Cinta Setelah Menikah - Bab 84 Bawa Perempuan Itu Pulang —— Menelakai Tifanny Wen.... (1)

Dia pasti akan sangat terkejut: di belakang Juwita Wen, ternyata adalah seorang perempuan!

Dengan cepat, Raymond Jiang langsung menerima pesan dari “nona Nara Gu”:

“mengapa buru – buru? Ada aku, dia tidak akan kekurangan dana.”

Selanjutnya, perempuan itu membalasnya lagi: “kenapa, sudah punya pacar, sekarang merasa sayang terhadap mantanmu? Masih menyelamatkannya? Hanya saja, sekarang kamu sudah menyelamatkannya, aku bicara seperti apa juga tidak akan berguna. Malam ini, bawa dia pergi ke hotel, telepon dokter untuk mengobatinya, jangan pergi ke Rumah sakit. Mengenai yang sisanya…

kamu adalah orang pintar, selanjutnya aku tidak perlu menjelaskannya.”

Raymond Jiang saat melihat pesan kedua, merasa tercengang.

Selanjutnya?

Tentu saja dia mengerti apa yang di maksud kalimat ini.

Jika sekarang dia membawa Tifanny Wen ke hotel. Maka, jika malam ini tidak terjadi apa – apa, tetapi jika di gosipkan “Tifanny Wen tidak bisa melupakan kisah lama, bersama mantannya di hotel” berita seperti ini di keluarkan, takutnya seluruh dunia entertainment akan terkejut. Maka, saat perempuan ini baru membersihkan nama baiknya, semuanya akan menjadi tambah parah.

Tidak ada netizen yang menyukai perempuan bodoh yang sudah di celakai oleh mantannya tetapi masih kembali padanya. Sampai saat itu, perasaan kasihan netizen kepada Tifanny Wen, akan menjadi kasihan, syukurin.

Intinya, jika dia membawa Tifanny Wen ke hotel, lalu membocorkan masalah ini, pasti akan menghancurkannya.

Terpikirkan sampai sini, Raymond Jiang berpesan kepada sopir: “tidak pergi ke Rumah sakit, berhenti di hotel terdekat.”

Selanjutnya, dia menelepon ke dokter yang dia kenal….

…..

Bar Moon Star.

“nona besar Nara Gu, Yansen sudah mau pergi, kamu masih main ponselmu? Apa tidak membujuknya?”

Kenny Qin melihat Yansen Mu yang saat ini sudah tidak ingin main, bahkan dia saja sudah berdiri, sesaat melihat ke arah Nara Gu, justru menyadari perempuan ini, sedang sibuk mengetik, seperti ingin mengirim pesan kepada seseorang.

“Yansen mau pergi, siapa yang berani membujuknya.”

Nara Gu kali ini meletakkan ponselnya, lalu tersenyum. Hanya saja kali ini, dia tidak bermain ponsel lagi, segera bangkit, lalu berkata kepada Yansen Mu:

“karena begitu, kita bubar saja. Lain kali baru kumpul lagi. hanya saja Yansen, bisakah kamu mengantarku?”

“eh?” Yansen Mu merasa aneh.

“mobilku sedang di cuci, aku tidak bawa mobil, sebelumnya Kenny Qin yang menjemputku. Hanya saja kebetulan karena dia ada di kantor, sekalian menjemputku, tetapi sekarang, tidak searah dengan rumahnya. Baim… juga lebih tidak searah lagi.”

Nara Gu tertawa: “tentu saja, jika kamu tidak searah… juga bisa menolaknya.”

Meskipun Nara Gu berbicara seperti itu, tapi dia tahu, jika permintaannya biasa saja, Yansen Mu tidak akan menolaknya.

Biarpun…. Dia tidak searah.

Karena sejak dia menyelamatkan lelaki ini…. Dia, selalu merasa berhutang terhadap dirinya.

Memang, Yansen Mu menganggukkan kepalanya, berkata: “baik.”

Karena sudah pulang malam, alasannya juga sudah di jelaskan kepada gadis itu, Yansen Mu merasa tidak ada bedanya jika mengantar seorang pulang, maka dia mengiyakannya. Selanjutnya, dia membawa Nara Gu menuju mobil….

….

Jalan Jiangnan.

Saat ini, sopir Yansen Mu bernama Randy Lin sudah sampai di tempat tujuan yang di sampaikan Yansen Mu, kebetulan, dia juga melihat mobil Tifanny Wen yang jendelanya sudah hancur.

“nyo… nyonya…”

Randy Lin terkejut.

Setelah dia turun dari mobil, dia melihat ke dalam mobil, memanggil Tifanny Wen dengan suara gemetar.

Mobilnya sudah di hancurkan, Randy Lin langsung merasa sudah terjadi sesuatu pada Tifanny Wen!

Raut wajah Randy Lin berubah, saat ini, dia langsung menelepon Yansen Mu.

“direktur Mu, tidak baik, nyonya terjadi sesuatu…”

Telepon itu….

Yansen Mu yang sedang mengantar Nara Gu, setelah mendengar telepon itu,, matanya membelalak, tiba – tiba mengerem mobil, hampir saja membuat Nara Gu terpental.

“bilang.”

“tuan, aku tidak melihat nyonya. Mobil nyonya di jalan Jiangnan sudah di pukul, berhenti di pinggir jalan, tapi di mobil tidak ada orang” ucap Randy Lin dengan buru – buru.

Hati Yansen Mu merasa kaget, setelah mendengar telepon ini, perasaannya saat ini membuat raut wajahnya terlihat panik dan pasrah. Mata tajamnya melihat ke arah hujan yang sedang turun, pandangannya menjadi kosong.

Selanjutnya….

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu