Cinta Setelah Menikah - Bab 427 Pernikahan

Kira – kira satu jam kemudian, Tifanny Wen baru tertidur. mungkin kepulangan Yansen Mu sudah sampai ke telinga Keluarga Mu, jadi tidak ada yang berani datang untuk mengganggu waktu berdua mereka.

Saat Tifanny Wen terbangun, sudah mendekati jam 7 malam . Jika sesuai dengan peraturan sebelumnya, di kondisi ini dia pasti masih tersadar, dan orang di sebelahnya pasti sudah bangun duluan. Tapi saat Tifanny Wen membuka matanya, menyadari Yansen Mu masih di sebelahnya. Dia tidak tidur, membuka matanya dan melihat ke arahnya. Hingga Tifanny Wen juga melirik ke arahnya, dia baru berkata: “lapar tidak?”

Tifanny Wen mengelus perutnya, “sedikit.”

Dia bahkan makan sore saja belum sempat, tidur hingga sekarang mendekati jam 7, apakah bisa tidak lapar?

Akhirnya setelah dia selesai berbicara, lelaki yang ada di sampingnya bergerak mendekatinya, berbisik di telinganya berkati: “aku suapi”. Wajah Tifanny Wen seperti dilemma, saat menyadari maksud kalimatnya dia ingin mendorongnya, tapi sudah tidak sempat, sekali lagi dia memasuki saat yang tidak tenang. Menunggu setelah dia selesai makan malam, sudah jam 8.

“apakah hari ini pulang?” setelah Tifanny Wen memakan camilan, dia bertanya kepada orang yang duduk di seberangnya, lelaki yang terus melihat dirinya.

Di depannya juga terdapat camilan, tapi Ttifanny Wen tidak melihat dia memakannya. Selama ini lelaki itu terus melihatnya, yang membuat Tifanny Wen yang sedang makan tidak begitu nyaman. Semua orang berkata seseorang yang cantik bisa mengenyangkan, apakah sekarang dia bisa berpikir, kalau lelaki ini bisa kenyang dengan melihatnya?

“tidak pulang.” Yansen Mu berkata.

Dia tahu yang di maksud Tifanny Wen “pulang”, adalah Rumah Keluarga Mu

“kalau begitu besok pulang?” Tifanny Wen bertanya.

Akhirnya dia melihat raut wajah Yansen Mu yang tidak begitu enak di lihat.

Lelaki itu terdiam, tidak menjawab.

Tifanny Wen mengulurkan tangannya, memegang tangannya, berkata: “masalah yang sudah lalu biarkanlah berlalu. Kita jangan memikirkan masalah itu lagi, baik tidak? Hidup di masa ini, menghadapi masa depan, baik tidak?”

“Fanny….”

“kamu masih belum putri.” Tifanny Wen tiba – tiba berkata.

Yansen Mu tercengang.

Putri?

Melihat kebahagiaan Tifanny Wen menghilangkan pikirannya yang tidak – tidak, saat ini, Yansen Mu baru teringat tahun itu masalah Tifanny Wen hamil.

Anak itu, ternyata… belum keguguran?

“dia ada di Keluarga Mu.” Tifanny Wen berkata.

Baru mengatakan kalimat itiu, tidak begitu lama ponsel Tifanny Wen berbunyi. Setelah dia mengangkatnya, dia membuka pengeras suara, Yansen Mu mendengar suara yang lembut, “mami, mami…”

Alis Yansen Mu terangkat, tiba – tiba pandangannya terpaku pada ponsel Yansen Mu.

“iya, ada mami.” Tifanny Wen tersenyum, “apakah hari ini kamu patuh?”

“mami, ee… kakak…. Kakak mencubit wajahku lagi…” Moli Mu sudah terisak – isak di samping. “mau tidur bersama mama, tidak mau bersama kakak…..”

Moli Mu yang berumur 7-8 bulan. Ucapannya tidak begitu jelas. Hanya saja jika di dengar dengan teliti, masih bisa mengerti apa yang dia ucapkan.

“pu….” Tifanny Wen tersenyum meledekk.

“mama, mau bersama mu…. huhuh….” Moli Mu masih terus menangis.

“baik, segera kembali.” Tifanny Wen langsung menyetujuinya.

Setelah dia mematikan telepon, tersenyum ke arah Yansen Mu, “sekarang, masih mau kembali tidak?”

Yansen Mu berdiri, ke sebelahnya lalu merebut ponselnya, “mengapa mematikan begitu cepat?”

Ujung bibir lelaki itu, sekarng sudah terlihat senyuman yang jarang terlihat.

“jika tidak di tutup, apakah kamu mau berbicara?” Tifanny Wen memonyongkan bibir, “anak itu tidak bisa memanggil ayah, lagi pula, dia tidak mengenalmu.”

Yansen Mu melihat Tifanny Wen tidak memberikan ponsel kepadanya, juga tidak panik. Menundukkan badannya, lalu menggendong perempuan ini, “kita, pulang.”

Tifanny Wen melihat wajah Yansen Mu, merasa ekspresi lelaki itu sangat senang, sangat bahagia, tapi di alisnya terlihat sedikit khawatir. Mungkin dalam sehari, tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia bisa kehilangan perempuan ini, atau mungkin karena masalah Keluarga Mu yang tidak bisa dia terima dalam waktu secepat ini…. Tapi, dia dapat pulang bersamanya, sudah membuktikan kalau dia sudah pelan – pelan berjalan keluar dari masa lalu.

Sekarang, tidak penting.

Yang paling penting, dia pelan – pelan akan terbiasa.

Dia dan lelaki ini, pasti akan ada masa depan yang masih jauh…

“lepaskan, aku bukan anak kecil.”

Tifanny Wen melihat Yansen Mu ingin menggendongnya keluar, pelan – pelan mulai memberontak. Meskipun ini sangat nyaman, tapi jika di lihat orang, akan seperti apa.

“tidak mau.” Yansen Mu membalas. Dia tidak mau menghilangkan kesempatan untuk menebus kesalahan masa lalu.

“turunkan aku, aku mau membicarakan satu hal yang serius.” Tifanny Wen berkata dengan wajah serius.

“katakan seperti ini.”

Yansen Mu saat mengatakan kalimat ini, dia sudah berjalan keluar,

memasukkan Tifanny Wen ke dalam mobil.

“aku, mengangkat seorang anak, namanya Nathan Mu.” Tifanny Wen tiba – tiba berkata.

“baik.” Yansen Mu menganggukkan kepala.

“itu adalah anak orang lain.”

“tidak apa.” Yansen Mu terus berkata.

“Yansen Mu.” Tifanny Wen memegang tangan lelaki itu yang sedang menyetir, “apakah kamu sedang mendengarkan ucapanku?”

Pertanyaan begitu serius, bagaimana dia bisa menjawabnya seperti ini, menjawab dengan asal mengiyakan. Sebenarnya apakah dia mendengarkan atau tidak?

Yansen Mu tidak memalingkan kepala ke arah Tifanny Wen, begitu melihat reaksinya, dia baru mengerti kalau perempuan ini salah paham.

“Fanny, aku benar – benar mendengarkannya.” Yansen Mu berkata; “aku sangat serius, benar.”

“kamu…” Tifanny Wen tadi ingin mempertanyakan apa, lelaki ini justru sudah memasukkannya ke dalam pelukannya, lalu memirinkan badan, dan mencium bibirnya. Hingga Tifanny Wen kesulitan bernapas, baru melepaskannya, memasukkan kepalanya ke dalam kepala, dengan mantap mengatakan: “aku benar – benar sudah mendengarkannya. Fanny, kamu bisa kembali, adalah hadiah paling besar yang di berikan Tuhan kepadaku. Kamu tidak perlu meminta pendapatku, apa yang kamu inginkan, aku punya, maka aku akan memberikan padamu, apa yang ingin kamu lakukan, aku akan mendukung, tidak akan mengatakan tidak.”

“sisa hidupmu lalui bersamaku, selamanya hanya perlu bertanya pada dirimu, apakah kamu menginginkannya atau tidak.”

Tifanny Wen mengedipkan matanya, tiba – tiba mengangkat kepala.

Yansen Mu juga sedang menundukkan kepala, melihat ke arahnya.

“….” Tifanny Wen tiba – tiba tidak bisa berbicara, bingung bagaimana menjawab kalimatnya.

Tidak ada yang lebih mengerti analisis mikro ekspresi daripada dirinya yang yakin betapa serius wajahnya saat ini. Tifanny Wen tiba – tiba merasa hidung dan matanya sedikit masam, kepalanya tiba – tiba kosong, rasa terharu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, membuat dia saat ini tidak ingin memikirkan apa pun hanya ingin terhanyut dalam keadaan seperti ini. Dia selalu mengira kalau tuan ini tidak bisa mengatakan kalimat romantis, tapi saat ini, dia merasa lelaki ini, sebenarnya…

“hanya saja, Fanny, aku punya satu permintaan terhadapmu.” Akhirnya Tifanny Wen belum kembali dari rasa terharunya, Yansen Mu lanjut membuka mulut.

“katakan.” Tifanny Wen memegang tangan Yansen Mu, tersenyum lembut.

“apakah kamu ingin mengadakan pesta pernikahan?” tanyanya.

“a? ini, aku rasa tidak perlu. Hanya formalitas saja.” Tifanny Wen membalas.

“tidak bisa, besok aku meminta orang untuk mengurus masalah pernikahan.”Yansen Mu berkata.

“….” Tifanny Wen.

“kamu suka pernikahan seperti apa?”

“bukankah tadi masih mengatakan, semua pemikiranku sama dengan pemikiranmu? Aku tidak ingin pernikahan.” Wajah Tifanny Wen masam.

“tidak bisa!” Yansen Mu berkata dengan serius: “pernikahan harus di adakan.”

“Yansen… Mu….”

Sebuah pukulan dari “perempuan lembut”, mendarat ke atas kepala tuan Mu….

….

Satu tahun kemudian.

Beberapa hari yang lalu drama , Tifanny Wen yang mendapatkan piala perempuan dengan rating penonton tertinggi, dia mengcancel semua jadwalnya, hari ini, dia mengenakan dress pernikahan yang hanya khusus menjadi miliknya.

Dress pernikahan? Tentu saja dia pernah memakainya. Sebelumnya saat akting atau pemotretan, kebanyakan akan memelukan keadaan untuk memakai dress ini. Sebelumnya dia hanya merasa, itu hanya sekedar pakaian.

Tapi hari ini saat dia memakai dress pernikahan yang menjadi miliknya, dia baru merasa, dress yang di pakai di pemotretan, dengan dress yang dia pakai di pernikahan, makna dan perasaan yang di berikan, sama sekali berbeda.

Satu tahun yang lalu dia kembali kepada Yansen Mu. lelaki itu selalu memintanya untuk mengadakan pesta pernikahan yang besar. Tapi dia selalu mengundurnya, hingga satu tahun kemudian baru sempat di adakan. Awalnya terhadap sesuatu yang formalitas seperti ini, Tifanny Wen tidak suka, bahkan dia merasa tidak begitu perlu, tapi saat ini ternyata… berbeda dari tebakannya, dia merasa tegang dan juga terharu, bahkan… gembira dan malu.

“sudah suami istri begitu lama. Bukankah hanya pernikahan, wajahmu mengapa memerah?”

Di kamar Tifanny Wen, saat sedang menatap cermin dan bengong, tiba – tba dari belakangnya terdengar suara tertawa.

Saat Tifanny Wen membalikkan kepala, berkata: “wajahku mana memerah? Ini karena memakai blush on, tahu tidak?”

“memakai blush on terlalu banyak? Ini, masih bisa di pakai sampai ke telinga?” orang yang di belakangnya membalas.

Tifanny Wen malu, “apakah kamu tidak bisa memberiku muka?”

“pengantin lain, mungkin aku akan memberinya. Tapi kamu….” Perempuan itu melihat Tifanny Wen dengan tatapan geli, berkata: “tidak perlu”

Kalimat yang begitu kasar ini, Tifanny Wen berpikir, meskipun tidak bisa melihatnya, bahkan tidak bisa menebak suaranya, tapi dia dapat yakin kalau orang yang berbicara adalah siapa, Tiara Han!

Iya!

Dirinya tiba – tiba terpikirkan mengapa sebelumnya dia punya pemikiran untuk meminta Tiara Han menjadi bridesmaidnya!

Meskipun hubungan dia dan Tiara Han sudah membaik, juga bisa di sebut, teman. Tapi Tifanny Wen tiba – tiba merasa…. Meminta perempuan ini untuk menjadi tamu yang formal saja, lalu meminta lebih banyak uang darinya, barulah cara yang paling baik.

“telinga di pakaikan blush on, begini baru lebih seksi, tahu tidak? Ini adalah make up terbaru. Kakakku suka yang seperti ini.”

Helen Mu yang juga menjadi salah seorang bridesmaid, juga ikut berkata.

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu