Cinta Setelah Menikah - Bab 312 Kekacauan Dalam Pemilihan Peran, Sekali Lagi Para Netizen.... (1)

Belum lama mereka mengobrol, waktu audisi telah tiba.

Aula audisi dibuka, beberapa wanita yang telah terpilih masuk ke tahap terakhir langsung gugup. Termasuk Tifanny Wen, saat ini perasaan wanita itu sedikitpun tidak merasa santai.

Total yang masuk ke audisi tahap terakhir ada enam orang.

Diantaranya, hanya ada Tifanny Wen yang bukan dari jurusan art performance.

Kali ini audisinya masih sama, satu persatu kontestan masuk ke dalam. Jurinya masih sutradara Ken.

Tifanny Wen berada di posisi terakhir, menunggu mahasiswi art performance lainnya satu persatu melakukan audisi, barulah saat ini giliran Tifanny Wen.

Melihat Tifanny Wen masuk ke ruang audisi, kelima mahasiswi art performance tersebut tidak langsung pergi dari aula audisi.

Karena audisi kali ini hasilnya tidak langsung keluar setelah mereka menampilkan penampilan. Sutradara Ken bilang, setelah melihat keseluruhan penampilan mereka, sutradara Ken akan menganalisa dan membandingkannya satu persatu baru memberi jawaban.

Maka dari itu mereka ingin menunggu hasilnya dan menunggu setelah penampilan mahasiswi bernama Tifanny Wen selesai.

"Jangan khawatir, Fanny pasti bisa."

Saat ini Gina Si melihat wajah gugup dari Luna Jiang dan Regina Qiu, lalu dengan wajah percaya diri berkata pada kedua temannya.

Lucu sekali. Fanny adalah artis cilik pertama. Kalau Tifanny Wen saja tidak bisa, siapa yang bisa melakukannya?

"Ee... kamu... percaya diri sekali. Tetapi bagaimanapun juga Fanny bukan orang yang memiliki pelatihan khusus akting." Melihat kelima mahasiswi art performance melemparkan tatapan tak ramah pada mereka, Luna Jiang berucap dengan rendah diri.

Bukan dirinya tak menantikan Fanny dipilih. Tapi apa bisa kemampuan mahasiswi bahasa internasional dibandingkan dengan kemampuan akting mahasiswi art performance?

Mungkinkah kemungkinan menang Tifanny Wen... kecil sekali?

"Huh!" Beberapa mahasiswi art performance langsung mendengus.

Lalu diantara mahasiswi itu ada yang langsung berucap: "Bukan karena hubungannya dengan seorang penyanyi baik jadi bisa semudah itu masuk ke dalam dunia hiburan hehe. Yang sutradara Ken perhatikan adalah kemampuan berakting."

Kemampuan berakting?

Kumpulan orang-orang ini sama sekali tidak tahu, ketika mereka meragukan kemampuan akting Tifanny Wen, di dalam aula audisi, sutradara Ken sudah memuji akting Tifanny Wen.

Melihat begitu banyak penampilan, penampilan Tifanny Wen lah yang paling cocok.

Kualitas, penampilan, semuanya sangat cocok dengan imej peran yang diinginkan sutradara Ken.

"Bagus sekali."

Selesai Tifanny Wen menampilkan, sutradara Ken sendiri yang memberikan naskah film pada Tifanny Wen lalu berucap: "Nanti lihatlah naskah ini. Peran ini untukmu. Silahkan kamu pelajari seluruh naskah ini, lalu baru kamu membicarakan pengertianmu tentang peran ini denganku. Tetapi, syuting filmnya harus menunggu saat musim dingin tiba."

Ketika Tifanny Wen menerima naskah film, Tifanny Wen merasa seluruh syaraf ditubuhnya sedang bergejolak antusias.

Tifanny Wen tidak pernah menerima peran seberat ini dan saat audisi Tifanny Wen menampilkan satu paragraf dari teks ini dan Tifanny Wen sangat menyukai peran ini.

Di dalam hati Tifanny Wen terkejut bahagia, tapi dari luar terlihat tenang. Tifanny Wen mengangguk, setelah bertukar kontak dengan sutradara Ken, Tifanny Wen keluar dari aula audisi.

Dan kelima mahasiswi arts performance langsung disuruh masuk oleh sutradara Ken untuk diberitahu hasil akhir audisi.

Ketika kelima mahasiswi itu kembali keluar dari ruangan, wajah mereka menjadi tidak enak dipandang.

Tidak disangka mereka semua gagal?

Jika diantara mereka ada yang bisa merebut peran tersebut, mereka tidak akan merasa begitu tidak rela.

Tapi, apa alasannya memilih mahasiswi yang penampilannya lebih biasa kalau dibandingkan dengan mereka?

"Ber... berhasil?"

Tifanny Wen keluar dengan tersenyum dan memberitahu hasilnya, bahkan Luna Jiang mengangkat alisnya terkejut.

"Pasti berhasil. Fanny bisa mengurus hal ini sendiri. Jangan khawatir." Gina Si sama sekali tidak terkejut, mungkin sedari awal sudah menebak hasilnya.

Setelah mereka tertawa dan mengobrol, mereka meninggalkan aula audisi.

Di pintu masuk aula audisi.

Masih berdiri kelima mahasiswi yang melihat ke arah punggung Tifanny Wen sambil termenung.

"Menurut kalian, apa mungkin ada informasi yang tidak disebarkan?" Seorang mahasiswi mengerutkan dahinya.

"Tapi sutrdara Ken yang memilih sendiri."

"Lalu kenapa? Kamu juga tidak tahu perilaku sutradara Ken. Bagaimana kamu tahu kalau beliau menerima peraturan rahasia?"

"Ya. Menurutku, pasti ada cerita tersembunyi di audisi ini. Kalau tidak, kenapa Gina begitu yakin yang terpilih adalah Tifanny? Kakakku adalah polisi, dia pernah mempelajari mental para penjahat beserta ekspresinya, aku juga mengerti hal itu sedikit. Tadi aku lihat ekspresi Gina, dia begitu yakin Tifanny Wen yang dipilih. Bagaimanapun juga Gina lebih tahu cerita di balik panggung daripada kita." Mahasiswi itu berpikir sebentar, lalu menganalisis semuanya dengan yakin.

"Benar! Aku juga merasa ada sesuatu dibalik layar. Jika tidak, coba kamu lihat, kenapa kita audisi bertahap sedangkan Tifanny langsung masuk ke audisi tahap akhir? Audisi ini sudah ditentukan untuknya dan mereka tidak mau membuat Tifanny Wen melalui banyak tahap audisi."

"Ini... sepertinya ucapanmu masuk akal. Dan juga dia adalah mahasisiwi bahasa internasional. Bagaimana mungkin kemampuan aktingnya lebih baik dari kita? Wajahnya... juga tidak terlalu cantik."

"Pasti ada sesuatu dibalik layar. Tidak bisa! Aku akan mengumumkan ketidakadilan audisi ini di internet."

Seorang mahasiswi marah sekali sampai mendengus dengan hidung. Mahasiswi itu langsung mengambil ponsel dan mendaftar akun baru untuk membicarakan masalah ini.

"Aa...aku... juga ikut."

"Aku juga tak terima, tambahkan diriku."

Ketika para mahasiswi itu berdiskusi, mereka sama sekali tak tahu, di suatu sudut, seorang wanita berambut blonde sedang mendengarkan ucapan mereka.

Lena Mei juga tidak menyangka, yang dipilih di audisi kali ini adalah Tifanny Wen.

Lena Mei sungguh tak menduga hal ini.

Pembunuh adiknya ingin terjun ke dunia hiburan?

"Heh!" Lena Mei tertawa dingin.

Lena Mei menunduk, lalu melihat ke ponselnya sendiri. Ponselnya memunculkan foto di ruang 408 di Puri Bar.

"Kalau foto ini tersebar, pasti akan membangkitkan komentar publik. Tifanny Wen memiliki sebuah komunitas gelap, membuat bos besar dari grup gelap itu mendukungnya lalu ada sebuah perjanjian rahasia. Apakah Tifanny masih bisa berdiri dengan tenang setelah menerima peran tersebut?"

Lena Mei menutup foto tersebut lalu membuka aplikasi note di ponselnya. Setelah berpikir sebentar, Lena Mei mulai membuat sebuah cerita....

Lena Mei akan mempermainkan orang-orang yang membunuh adiknya sampai mati!

……

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu