselnya yang dia suruh orang lain untuk mencetak.

Latar belakang foto tersebut adalah negara F. Orang yang ada di foto adalah dirinya dan gadis muda bernama 'Sherina'.

Akhir-akhir ini, Tifanny Wen tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Semakin lama semakin banyak kenangan empat tahun yang lalu di kepala. Ingatan itu paling banyak tentang Daniel An.

Orang lain yang ada di ingatannya adalah gadis muda yang ada di foto itu, Sherina. Saat ini Tifanny Wen perlahan-lahan bisa mengembalikan ingatannya dan yakin kalau itu Sherina, nama gadis muda itu.

Tifanny Wen tidak tahu mengapa, ketika ingatannya sedikit demi sedikit kembali, keinginan Tifanny menjadi 'Mega bintang internasional' semakin kuat.

Dia bisa merasakan, ketika perlahan-lahan ingatannya kembali, rongga dadanya seperti membara akan rasa antusias dan keinginan. Membuatnya merasa harus mewujudkan mimpi.

Karena...

Di dalam ingatannya, sebelum Sherina meninggal, gadis itu menggenggam tangannya dan tersenyum...

Gadis muda berambut emas, dari bibir gadis itu keluar darah segar, dia menggenggam tangan Tifanny Wen. Mata Sherina dipenuhi dengan harapan dan penantian. Dari mata gadis itu, Tifanny Wen bisa melihat sebuah rencana...

"Tif... Tifanny.. aku... aku sangat ingin menjadi artis top internasional dan mendapatkan piala paling bergengsi di dunia dalam bidang perfilm-an. Sa... sayangnya, aku tidak mendapatkan kesempatan. Tifanny, mimpi kita nanti, ha... hanya kamu yang bisa mewujudkan. Di surga nanti aku akan melihatmu memegang piala bergengsi itu."

……

Tifanny Wen menggoyangkan kepala, teringat bahwa ucapan itu sering muncul dalam ingatannya. Suara itu seakan melawan. Tapi di dalam hati, Tifanny Wen mengerti lebih dari siapapun, setiap kali muncul suara ini dari kepalanya, hati Tifanny Wen merasa berat, rindu serta sakit seperti dihantam.

Sherina ini, pasti adalah gadis baik yang memiliki mimpi yang sama dengannya dan dia temui empat tahun yang lalu.

Hanya saja, kenapa dia meninggal? Tifanny Wen tidak bisa mengingat. Tifanny Wen hanya ingat hal sebelum gadis itu meninggal...

Hanya saja...

Sherina, sepertinya aku semakin jauh dari mimpi itu.

Setidaknya, jika dirinya tidak bersalah atas insiden kecelakaan itu, dia tidak akan mendapatkan kenyamanan di dunia hiburan lagi.

Tshh....

Langit, entah kapan turun hujan deras dari langit.

Wanita yang bersandar di bawah pohon layu tanpa penadah apapun, masih belum berdiri dan pergi. Wanita itu mengingat kembali peristiwa masa lalu serta berbagai peristiwa hari ini. Wanita itu mengusap pipinya, sudah tidak mengenali yang basah di pipinya air mata atau air...

……

"Nona Melly, Tifanny tidak kembali ke perusahaan, juga tidak mencari Febby."

"Hah? Tifanny belum kembali ke rumah? Apa yang terjadi dengan Tifanny?"

"Melly? Tifanny tidak mencariku. Aku selalu berada di lembaga penelitian. Ada apa?"

……

Melly beberapa kali menelpon orang-orang yang dikenalnya, ingin tahu Tifanny Wen pergi kemana tapi tidak ada hasilnya.

Melly agak panik.

Saat ini sudah pukul delapan malam.

Di luar turun hujan deras. Kemana perginya nyonya?

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu