Cinta Setelah Menikah - Bab 315 Aku Yang Akan Mengurusnya (1)

Setelah mendengarnya, dahi Tifanny Wen berkerut.

Mau si Han nomor kedua meninggal atau pada akhirnya kejadian aslinya akan diketahui orang lain, itu semua bukanlah hal yang Tifanny Wen ingin lihat.

Ketika masalahnya sudah sampai di titik ini, kembali mengurung Tiara Han sudah tak berarti lagi. Jika si Han nomor dua sungguh terbunuh, permusuhan dengan Elang Hitam pasti sangat besar. Yang diributkan bukan masalah dirimu yang mati tetapi bagaimana aku bisa menerima akhiran yang seperti ini.

Tentu saja Tifanny Wen mengerti jelas kalau Yansen Mu tidak akan mempermasalahkan akhir yang seperti ini.

Tapi Tifanny Wen tidak suka kondisi yang seperti ini. Tifanny Wen merasa, lebih baik Yansen Mu kembali fokus ke tugasnya, untuk sementara waktu jangan dipengaruhi oleh masalah lain.

Terpikirkan hal ini, Tifanny Wen bicara: "Kita lepaskan Tiara. Tidak ada gunanya membiarkannya tetap tinggal di sini."

Yansen Mu berpikir sebentar lalu mengangguk.

Ya benar, tak berguna. Tiara Han bisa langsung diurus.

Tifanny Wen mendongak, menatap ekspresi mata Yansen Mu. Begitu melihat, Tifanny Wen langsung bisa menebak pikiran pria itu, Tifanny Wen memeletkan lidah lalu langsung mengalungi leher Yansen Mu dan berkata: "Urusan Tiara, biar aku saja yang urus."

"Baik." Yansen Mu tidak menolak.

Tifanny Wen ingin bermain-main, Yansen Mu pun mengikuti.

"Lalu... sekarang energimu yang besar ini harus kamu gunakan untuk mencaritahu tugasmu." Tifanny Wen memperingatkan Yansen Mu, "Hal yang lain untuk sementara singkirkan dulu. Konstentrasimu tidak boleh terpecah belah. Contohnya, balas dendam demi diriku."

Yansen Mu merasa lucu sekali. Wanita ini mengkhawatirkan dirinya tak bisa membedakan mana prioritas atau bukan?

Tentu saja Yansen Mu tidak menyingkirkan persoalannya sendiri. Apa hal ini juga harus diajari oleh Tifanny Wen?

Baiklah....

Yansen Mu mengaku, dirinya memang agak tidak bisa mengetahui batasan.

Yansen Mu tidak menyangkal, hanya mengangguk setuju. Hanya saja, teringat komentar publik hari ini, Yansen Mu mengerutkan alisnya lalu berkata: "Pekerjaanmu lebih kacau dari milikku. Selama ini aku belum pernah melihat pekerjaanmu aman dan tentram."

Tifanny Wen membeku.

Dengan cepat Tifanny Wen sadar apa yang dibicarakan Yansen Mu. Tifanny Wen mengangkat bahunya tak peduli lalu menjawab: "Tidak apa, aku sudah terbiasa. Lagipula aku Tifanny, terserah mereka ingin memfitnah apa. Masalah ini, kamu juga tidak boleh ikut campur. Lagipula aku tak peduli."

Yansen Mu menunduk, melihat Tifanny Wen selama beberapa detik. Melihat Tifanny Wen seperti tidak terpengaruh sama sekali oleh komentar di internet dan teringat kali ini namanya difitnah lagi. Hanya tinggal menunggu, beberapa gosip ini pasti akan hilang dengan sendirinya.

Tetapi dahi Yansen Mu masih sangat berkerut. Jelas sekali pria itu tidak senang mengingat masalah ini. Bagaimana bisa di internet ada begitu banyak orang yang bicara sembarangan.

Begitu melihat ekspresi mata Yansen Mu, Tifanny Wen mengulurkan tangan mengusap dahi Yansen Mu, dengan lembut mengelus kerutan di dahi Yansen Mu. Sampai akhirnya melihat Yansen Mu memperlihatkan wajah, baru Tifanny Wen bersiap menarik kembali tangannya.

Hanya saja, sebelum menarik tangannya, tangan Tifanny Wen sudah digenggam Yansen Mu. Tangan Yansen Mu yang menyentuh bagian pinggang Tifanny Wen saat ini juga memegang semakin erat. Tubuh Tifanny Wen mengikuti gerakan Yansen Mu, tanpa sadar mendekat beberapa langkah ke Yansen Mu, dahi Tifanny Wen bertabrakan dengan dada bidang Yansen Mu.

Tifanny Wen mendongak, lalu melihat Yansen Mu menunduk dan mencium tangannya lembut. Wajah Tifanny Wen saat itu juga berubah panas, Tifanny Wen membenamkan wajahnya ke dalam dada Yansen Mu, satu tangannya lepas dari genggaman tangan Yansen Mu lalu melingkar ke pinggang pria itu. Tifanny Wen mencubit keras pinggang Yansen Mu yang terhalang oleh baju, dengan suara rendah berkata: "Keras sekali! Pinggangmu terbuat dari batu!"

Mendengar nada suara Tifanny Wen yang seolah mengabaikannya, tiba-tiba wajah Yansen Mu menggelap.

Dirinya adalah seorang pria dewasa. Apakah tubuhnya masih bisa lembek tak bertulang?

Tapi wanita ini berani mencubitnya? Apakah Tifanny Wen sedang menggodanya?

Yansen Mu membungkukkan tubuhnya lalu menggendong Tifanny Wen ala bridal style. Tidak peduli wanita ini tiba-tiba melotot padanya, dengan langkah besar Yansen Mu berjalan ke ranjang. Setelah itu meletakkan tubuh Tifanny Wen di atas ranjang dengan maksud yang sangat jelas.

Wajah Tifanny Wen memerah, teringat dirinya belum mandi lalu langsung diangkat seperti ini. Saat Tifanny Wen sedang berpikir, Tifanny Wen sudah melihat Yansen Mu sudah duduk, pandangan pria itu jatuh ke tubuhnya, ada sorot antuasias pada mata Yansen Mu.

"Kamu... kamu lihat apa?" Tiba-tiba Tifanny Wen merasa tidak nyaman.

Walaupun ini bukan pertama kalinya Tifanny Wen dilihat seperti ini oleh Yansen Mu. Tapi Tifanny Wen belum pernah merasakan tatapan serius Yansen Mu yang melihat dirinya dari atas sampai bawah. Tifanny Wen menebak, apakah ada sesuatu yang aneh di tubuhnya? Tifanny Wen terus berpikir sampai merasa tak biasa.

Yansen Mu tidak menjawab. Tiba-tiba pria itu mengulurkan tangannya menyingkirkan wajah buatan yang ada di wajah Tifanny Wen lalu meletakkannya di meja sebelah. Yansen Mu melepas rambut palsu Tifanny Wen, lalu terlihat rambut asli Tifanny Wen yang lembut. Yansen Mu kembali menatap Tifanny Wen, tiba-tiba mengangkat dagu Tifanny Wen, tatapan matanya agak berbeda: "Kamu yang seperti ini, selalu membuatku merasa bersalah karena memiliki hubungan dengan wanita muda sepertimu."

Begitu mendengar ucapan tersebut, Tifanny Wen langsung mengerti. Tifanny Wen menunduk sebentar melihat tubuhnya.

Hari ini Tifanny Wen mengenakan seragam sekolah. Setelah hari dimana Tifanny Wen ikut audisi pertama di universitas Nanqiong, ini adalah kali kedua Yansen Mu melihat Tifanny Wen memakai seragam sekolah.

Bagaimanapun juga dirinya adalah publik figur, ketika muncul di panggung Tifanny Wen akan memakai banyak riasan yang membuatnya terlihat dewasa, pakaian merek terkenal pun cukup banyak yang dia pakai. Hari ini Tifanny Wen malah memakai seragam sekolah yang sederhana, terlihat muda dan cantik, riasannya sederhana dan menawan, seperti kembali ke Tifanny Wen yang berumur delapan belas tahun. Di hari biasanya, sangat jarang melihat Tifanny Wen memakai gaya seperti ini.

Tifanny Wen ingat umur Yansen Mu lebih tua darinya beberapa tahun. Pantas saja pria itu memiliki penyesalan seperti ini.

Tifanny Wen merasa tidak enak hati, sangat malu dilihat seperti ini oleh Yansen Mu. Tifanny Wen melotot sebentar ke Yansen Mu lalu bersiap turun dari atas ranjang.

Tapi jelas sekali, seseorang tidak berencana hanya melihat Tifanny Wen saja. Yansen Mu kembali menarik Tifanny Wen masuk ke dalam pelukannya lalu menunduk, mencium dahi Tifanny Wen dengan lembut. Satu tangan Yansen Mu yang kosong saat ini sudah mulai membuka kancing kemeja Tifanny Wen.

Selama seminggu tak bertemu, wanita ini semakin membuatnya tergila-gila.

"Kamu yakin ingin seperti ini sekarang?" Tifanny Wen menaikkan alisnya, sebenarnya bukan menghentikan keinginan Yansen Mu. Tifanny Wen tersenyum licik, mengangkat dagunya tinggi-tinggi, sengaja memperlihatkan wajahnya yang seperti anak kecil. Wajah itu seperti... murid wanita yang polos berumur delapan belas tahun.

Yansen Mu menunduk, diam-diam mengumpat.

Kemampuan akting istrinya sangat bagus dan juga beracun!

"Kamu tidak menginginkanku?" Tanya Yansen Mu.

Lagipula sudah tujuh hari tidak bertemu. Bagi Yansen Mu ini sudah siksaan.

"Ingin." Jawab Tifanny Wen.

Sambil menjawab, sambil Tifanny Wen menarik tangan Yansen Mu lalu membuka beberapa kancing bajunya sendiri. Setelah itu Tifanny Wen berhenti, melepas tangannya. Yansen Mu menunduk melihat bagian depan tubuh Tifanny Wen yang naik turun, tiba-tiba kerongkongan Yansen Mu tercekat, mulut dan lidah pria itu agak kering. Tanpa berpikir banyak, Yansen Mu membungkuk, langsung mencium Tifanny Wen dan kembali menekan tubuh Tifanny Wen.

Hanya saja....

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu