Cinta Setelah Menikah - Bab 260 Malam Ini Tinggal Disini (2)

Hukkkkk..................

Kelihatannya, sementara ini tidak kuliah. Untungnya semester awal bukan mata kuliah jurusan.

Tifanny Wen menjawab terbiasa dengan tidak tegas. Kemudian dia menanyakan beberapa kata pada ayah Mu. Tetapi ayah Mu bukanlah orang yang suka berbicara. Sehingga perbincangan mereka pun tidak lama, ayah Mu melihat jam, lalu mengatakan bahwa dirinya ingin pergi beristirahat.

Tifanny Wen pernah mendengar jika ayah Mu ini adalah orang yang sangat disiplin. Waktu tidur dan sebagainya, pasti akan tidur dengan tepat waktu.

“Porsi makan Yansen biasanya sangat besar.” Tetapi sebelum ayah Mu pergi, tiba-tiba berkata: “Kamu juga belum kenyang kan. Jika tidak sesuai selera dengan makanannya, tambah sedikit camilan malam, pelan-pelan saja makannya. Malam ini jangan pulang dulu. Besok temani ayah sarapan pagi.”

Tifanny Wen termangu, kemudian dia menyanggupi sambil menganggukkan kepala.

Ayah Mu pergi meninggalkan ruangan, Tifanny Wen masih termangu di tempatnya, ekspresinya wajahnya sedikit bengong melihat beberapa hidangan yang ada di atas meja.

Porsi makan Yansen Mu biasanya sangat besar?

Apakah maksud perkataan ayah adalah Yansen Mu masih belum kenyang?

Saat Tifanny Wen berpikir seperti itu, tiba-tiba dia memegang perut.

Sebenarnya, saat Yansen Mu pergi, dia juga meletakkan sumpitnya, padahal dia belum makan seberapa. Sepertinya.....................masih sedikit lapar!

Lapar memang lapar, tetapi dia tidak ingin makan.

“Kakak ipar, kamu jangan tersinggung ya. Paman menyuruh Yansen mengantar Gu itu hanya sebagai tindakan sopan saja. Paman melakukan ini karena dia menganggap Gu sebagai orang asing.” ucap Baim Su yang saat ini masih makan disana.

“Iya.” Tifanny Wen menganggukkan kepala.

Meskipun entah perkataan Baim Su ini hanya menghibur atau memang benar seperti itu, tetapi...............perkataan ayah Mu juga tidak begitu mempengaruhi suasana hatinya.

Hal yang sebenarnya mempengaruhi perasaan dia adalah............

Yansen Mu benar-benar pergi!

Sopan?

“Hmmmmm!” Tifanny Wen bergumam didalam hati, dia tidak mengatakan apapun, tiba-tiba berbalik badan, lalu berjalan keluar.

Sopan dan sebagainya, dia tidak bisa memperlakukan seseorang yang tidak disukainya itu dengan sopan.

Dia tidak percaya jika Yansen mu adalah orang yang begitu sopan. Dia begitu mudah menyanggupinya, apa yang ingin dia lakukan?

Tifanny Wen marah!

Marah hingga ingin meninggalkan tempat ini sekarang juga dan pergi jauh dari sisi Yansen Mu.

Tetapi dia mengerti maksud dari perkataan ayah Mu. Dia menyuruh dirinya tinggal disini malam ini dan besok ikut sarapan pagi bersama sekeluarga, dirinya tentu saja tidak boleh mengabaikan perkataannya dan meninggalkan tempat ini sekarang juga.

Hanya saja...................

Sikap ayah Mu ini................benar-benar khas.

Dia pasti mengerti dirinya sedang berselisih dengan Yansen Mu, juga mengerti dirinya tidak begitu senang berinteraksi dengan Nara Gu. Tetapi, dia tidak menyinggung apapun, seolah tidak terjadi masalah apapun, bahkan tidak mengatakan satu kata pun.

Tetapi Samuel Mu malah seolah tidak senang terhadap dirinya.

“Nona Muda, aku antar kamu pergi ke kamarmu.”

Tifanny Wen belum lama keluar dari restoran, dia langsung bertemu dengan seorang pelayan yang berjalan mendekati dirinya, di tangannya membawa sebuah kartu kamar, lalu langsung berkata pada Tifanny Wen.

Tifanny Wen termangu.

Didalam hatinya mengerti bahwa ini pasti adalah perintah ayah Mu, dia berkata sambil menganggukkan kepala: “Ok.”

..............................

Sebenarnya, waktu yang dikeluarkan oleh Tifanny Wen dari makan hingga pergi ke kamar ini tidak lama. Saat ini, Yansen Mu juga belum lama pergi membawa Nara Gu meninggalkan hotel.

“Yansen, apa maksud kamu? bukankah kamu sudah mengatakan akan mengantarku pulang?”

Di jalan, Nara Gu termangu sejenak melihat Yansen Mu memanggil sebuah mobil taksi biasa, dia bertanya dengan raut wajah yang tiba-tiba muram.

Jika benar-benar ingin mengantar dirinya, bagaimana mungkin dia memanggil taksi?

Nara Gu mengira Yansen Mu akan naik mobil bersama dirinya.

“Bukankah ini sama saja?” ucap Yansen Mu.

“Yansen, apa kamu tidak mengira jika sikap kamu seperti ini sangat tidak sopan?” tanya Nara Gu: “Apa mungkin kamu sudah melupakan hubungan pertemanan diantara kita?”

“Tidak sopan?” Yansen Mu mengulang kata ini dengan pelan,tiba-tiba tersenyum sadis, dia berjalan beberapa langkah mendekati Nara Gu, berkata satu kata demi kata: “Katakan saja, apa yang terjadi dengan kejadian reporter pada hari ini?”

“Reporter?” Nara Gu kesal, “Yansen, apa maksud kamu? kamu mengira aku yang mengundang beberapa reporter itu?”

“Apa bukan?” Yansen Mu balik bertanya.

“Jadi, apa kamu turun ke bawah bersamaku hanya demi memperingatkan aku?” Nara Gu tiba-tiba tersenyum.

Tetapi senyumannya ini terlihat aneh, senyumannya ini hanya pura-pura, “Atau kamu memanfaatkan aku agar membuat istrimu itu cemburu?”

“Tebakanmu benar, kamu boleh pergi sekarang.” jawab Yansen Mu.

Maksud dari perkataannya adalah dia membenarkan perkataan Nara Gu.

Membenarkan bahwa dia memiliki maksud semacam memperingatkan dia.

Salah satu alasan dia turun ke bawah adalah untuk memperingatkan dia.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu